Ending A Part 1

442 40 0
                                    

Trigger Warning // Kematian Karakter Utama & Pendukung

(Bagi yang ga kuat, bisa skip ke Ending B, tapi disarankan baca keduanya karena kedua ending ini sama-sama bagus.)

Gelap dan beku di bawah permukaan air. Sekujur tubuh Taeyong menjerit protes namun ia tetap berenang mengikuti lampu sorot dari mobil yang tenggelam semakin dalam. Arus mendorongnya maju dan ia berjuang mencari pegangan agar ia tidak terseret. Akhirnya, ia berhasil meraih roda depan mobil itu sebelum membuka pintu bagian belakang. Karena air sudah mengisi penuh kendaraannya dalam waktu singkat, lebih mudah untuk membukanya.

Fort keluar dari kursinya namun sang pelempar pisau mengabaikannya dan berkonsentrasi melepaskan kedua anak kembar itu dari sabuk pengamannya. Rupanya mereka masih tersadar, menahan napas. Ia hendak membawa mereka ke permukaan sekaligus menarik napas ketika ia merasakan sesuatu menembus dadanya, 2 kali. Terasa panas di tengah-tengah suhu air yang rendah dan tanpa melihat pun ia tahu, ada peluru bersarang di tubuhnya.

Jung Yunho akan memastikan ia mati malam ini juga.

Taeyong berenang ke permukaan dengan 2 orang anak itu di masing-masing lengannya, mengambil napas dalam-dalam ketika mereka akhirnya bertemu udara. Haechan terbatuk keras, begitu juga Haera.

Arus sungai itu tidak terlalu kuat meski hujan terus mengguyur kota namun saat lengan Taeyong menyentuh pinggiran kapal yang datang menyelamatkan mereka, ia terpekik, tidak menyadari seberapa cepat para sukarelawan itu mengambil kedua anaknya dari dekapannya.

Lalu ia merasakan tangan-tangan menarik tubuhnya.

Matanya melebar ketika ia menyadari bahwa mereka berusaha menariknya keluar dari air. "Tidak!" Ia berusaha melepaskan diri, samar-samar mendengar suara sirine ambulans di kejauhan sebelum mengambil sebuah senter dari kapal itu dan kembali menyelam.

Berharap bisa menemukan mobil yang tenggelam itu, ia melupakan keselamatan dirinya sendiri. Ia melupakan luka gores di dahinya, pergelangan tangannya yang patah, dan juga peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Rasa dingin dari air itu membuatnya mati rasa dan ia mulai merasa kebas, namun Taeyong tetap memaksa dirinya untuk kembali berenang menuju tempat di mana mereka terjatuh tadi.

Gelombang air menabrak-nabrak tubuhnya, tetapi tak sekali pun ia berniat menyerah dan meninggalkan tubuh Olivia, walau paru-parunya mulai memanas bagai dilalap api. Taeyong mengarahkan senternya dan akhirnya melihat sekelebat mobil, ia dengan cepat berenang ke sana.

Ia membuka pintu di sisi Olivia berada dan mencoba menarik tubuhnya, tetapi gagal. Taeyong menggigit ujung senternya dan mengarahkan benda itu ke tempat kunci sabuk pengaman berada sebelum menekan tombolnya.

Sayangnya, sabuk pengaman itu tersangkut.

Ia menyelipkan satu tangan ke bawah pakaiannya untuk mengambil pisau. Seakan hari itu Tuhan memutuskan untuk menghukumnya atas segala dosa yang ia perbuat selama ini, ia tidak menemukan sebilah pisau pun di sana.

Taeyong menengadah, melihat ke arah permukaan air. Ia beberapa meter di bawahnya. Udara di paru-parunya sudah lama menguap. Lukanya sudah berdarah kian deras.

Meskipun ia mencoba berenang ke atas, ia akan kehilangan kesadaran di tengah perjalanannya.

Sang pelempar pisau kembali melihat adiknya, bertepatan dengan iblis di kepalanya yang kembali bangkit untuk berbisik dan memeluknya, meletakkan celurit kematian tepat di lehernya.

Jaehyun bisa melewati banyak tahun-tahun tanpamu, Taeyong. Dia sudah punya kedua anak itu untuk melengkapi hidupnya. Dia tidak membutuhkanmu.

Kau baru saja mendapatkan adikmu kembali dan dalam sekejap mata dia pergi untuk kedua kalinya.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now