Part 11

328 49 0
                                    

Penat akhirnya merasuki tubuh kecil kedua anak kembar itu sehingga Jaehyun memilih memanggil layanan kamar daripada ke California Grill untuk makan malam. Ia menyuruh anak-anak itu untuk mandi terlebih dulu dan menunggu makanan mereka datang. Ketika keduanya sudah siap, barulah ia kembali ke kamarnya sendiri.

"Apa kau lapar? Kita bisa ke bawah. Berhentilah makan permen, aku serius. Masih menjadi misteri kenapa kau belum juga sakit gigi."

"Kalau itu misteri kenapa kau tidak bermain detektif dan mencari tahu?" Taeyong melawannya namun ia menaruh toples itu di nakasnya. "Siapa tahu, aku sedang diabetes parah saat ini dan aku menyembunyikannya dengan baik."

"Kau tidak bisa menyembunyikan hal seperti itu. Luka tidak akan sembuh dengan mudah kalau kau mengidap diabetes."

"Oh, ya?" Taeyong menantangnya, mengambil silet dari kamar mandi dan menempelkannya di pergelangan tangan. "Mari kita lihat."

"Bangsat, hentikan itu!" Jaehyun menjerit seraya merebut silet itu dari genggaman Taeyong. Wajahnya muram, mata hitamnya menusuk pria aneh di hadapannya. "Itu sama sekali tidak lucu!"

"Hei, pria baik hati ini baru saja mengumpatku." Gelak tawa diluncurkan sang pelempar pisau, kepalanya terlempar ke belakang saat humor gelapnya menggelitiki tubuhnya.

Jaehyun menghembuskan napas. Ia menunggu hingga yang lebih tua menghentikan kegilaannya sebelum mengambil pakaian ganti. "Ayo, makan malam bersamaku. Lalu kita bisa berkeliling lagi kalau kau mau."

"Tidak mau; aku tidak mau mengasuh monster-monster cilikmu itu lagi." Taeyong merebahkan tubuhnya di kasur, kaki-tangannya direntangkan bak bintang laut, rambut hitamnya sangat kontras dengan bantal putih, mata birunya memandangi atap ruangan.

"Kau bahkan tidak melakukan apa-apa, sejujurnya."

"Tepat sekali. Karena aku tidak mau berperan seperti orang tua dari anak orang lain."

"Mereka sudah sangat lelah jadi kurasa mereka tidak mau keluar dari kamar. Mungkin aku bisa berdua saja denganmu?"

Pertanyaan itu menimbulkan reaksi dari yang lebih tua. Taeyong melirik Jaehyun. "Baiklah, tapi aku yang memilih tempatnya."

Jaehyun mengangkat alisnya.

"Menara Eiffel."

"Seberapa jauh dari sini?"

"Mungkin 1 jam. Tinggalkan saja para monster itu. Mereka akan baik-baik saja; kejahatan macam apa yang mungkin terjadi di Disneyland?" Berbaring menyamping dengan kepala ditumpu oleh tangannya, Taeyong menghadap ke arah yang lebih muda.

"Kau."

Sesuatu berkilat di pupil biru itu. Jemarinya mengetuk pelipisnya.

Jaehyun menahan napasnya.

Lee Taeyong sedang tersenyum, tapi tidak mencapai matanya.

*

Mereka memarkir mobil di hotel Pullman Tour Eiffel dan berjalan di jalan setapak menuju menara itu selama 5 menit. Makan malam di Le Jules Verne harus dipesan dari jauh-jauh hari, yang mana sudah dipesan Taeyong terlebih dahulu. Sebenarnya, ia tidak yakin apakah mereka bisa makan di sana atau tidak. Uang bukanlah masalah jika mereka ternyata tidak bisa datang dan reservasi mereka hangus — kini, mereka sudah ada di sana, di lantai kedua dan duduk di dekat jendela di mana mereka bisa menonton pemandangan kota cahaya itu 410 kaki di atas permukaan tanah.

"Kenapa kita tidak melakukan ini waktu aku masih terbang bolak-balik ke Paris?" Jaehyun bertanya sambil memindai menu; untungnya dalam bahasa Inggris. Ia akan memesan kali ini untuk menebus harga dirinya yang jatuh tadi pagi.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now