Part 9

299 45 1
                                    

Makan siang yang sedikit terlambat mereka santap di dalam restoran bertemakan pedesaan Alpen bernama Au Chalet de la Marionette. Restoran ini sepenuhnya terbuat dari kayu. Menunya murah, seperti makanan cepat saji, sesuatu yang lebih digemari anak-anak itu dibandingkan makanan mewah. Masalahnya adalah...

... Jaehyun tidak bisa berbahasa Prancis.

"Susah sekali membacanya! Kau saja yang memesan!" Jaehyun dengan cepat mengambil meja dan duduk di kursinya lalu melepaskan jasnya, meninggalkan Taeyong yang melihatnya heran.

Dengan dengusan tidak percaya, yang lebih tua berjalan ke konter dan memesan dalam bahasa Inggris. "Dua ayam panggang dengan kentang goreng dan yogurt, dua sosis Authentic Bratwurst dengan es krim. Itu sudah termasuk minuman, ya? Dan dua botol air mineral. Tidak dingin."

Ada jeda 2 menit sebelum makanannya siap dan Jaehyun membantunya membawa nampan itu ke meja, terlihat sedikit malu.

"Apa, kau sudah sadar kalau kau itu idiot?" Taeyong duduk dengan satu kaki dinaikkan ke kursi, tidak peduli dengan orang lain yang menghakiminya. "Kabar baru, semua orang di sini berbicara dua bahasa, setidaknya. Mereka bisa bicara bahasa Inggris dengan sempurna." Ia menunjuk ke arah konter dengan ibu jarinya sambil mengunyah sosisnya. "Menu juga ditulis dalam bahasa Prancis dan Inggris."

"Lalu kenapa kau tidak bicara dalam bahasa Prancis saja?"

"Untuk menunjukkan kalau kau idiot." Mata Taeyong kemudian bergeser ke anak-anak kecil itu. "Kau lihat apa? Makan saja makananmu."

"Kenapa kau makan seperti itu," Haera meringis. "Sangat berisik."

Alih-alih berhenti, Taeyong mengunyah lebih keras lagi, membuat orang-orang di meja mereka bertambah jijik.

"Kau mengunyah seperti kambing!"

"Apa aku terlihat peduli? Berkomentarlah lagi dan aku akan mencekik lehermu."

Sebelum gadis itu bisa menangis akibat ancamannya itu, Jaehyun menyumpal mulutnya dengan kentang goreng. Terlihat efektif.

"Kau selalu menanyakan itu tiap kali kau makan bersamanya. Kau seharusnya sudah paham dia tidak akan menjawabmu dengan benar dan dia tidak akan berhenti makan seperti kambing. Makan ayammu itu sebelum dingin."

Ketika Kingpin yang lebih muda melirik pria di sebelahnya, ia terkejut melihat Taeyong sudah melahap es krimnya, sudut bibirnya ternodai cokelat. Pemandangan itu seharusnya membuat Jaehyun tidak bergairah lagi namun sayangnya tidak. Pakaian suaminya itu masih berefek sangat kuat.

Untuk mengalihkan libidonya, ia menarik karet rambut dari pergelangan tangannya dan menggenggam helai karamel nan panjang suaminya itu, mengikatnya agar tidak terkena makanan.

Gumaman 'terima kasih' yang dibarengi dengan makanan penutup dingin itu didengarnya sebelum ia akhirnya mulai makan.

Setelah makan siang tersebut, mereka kembali melanjutkan aktivitas. Selama 2 jam selanjutnya, mereka sudah menaiki berbagai atraksi dan juga mengunjungi toko di Fantasyland. Sejauh ini, si kembar itu paling menikmati komidi putar La Carrousel de Lancelot di mana mereka bisa menggunakan tameng sambil mengendarai kuda layaknya ksatria kerajaan.

Tujuan terakhir mereka di Fantasyland adalah La Galeria de la Belle au Bois Dormant. Di dalam kastil Putri Tidur itu, ada buku-buku yang mengisahkan perjalanan ajaib nan romantis dalam menemukan satu cinta sejati yang akan mematahkan kutukan tidurnya. Interior kastil itu sungguh kreatif, ada pilar yang terlihat seperti pohon yang menjulang menahan beban langit-langit ruangan. Jendela berkaca patri memberikan visualisasi dari cerita dongeng itu, begitu juga permadani yang ditempel di dinding menemani buku dongeng yang diletakkan di atas mimbar kecil.

