Part 31

191 31 1
                                    

Seharusnya, ia menanyakan jadwal Olivia pada resepsionis saat itu. Ia bisa saja memberikan wanita itu lebih banyak uang. Jika ia melakukannya, mengetahui seberapa laparnya manusia terhadap uang, mungkin ia juga bisa melihat fotonya.

Ingatannya memang tajam tapi beberapa hal juga akan mengabur seiring waktu berjalan. Adiknya terlihat kacau ketika mereka bertemu hari itu, berkeringat dan panik. Pasti rasanya sangat pengap di dalam maskot itu. Rambutnya yang tidak rapi, berwarna cokelat alami dan nyaris menyerupai karamel itu menutupi sebagian wajahnya namun sepasang mata besar berwarna birunya masih mampu dilihat oleh Taeyong.

Untuk mampu mengenalinya hanya dengan satu kali lihat saja setelah bertahun-tahun, untuk mampu membuat jantungnya bergemuruh kencang, Taeyong tidak tahu seberapa rindunya ia pada perempuan itu.

"Maskot apa yang dia pakai," Taeyong bertanya pada dirinya sendiri seraya mencoba mencari nama maskot yang adiknya pakai hari itu. Sejujurnya, ia tidak begitu tahu karakter Disney. Bahkan, ketika ia mulai mengenal Spongebob juga sudah terlambat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, pikirnya. Patrick Star adalah favoritnya — bintang laut merah muda yang obesitas, orang paling bodoh di desanya. Ia begitu bodoh hingga Taeyong akhirnya mendukungnya.

"Aku cenderung menyukai orang bodoh." Ia terkagum seraya berpikir kalau suaminya itu mirip dengan Patrick Star. "Moroseksual (ketertarikan seksual terhadap orang berintelektual rendah)."

Satu-satunya yang ia ingat tentang maskot itu adalah warnanya biru. Kepala yang terlepas dari kostum itu berwarna hijau, tapi ia tidak terlalu melihat wajahnya karena kepala kostum itu ditendang oleh orang-orang yang berlarian.

Taeyong membeli sesuatu untuk dimakannya sembari berkeliling. Seharusnya hari ini adiknya ada, itu pun kalau adiknya belum berhenti bekerja di sana.

Sialan. Resepsionis itu pasti akan memberinya lebih banyak detail kalau saja ia membayar lebih. Ia terlalu fokus pada niatnya yang ingin membuktikan bahwa gadis itu masih hidup.

Tidak mengapa. Ia sudah di sini. 5 jam menunggunya tidak akan membuatnya menyerah seperti pertama kali. Ia bisa menunggu 5 jam lagi.

Ponselnya bergetar di dalam saku. Mengira itu Jaehyun, Taeyong tidak mengecek benda tersebut. Tidak ada hal buruk yang terjadi pada ketiga orang itu di rumah persembunyian, bukan? Dragonaire seharusnya mencoba masuk ke dalam Invictus untuk mencuri barang-barang yang tidak disita oleh Unione Corse untuk alasan itu.

Ini baru 1 jam. Jaehyun tidak mungkin separanoid itu.

Getarannya tidak berhenti. Taeyong akhirnya mengambil perangkat itu, menaikkan satu alis ketika melihat nama kontak yang terpampang di layarnya. "Jung Yunho."

"Kau seharusnya sedang bersembunyi, Taeyong."

"Bagaimana kau tahu bahwa sekarang aku sedang menawarkan diriku untuk ditangkap polisi di tempat terbuka?"

"Kau tidak mungkin memanggilku dengan nama asli kalau kau ada di tempat yang aman."

Taeyong tersenyum licik. "Ada apa?" Suara pekikan dari wahana di sekitar sana membuatnya tidak terlalu mendengar ucapan Yunho dengan jelas. Taeyong kemudian berjalan ke kamar mandi terdekat. Untungnya sedang kosong. "Apa katamu? Anak-anak berisik itu tidak bisa menjerit dengan lembut."

Fort mendengus. "Itu tidak masuk akal. Di mana kau?"

"Kenapa kau ingin tahu? Apakah Jaehyun mengeluh padamu seperti ibu rumah tangga yang diabaikan? Dan kenapa kau bertanya padaku? Demi Tuhan, Fort. Kau tua dan menyebalkan sekali."

Taeyong mendengar hembusan napas.

"Aku tidak meneleponmu untuk menanyakan keberadaanmu. Jaehyun dan aku belum bicara. Aku sibuk bekerja, kau sibuk bersembunyi. Aku menonton berita untuk mengetahui situasi terkini Invictus. Dan aku harus bilang... kau pandai bersembunyi."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now