Part 20

307 40 0
                                    

Walaupun apartemen mewah mereka berukuran 5 kali lebih besar daripada rumah ini, tempat baru mereka kali ini terasa lebih nyaman, dindingnya berwarna pastel, ada banyak tanaman dan meski Jaehyun baik hati, Léonie tahu betul apa yang diinginkan anak-anak itu tanpa diminta.

Sudah hari keempat bersama Léonie dan Haechan mulai berpikir untuk memberitahu Jaehyun bahwa ia ingin tinggal di sana saja untuk seterusnya. Tiba-tiba, berpisah dengan adiknya bisa ia maklumi.

"Léonie, Léonie!" Haera memanggilnya dengan senyuman lebar, meninggalkan krayonnya di lantai untuk mengganggu wanita yang sedang memasak makan siang. "Aku sudah selesai mewarnai burung meraknya! Susah sekali dan memang tidak sempurna tapi menurutku ini bagus!" Kuncir kudanya bergoyang seiring dengan lompatan tubuhnya.

Wanita itu menyuruhnya untuk menunggu, tertawa melihat semangatnya. Gadis itu memang sedikit merepotkan, tidak bisa diam untuk waktu yang lama dan akan selalu menemukan sesuatu untuk dibicarakan dan dilakukan. Sedangkan, kakaknya adalah kebalikannya. Wajah mereka adalah satu-satunya kemiripan yang mereka punya.

Léonie mematikan kompor dan menata meja makan sebelum melihat hasil karya seni Haera. Karena ia tidak punya mainan anak-anak di rumahnya dan Jaehyun juga tidak membekalinya mainan di koper mereka, ia hanya bisa meminjamkan buku mewarnai dewasa miliknya. Gambarnya lebih rumit tapi tentunya akan meningkatkan konsentrasi mereka.

"Ini lumayan bagus," ia mengangkat buku itu dan pandangan rabunnya meneliti gambar itu, ingin mengapresiasi kerja keras Haera. "Kau melakukannya lebih baik dariku."

"Benarkah?" Haera menangkupkan kedua tangannya sebelum merebut karya Haechan yang belum selesai untuk ditunjukkan pada Léonie. "Beri dia nilai!"

"Aku belum selesai!" Haechan mengeluh namun ia tidak berusaha mengambil kertas itu dari Léonie yang mengangguk setuju sebelum mengembalikan gambar itu padanya.

Léonie tersenyum namun kelihatan dipaksakan, ia meraba dadanya seakan itu bisa mengurangi rasa sakitnya.

"Kalian melakukannya dengan baik. Nanti, aku akan memberikan kalian gambar lagi untuk diwarnai. Sayang sekali aku sudah tidak punya lagi..." Ia mendesah dan menyuruh mereka untuk mengikutinya ke ruang makan. Mereka semua duduk dan mulai makan.

Haechan memakan brokoli dan melihat Léonie. "Kau bilang 'nanti', apa itu artinya kita boleh ke rumah ini lagi? Aku lebih suka di sini!"

Pernyataannya itu membuat saudara kembarnya cemberut dan menusuk sayurannya, kakinya berayun-ayun. "Kau bisa tinggal di sini." Ia melihat Léonie, matanya membulat. "Aku menyukaimu! Kau baik seperti Jaehyun dan rumah ini lebih kecil dan kami tidak tersesat di sini. Tapi aku masih ingin mendapatkan lebih banyak pelajaran dari Taeyong."

"Pelajaran?" Léonie bertanya, penasaran tentang maksud Haera.

"Ya! Taeyong punya banyak pisau dan anak panah! Tapi- tapi- dia tidak mengizinkan kami untuk menyentuh yang asli." Ia menambahkan kalimat terakhir itu saat Léonie mulai terlihat terkejut, memikirkan putranya dengan gegabah memberikan anak-anak itu senjata. "Kelihatannya keren... Meskipun aku belum boleh memegang yang asli, aku bisa melihatnya berlatih!"

Léonie terbatuk di siku dalamnya dan untuk beberapa saat memejamkan matanya saat pandangannya kembali berputar, dan melihat Haera setelah kembali normal. "Apa dia bermain bersama kalian?"

Haera menggeleng dan memberitahu Léonie bahwa Taeyong tidak pernah melakukan itu, ia hanya bertingkah kasar atau seolah mereka berdua tidak ada.

"Kurasa dia menunjukkan hobinya pada kami berdua karena dia ingin pamer."

Haechan tergelak mendengar Haera.

Léonie mendorong makanannya sembari memikirkan putranya itu. Ia berharap memar di wajahnya sudah menghilang dan buku jarinya sudah sembuh. Apa pun yang menyebabkan cedera itu, di tempat yang tidak seharusnya, ia berharap itu bukanlah sesuatu yang serius.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now