Part 39

176 37 0
                                    

Karena tidak ada kendaraan umum yang tersedia di malam hari akibat jalan yang dipadati warga, berjalan kaki adalah satu-satunya cara menuju Les Vieux Bassin. Ketika mereka tiba di pelabuhan di mana terdapat deretan penjual makanan berbagai olahan laut, bahkan Taeyong pun merasa lapar dan siap untuk mencicipi makanan khas Honfleur.

Udang adalah makanan utama di festival itu tapi mereka juga menjual semua jenis olahan laut yang tersedia. Beberapa toko menampilkan trik memasak di hadapan para wisatawan sedangkan yang lainnya memberikan kebebasan pada pengunjung untuk menciptakan resep yang sesuai dengan selera mereka.

Kemudian segalanya terasa seperti mimpi. Mereka makan sepuas hati; Taeyong bahkan tidak keberatan terhimpit oleh orang-orang asing yang menduduki kursi kosong di sebelahnya. Olivia sepertinya sungguh menikmati waktunya di sana, meski ia masih kesulitan untuk memakan apa pun yang diberikan Jennie di piringnya. Ia makan dengan pelan, mendorong makanan di dalam mulutnya dengan jari dan sesekali minum untuk menelannya dengan mudah.

Setelah makan, mereka menonton prosesi kapal kuno. Beberapa model kapal kuno dijejerkan di aliran sungai yang nantinya akan bermuara di mulut Sungai Seine. Sembari prosesi itu berlangsung, sekelompok penari melakukan aksinya di jalanan sebelah kanan, dan dari kejauhan para pemusik tenggelam dalam konsernya sendiri.

1 jam sebelum tengah malam, Jennie mengeluh kakinya terasa pegal karena berdiri terlalu lama. Taeyong melambai padanya setelah menjatuhkan ranselnya di dekapan gadis itu.

"Kenapa kau masih di sini?" Ia melihat Olivia yang berada di sisinya dengan kepala yang sedikit tertunduk, menghindari matanya.

Ia mengerucutkan bibirnya dan menunjuk ke depan.

"Kau mau berjalan-jalan?"

Tanpa diduga, ia mengangguk.

Taeyong mengangkat bahu dan mulai menuntun perjalanan tanpa tujuan mereka itu, ke mana pun jalan setapak itu membawa mereka.

Angin larut malam di Honfleur lebih dingin dengan adanya sungai. Semakin larut, semakin gaduh para warga dan wisatawan yang berada di sana. Seraya mereka berjalan menjauh dalam diam di jalanan berbatu itu, suara musik dan obrolan orang-orang menjadi semakin samar.

Olivia merapatkan jaketnya dan menarik ritsletingnya hingga ke leher. Ia kemudian melihat toko minuman keras di depan sana, dengan ragu menepuk bahu kakaknya untuk menarik perhatiannya sebelum menunjuk ke arah toko itu. Taeyong merasa heran, mengapa adiknya tahu bahwa kakaknya itu menyukai minuman keras.

Yang menyambut mereka adalah barisan brendi Calvados dan Pommeau. Daerah Normandy juga merupakan rumah dari wiski dan bir yang mana bisa ditemukan di dalam toko yang mereka kunjungi malam ini. Taeyong membeli sebotol Calvados. Ia ingin mencoba brendi apel itu bersama Jaehyun.

"Kau minum alkohol?" Sang pelempar pisau bertanya saat mereka keluar dari toko itu. Olivia mengangguk, namun mengisyaratkan bahwa toleransinya rendah.

"Apa kau merokok?"

Ia mengerutkan wajahnya.

Taeyong mendengus. "Dulunya aku merokok sebungkus dalam sehari. Awalnya sedikit sampai aku tidak bisa lagi menjalani 24 jam tanpa nikotin. Tanganku akan berkedut-kedut dan aku tidak bisa tidur karena aku sudah kecanduan, sampai aku merasa kebas. Seperti jiwaku terpisah dari ragaku. Aku tidak tahu apakah itu terjadi pada setiap orang tapi yang berlebihan memang tidak baik."

"Aku berhenti karena Jaehyun. Dia ingin aku menjalani detoks dan aku mengalami sakau yang parah. Setelah itu, aku masuk rumah sakit jiwa."

Olivia menoleh ke arahnya, memandangi wajahnya dari samping.

"Jangan terkejut. Aku tidak benar-benar gila. Ada bagian yang rusak di otakku, yang membuatku tidak bisa merasakan perasaan dengan intens. Terkadang aku bisa merasa, tapi akan hilang dengan cepat. Aku bisa marah sekarang dan sedetik kemudian aku akan biasa saja — aku tidak akan merasakan apa pun. Berdasarkan diagnosanya, aku tidak bisa membedakan salah dan benar. Itu betul, tapi aku juga percaya moral itu tidak ada. Waktu aku melarikan diri aku tidur di perpustakaan umum setelah membaca begitu banyak buku. Saat itulah aku tahu manusia itu bodoh."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now