Ingin mengganti suasana, Jaehyun menuntun anak-anak itu ke Discoveryland, Taeyong masih mengikuti mereka dalam diam dengan wajah dingin yang kosong. Mereka memutuskan untuk menyaksikan Mickey's PhilharMagic, teater yang menampilkan petualangan para tokoh Disney dalam pertunjukan 4D yang spektakuler. Seluruh penonton (kecuali beberapa di antaranya) turut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang terkenal seperti A Whole New World dan I Just Can't Wait to Be King, yang diambil dari film Aladdin dan juga Lion King.

Jaehyun untuk sementara melupakan profesinya pun identitasnya sepanjang pertunjukan itu. Perasaan menjadi normal telah lama direnggut darinya dan ketika perasaan itu menyapanya lagi hari ini, ia tidak tahu cara untuk menyambutnya. Rasa itu membuatnya kewalahan, saat ia akhirnya bertepuk tangan ketika pertunjukannya selesai, dan ia melihat ke arah dua bersaudara yang duduk di sampingnya, keduanya memakai bando binatang.

Beginilah rasanya menjadi biasa saja, ia berpikir. Tapi di saat yang bersamaan, beginilah rasanya menjadi lengah — dengan malangnya tidak sadar akan bahaya yang selalu mengintaiku, bahaya yang tidak bisa kuabaikan.

Oh, ia ingin merasakan kehidupan yang normal, sederhana, dan biasa saja — ia tiba-tiba mendambakannya dan rasa lelah dari keinginannya untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi materi merasuki tulangnya. Ia selalu melihat ke satu arah yang sama dan tidak pernah repot-repot melihat ke jalan lainnya. Tapi kenapa ia harus merasa menyesal sekarang, padahal hidupnya kini — hidup dengan satu kaki di dalam kuburan yang dengan gantinya ia mendapatkan banyak uang dan kekuasaan; adalah yang ia impikan selama ini, yang ia tahu adalah tujuannya dilahirkan ke dunia ini?

Jangan pernah melihat ke sekelilingmu dan camkan di otakmu. Kau adalah seorang kriminal, kriminal yang pandai dan juga kaya. Suatu hari, kau akan membantu seseorang membuat tempat ini menjadi tempat yang menyedihkan. Jangan mengharapkan kehidupan normal, dasar munafik. Antara kau menjadi monster yang ditakuti orang-orang awam ini, atau jadilah orang awam yang tidak tahu apa-apa; yang dimanfaatkan oleh para monster itu.

Kau mungkin mencicipi rasa kenormalan itu sekarang karena kau mengajak 2 orang anak bersamamu, tapi ingat... kau sudah menghancurkan hidup mereka.

Monster.

Kau tidak akan pernah bisa menggantikan ayah mereka.

Merasa sesak dengan pikirannya sendiri, ia mengisyaratkan ketiga orang itu untuk keluar dari teater. Dari sudut matanya, Taeyong memandanginya dengan dingin seakan ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu. Jaehyun membolak-balikkan peta, mencoba mengalihkan pikirannya.

"Apakah kalian tidak lelah? Karena aku sudah muak berada di sekitar manusia-manusia ini, terima kasih sudah bertanya pada Ethan Lee." Taeyong berujar penuh sarkasme sambil menepuk bahunya sendiri. "Kalau kalian belum ingin kembali ke hotel, maka aku akan pergi lebih dulu."

"Tunggu! Kau tidak ada kegiatan di hotel, bukan." Jaehyun berkata.

"Aku bisa menelepon layanan kamar, makan kudapan paling manis dan memandangi tembok sampai berlubang. Lubang yang begitu besar. Jadi au revoir, salauds (selamat tinggal, Bajingan)."

Dengan satu tatapan galak pada anak kembar itu, Taeyong berjalan menjauh.

Haechan mengeratkan pegangannya di tas kertas berisikan suvenir itu. "Kita akan tetap di sini, 'kan? Ini belum jam 5 sore? Jam berapa ini, Jaehyun?"

"Eh, jam 3 lebih."

"Maka kita harus berkeliling lagi! Ke sana... ke sana!"

Jaehyun mengangguk dan membiarkan anak-anak itu menarik tubuhnya ke tempat bermain selanjutnya, dan jika saja ia mencoba memanggil suaminya lagi maka ia akan tahu kalau sang pelempar pisau itu tidak kembali ke hotel.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang