Ending A Part 3

328 37 0
                                    

"Kenapa kau ada di sini?"

Jaejoong menengadah dari buku medis yang ia baca dan melirik pria berambut pirang di hadapannya sekali sebelum menutup bukunya. "Aku ke sini setiap 2 hari sekali. Ini pertama kalinya aku melihatmu berkunjung."

Sungjong duduk di kursi kosong di sebelah sang dokter. "Kurasa aku hanya penasaran mengapa seorang anggota Garnet menemani keluarga Kingpinku."

"Ini adalah janjiku. Mereka mengizinkanmu masuk?"

"Ya. Sepertinya Jaehyun memasukkan nama-nama anggota Kamar Hitam ke dalam daftar pengunjung. Tapi meski namaku tidak ada di sana, aku akan tetap mencari cara untuk masuk." Pria berambut pirang itu memandangi wajah ibu Lee Taeyong, melihat bagaimana wanita tua itu terlihat murung bahkan dalam tidurnya. "Tidak ada yang bisa dilakukan. Aku tidak tahu apakah aku ingin mengambil pekerjaan di kasino. Yukhei, kau mengenalnya, dia ingin bekerja di bar kalau sudah buka nanti. Chanyeol masih belum kembali." Sungjong menyeka rambutnya dengan tangan dan mendesah. "Jadi kurasa aku harus menjenguknya. Kita pernah bertemu sekali dan dia baik padaku."

"Kesehatannya semakin memburuk. Dia masih belum melihat guci abunya. Menurutku itu akan menyiksanya."

"Aku tidak tahu bagaimana kedukaan berdampak pada penyakit seseorang. Tapi kau seorang dokter jadi aku percaya padamu. Kenapa kau tidak datang ke acara kremasinya?"

Bercakap-cakap dengan orang asing membuat Sungjong merasa canggung. Selama pengabdiannya di Invictus, ia jarang sekali bertemu dengan anggota lainnya di luar kasino. Karena Kim Jaejoong berada di Garnet, ia hanya pernah berjumpa sekali di rapat dan bahkan tidak mengobrol.

Tidak ada alasan untuk mengobrol.

Sekarang, ada.

Ia tidak yakin apakah itu hal yang baik atau buruk.

Jaejoong mencondongkan tubuhnya, siku di atas lutut. "Waktu itu kondisi tubuhku tidak baik."

"Oh." Sungjong berkata, sekadar menanggapi. Ia tidak tahu apa yang membuat anggota Diamond itu risau, namun ia yakin itu bukan karena kehancuran Garnet.

Karena itu tidak masuk akal.

Mereka tidak banyak bicara. Sungjong mendatangi rumah sakit karena tidak ada yang bisa dilakukan, meskipun hanya duduk di sana juga bukan suatu pekerjaan. Mungkin ia akan pergi sejam kemudian dan kembali ke apartemennya. Myungsoo juga tidak membantu kesepiannya. Saat Sungjong memberitahunya bahwa Ethan meninggal, pria itu mematung sebelum meminta agar tidak diganggu sembari mengurung dirinya di dalam kamar.

Sungjong merasa hatinya nyeri, ternyata Myungsoo belum bisa melupakan ketertarikannya pada Taeyong, yang merepotkan itu.

Ia hendak menghitung bunyi 'bip' samar dari monitor itu untuk mengenyahkan atmosfer canggung ketika tiba-tiba grafiknya berganti datar.

Asistol. Tidak ada aktivitas denyut jantung.

Jaejoong melompat dari kursinya untuk menekan tombol darurat. Ia mengamati monitor yang kini telah gagal mendeteksi adanya aktivitas elektrik dari otot jantungnya. Butuh beberapa detik bagi para perawat untuk tiba dan mengurus Léonie sedangkan ia dan Sungjong, yang masih terkejut, diperintahkan untuk menunggu di luar ruangan.

"Apa dia sekarat?"

"Emboli (penyumbatan darah) paru bisa menyebabkan henti jantung." Jaejoong mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jaehyun, jantungnya berdetak satu mil per sekon seraya melihat Léonie yang sedang ditindak defibrilasi (pemberian kejut listrik pada jantung). "Aku tidak yakin dia bisa selamat. Kenapa Jaehyun tidak menjawab?"

Sungjong menatapnya, gelisah. "Tidak bisakah kau menelepon yang lain?"

"Aku hanya punya nomornya dan Taeyong."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now