Part 50

426 33 4
                                    

Hujan turun semakin deras, membuat jalanan semakin licin meski tidak menghambat kecepatan motor itu. Jaehyun memutar gasnya dalam-dalam, berseru pada Taeyong agar berpegangan erat.

Di kala malam seperti ini, bersatu dengan cuaca yang tidak bersahabat dan badai yang akan datang, kendaraan tidak begitu ramai dan orang-orang mengurung diri di rumah masing-masing.

Rambutnya menempel di wajah dan dengan gigih menghalangi pandangannya bagai tirai. Satu salah langkah dan mereka akan terpeleset dan terseret di atas jalan beton itu dengan lebih banyak tambahan luka baru — yang mana tidak boleh terjadi sekarang karena mereka sedang berjuang mencari Yunho.

Apa yang mungkin Fort minta sebagai tebusan dari Olivia dan sepasang anak kembar itu? Meralat semua yang dikatakan media dan menyerahkan diri mereka pada polisi? Menyerahkan semua aset mereka pada Garnet?

Atau menyerahkan kepala mereka untuk dipenggal?

Apa pun kondisinya, Jaehyun akan memberanikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka yang seharusnya tidak terlibat dalam kekacauan ini.

Ia akan melakukan apa pun untuk itu.

Taeyong menyeka rambutnya ke belakang dan meludah beberapa tetes air hujan sebelum menepuk bahu Jaehyun dan menunjuk ke arah depan. "Kau lihat itu?" Ia mengerang sembari mengetatkan cengkeramannya pada pakaian sang penembak jitu dengan tangannya yang patah.

Penembak jitu itu mengikuti arah yang ditunjuk oleh yang lebih tua dan melihat sebuah mobil perak yang meluncur cepat. Sebuah motor berada di depan mobil tersebut dan saat pengemudinya melihat ke belakang untuk memastikan bahwa mereka mengikutinya, Jaehyun menyadari bahwa orang itu adalah Max.

"Sialan! Yunho!" Ia menjerit, mengendarai motornya lebih cepat.

Apa yang ada di pikirannya?

"30 menit itu sudah habis, Jaehyun. Dia tidak akan mau bernegosiasi!"

"Tapi ke mana mereka akan membawanya?"

"Aku tidak tahu! Ikuti saja!" Taeyong menepuk tubuh Jaehyun dan menemukan sebuah pistol, memeriksa pelurunya.

Tidak banyak.

Jaehyun menangkap kilatan senjata itu dari ekor matanya dan ia menjadi histeris. "Ethan! Kau tidak boleh menembak mobilnya! Ada anak-anak di dalamnya!"

"Lalu kenapa?!" Sang pelempar pisau mengokang dan membidik. "Mereka pendek, aku tidak akan mengenai mereka!"

"Diam, Ethan! Kau tidak boleh menembak!"

Taeyong menatapnya marah, melempar rambut yang menutupi matanya lagi. "Lalu apa yang harus kulakukan?!"

"Aku tidak tahu?! Jangan tembak! Kau juga bisa membunuh adikmu!"

Mendengar adiknya disebut, Taeyong menggertak giginya dan mengembalikan pistol itu ke tempatnya. Ia tidak suka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak tahu harus melakukan apa, dan diam saja. Orang sepertinya tidak mengenal konsekuensi ketika otak mereka sudah terpaku untuk menjadi impulsif dan melakukannya. Ia sangat ingin menghujam kepala Yunho dengan peluru dan hasrat itu semakin berkobar seraya mereka mulai menjauh dari mobil itu.

Ia tidak tahu ke mana Yunho akan membawa mereka, di mana ia akan mengalahkan mereka berdua.

Jaehyun menegakkan tubuhnya ketika suara tawa yang kejam berdering di udara.

"Aku memberimu kesempatan! 30 menit!" Suara Yunho tidak terlalu jelas di tengah derasnya hujan, Kingpin Invictus itu kesulitan mendengarnya. "Dan itu sudah habis! Kalau aku hancur, kalian harus ikut hancur bersamaku!"

Yunho tertawa sambil menutup jendela mobilnya dan dengan agresif menginjak gasnya, mengemudi melewati batas kecepatan.

Suara tangisan dari kursi belakang mengisi kendaraan itu. Di sisinya, adalah Olivia yang menangis dalam diam sambil melihat siluet kakaknya dan juga suaminya dari spion samping yang mulai mengecil. Ia meremas sabuk pengaman dan melihat kedua anak malang yang terus memanggil-manggil Taeyong dan Jaehyun, merasa bersalah karena tidak bisa melindungi anak-anak itu, sebelum pandangannya jatuh pada Jung Yunho, pria yang mencuri kemampuan berbicaranya, manifestasi fisik dari mimpi buruknya.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora