Part 17

273 40 0
                                    

Situasi itu tidaklah sesulit bayangannya di awal. Ia menyetel alarm untuk jam makan. Jaehyun terbangun saat subuh untuk memeriksa Taeyong, mengetuk 3 kali untuk mengecek apakah ia tertidur atau tidak. Ketika ia tidak mendapatkan jawaban, ia membuka kunci pintunya dan mendorongnya terbuka, lalu terkejut saat kepala Taeyong terjulur keluar, matanya membesar.

"Aku boleh keluar sekarang?"

Jaehyun menggosok matanya dan mendorong kepala Taeyong kembali ke dalam. "Belum. Apa kau sempat tidur?"

Taeyong bersikeras mencondongkan kepalanya lagi, mendorong jari Jaehyun di dahinya. "Apa aku terlihat seperti orang yang sudah tidur sehat selama 8 jam?" Ia menarik kulit di bawah mata kanannya dan menjulurkan lidahnya. "Aku bercanda. Tentu saja aku tidur. Tapi hanya 3 jam. Buku yang kau berikan padaku lumayan bagus. Aku bisa menyelesaikannya besok."

"Bagaimana kalau aku mengeluarkanmu nanti? Apa kau akan lanjut membacanya?"

"Tentu tidak!" Sang pelempar pisau itu mencoba menyelinap dari sisi tubuh Jaehyun, namun dihalangi oleh satu kaki lalu ia terjerembap, mencium lantai.

"Aduh!"

"Itulah hukumannya kalau kau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kau lakukan." Ingin menyelesaikan masakannya secepat mungkin, Jaehyun menyeret suaminya kembali ke dalam ruang latihan dan dengan sigap menguncinya, mengabaikan suara dentuman dan protes dari sana.

Terjadi lagi saat makan siang. Taeyong mencoba menyelinap namun Jaehyun berhasil menangkap wajahnya, mendorongnya kembali ke dalam ruangan dan menunjuk ke arah nampan makanannya. "Jadilah anak baik dan makan makananmu!" Ia menguncinya lagi ketika yang lebih tua bergerak untuk mencakarnya, meneriakkan ancaman bahwa ia tidak akan menjadi anak yang baik.

Suaranya menghilang setelah senja tiba, matahari undur diri untuk beristirahat. Jaehyun sekali lagi duduk di koridor, di pintu ruang latihan dengan laptop di pangkuannya, jemarinya sibuk mengetik.

Taeyong menjilat ibu jarinya dan membalikkan halaman novel yang sedang dibacanya. Buku Killjoy karangan Julie Garwood menceritakan tentang analis kriminal FBI yang memecahkan kasus melibatkan pembunuhan bibinya sendiri. Cerita itu lumayan menggelitik jiwanya karena salah seorang tokoh antagonisnya, Jilly Delaney, adalah seorang sosiopat.

Sang pelempar pisau langsung mengenali tanda-tandanya dan itulah yang membuatnya ingin membaca.

Mendengar bunyi keyboard yang ditekan dengan kasar menariknya keluar dari dunia fiksi yang sedang diselaminya. Kepala Taeyong menoleh dan ia mengetuk pintu itu dengan buku jarinya yang masih diperban. "Hei, aku dengar ketikan yang kasar. Apa kau sedang bekerja?"

"Ya," Jaehyun mendesah dan menggulirkan layarnya naik-turun, memeriksa kesalahan yang ada. "Aku sedang bicara dengan klien dari Jepang."

"Ah... Apa kata mereka?"

"Kita harus mengirimkan pesanan secepatnya. Tidak ada yang mengadakan lelang sampai minggu ketiga nanti jadi kita harus memberi kompensasi."

"Memangnya mereka tidak tahu itu? Lelang diadakan tiap bulan. Para pelanggan itu toh tidak pergi ke tempat lelang yang sama di setiap acaranya. Bumi ini punya telinga, kabar itu punya sayap. Kabar terbang lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Orang-orang suka rumor yang tragis."

"Begitulah maksudku." Jaehyun mengirimkan surel itu dan menutup laptopnya. "Kita harus mencari tempat baru. Tapi sepertinya mereka rela membayar lebih jika kita bisa mengirimkannya tepat waktu. Garnet sedang kesulitan melakukan itu dan mitraku yang lain juga sedang memiliki kesibukan lain sepertiku." Tidak ingin menghadapi masalah itu sekarang, Kingpin pertama itu menaruh laptopnya di lantai dan menghadap ke pintu ruang latihan Taeyong. "Apa kau mau aku pergi ke Red Phoenix?"

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum