Part 40

191 34 0
                                    

Dan suasana hatinya semakin memburuk ketika mereka tiba di hotel, akhirnya menggelitik emosi Taeyong.

Olivia membanting pintunya, menghalangi Taeyong untuk memasuki kamarnya dan Jennie. Namun sang pelempar pisau menolak membiarkan tingkah laku adiknya itu begitu saja dan langsung masuk ke dalam kamar perempuan tersebut, melihat adiknya menghentakkan kaki menuju kasurnya dan melepaskan jaketnya, dengan kasar melesakkannya ke dalam tas.

"Hentikan."

Jennie melihat kedua bersaudara itu bergantian, membungkam mulutnya agar tidak memperparah situasinya.

Seakan ia tidak mendengarkan ucapan kakaknya, Olivia masih menghentak-hentak di sekeliling ruangan seraya bersiap untuk mandi.

"Lee Taehee, kau sangat berisik."

Sebuah pigura foto terjatuh ke atas lantai berkarpet ketika adiknya tidak sengaja menyenggolnya saat meletakkan ponselnya di atas nakas dengan sembarangan. Ia bahkan tidak menyadari gadis itu menggenggam ponselnya sedari tadi.

Kemudian Olivia berjalan melewatinya hendak ke kamar mandi namun Taeyong menghentikan langkahnya dengan mencengkeram lengannya kuat-kuat, membuatnya meringis. "Kubilang, jangan hentakkan kakimu, Olivia! Tidakkah kau merasa kau bersikap sangat tidak sopan padaku? Kenapa?" Ia mengguncangnya saat gadis itu berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya.

"Kau marah padaku karena aku melakukan kekerasan? Karena aku menghajar calon pemerkosa itu? Calon pemerkosamu? Aku bahkan belum mendapat ucapan terima kasih darimu!"

Suaranya bergaung di ruangan itu, cukup keras untuk didengar oleh penghuni kamar sebelah. Jennie mengepalkan tangannya dan mencoba menghentikannya, tetapi ia diperintahkan untuk diam saja.

Dadanya terasa perih. "Kau menyakiti adikmu..."

Sang pelempar pisau melayangkan tatapan mematikan ke arahnya. "Aku pernah nyaris merusak tenggorokanmu saat pertama kali kau menyentuhku, kenapa kau tidak mengatakan hal yang sama? Jangan mencoba ikut campur jika tidak ada hubungannya denganmu."

Pernyataan itu menghujam jantungnya dan meninggalkan lubang menganga di egonya. Taeyong menoleh ke arah adiknya lagi dan tergelak melihatnya menggeliat takut. "Aku tidak tahu kenapa kau bertingkah seolah-olah akulah yang membunuh ayahmu. Kau melihatku seperti kau melihat mimpi buruk. Kau sangat kurang ajar, Olivia. Apakah semua ini karena aku tidak datang menyelamatkanmu?"

Ia nyaris hilang kesabaran dan kewarasan. Taeyong bisa memaklumi adiknya yang tidak mau menjawabnya, cukup puas dengan sikapnya yang menghindarinya sejak awal, namun ia tidak bisa menoleransi sikapnya kali ini. Kesalahan apa yang ia perbuat? Ia memberi pria itu pelajaran, melindunginya, dan adiknya marah? Untuk apa? Karena ia berkelahi? Karena ia meninggalkan jejak berdarah di wajah pria itu?

Karena kejadian itu mengingatkannya pada fakta bahwa sudah terlalu terlambat untuk menyelamatkannya?

Cengkeraman menyakitkan itu melonggar dan ia menjatuhkan lengan adiknya, bagaikan itu adalah benda paling menjijikkan yang pernah ia sentuh.

Taeyong melangkah mundur untuk melihatnya dan membuat adiknya itu sangat terkejut, hingga tubuh gadis itu bergetar akibat rasa kaget dan juga ketidakpercayaannya, hanya dengan 7 kata.

"Léonie masih hidup. Dia ada di Bordeaux."

Untuk sesaat, Olivia lupa caranya bernapas. Léonie masih hidup. Ibunya... tidak meninggal. Ia berhasil keluar dari lubang neraka itu.

Ibunya masih hidup.

Dan Ethan baru mengatakannya sekarang.

Ia berteriak namun dengan mulut tertutup rapat, matanya penuh tuduhan. Kenapa kakaknya baru bilang sekarang? Apakah ia senang melihatnya tersiksa seperti ini? Bukankah kabar mengenai ibunya yang masih hidup seharusnya menjadi hal pertama yang ia beritahu saat mereka bertemu, alih-alih memaksanya mengundurkan diri dari pekerjaannya, memaksanya meninggalkan rumahnya, memaksanya menerima fakta bahwa Taeyong sudah kembali begitu saja?

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang