Part 33

211 34 1
                                    

Jennie tiba sekitar pukul 4 sore. Taeyong memberitahu resepsionis untuk mengizinkannya ke kamar yang ia pesan. Saat ia masuk, Taeyong mempertimbangkan untuk mengusirnya kembali ke Bordeaux.

"Bos, kau memesan kamar! Apa kau akhirnya akan meniduriku—" Melihat Olivia keluar dari kamar mandi membuatnya menutup mulut. Jennie ternganga dengan dramatis, satu tangan di dada. Secara mengejutkan, ia tidak mengenakan sesuatu yang akan menonjolkan puncak dadanya. "Siapa ini? Apa kau ingin threesome—"

"Bicara lagi dan aku akan menggorok lehermu." Tatapan dingin Taeyong membuatnya mematung, giginya menggigiti gagang kacamata hitamnya. "Itu Olivia."

"Olivia." Bartender itu mengeja nama tersebut di lidahnya, matanya beralih ke perempuan yang pendiam itu. "Olivia siapa—" dan ia menyadari siapa gadis itu sebenarnya. "Tunggu!" Ia dengan tidak tahu malu menginvasi ruang pribadi adiknya itu untuk meneliti wajahnya. "Astaga. Kau adiknya?"

"... Bagaimana kau bisa tahu tentang adikku?"

"Hei, kau pernah mengatakannya sekali! Bukankah itu alasan kita menjadi akrab? Karena kau memperlakukanku seperti adikmu sendiri!"

Taeyong menepukkan punggung tangannya di pipi Jennie. "Tutup mulutmu. Aku tidak akan menganggap siapa pun adik terutama kau, kau yang terus berusaha menggodaku."

"Aww," Jennie merengut kecewa, menjatuhkan tasnya di kaki ranjang. "Tidaklah berbahaya mencoba masuk ke celanamu. Di situlah kau menyimpan banyak uang."

"Uangku ada di dalam saku, Jennie. Perempuan materialistis. Dan kenapa kau berisik sekali?" Sang pelempar pisau mendecakkan lidah seraya mengambil remote control TV untuk mengeraskan volume film action yang sedang ia tonton.

Jennie mengangkat bahu dan tersenyum sebelum duduk di ranjang untuk melepaskan sepatunya. "Apa kau lebih ingin mendengarku mendesah saja?"

Kata-katanya membuat Olivia terhenyak, merengut pada kakaknya yang menendang Jennie turun dari kasur.

"Aku tidak berselingkuh dengannya, Olivia. Omong-omong tentang Jaehyun, aku lumayan merindukannya."

Jennie mengerang dari lantai sembari meraba pergelangan tangannya. "Ah, para gay yang seksi meniduri satu sama lain. Apa yang tersisa untukku?" Ketika ia tidak mendapat reaksi dari bosnya, ia beralih pada adiknya dan melambai antusias. "Hai!" Jennie akhirnya berdiri dan kembali mendekat, kali ini mengelus rambutnya. "Kau sangat cantik! Tapi postur tubuhmu buruk, Sayang. Kita bisa memperbaikinya. Tapi..." Ia melihat Taeyong penuh harap. "Apa yang akan kulakukan di sini?"

Taeyong menyuruhnya untuk mengikutinya ke sudut kamar. Olivia mendesah lega ditinggalkan sendirian.

"Dia ingin melarikan diri." katanya. "Pastikan dia tidak hilang dari pengawasanmu."

"Dia tidak ingin terlibat denganmu?"

"Sepertinya begitu. Ada rokok?"

Jennie mengeluh sebelum mengambil sebungkus dari tasnya dan menyerahkannya bersama pemantik. Bau asap memenuhi ruangan. Olivia melihatnya dari ekor mata dan meninggalkan sofa untuk membuka jendela dan membiarkan udara segar berhembus masuk.

Sang pelempar pisau menatap adiknya sembari berbicara dengan Jennie dalam suara sepelan mungkin. "Tadi dia mengalami serangan panik jadi tolong hati-hati dengan ucapanmu. Pilih kata-katamu dengan bijak dan jangan bahas mafia. Mengerti?"

Akhirnya memahami beban situasi di antara saudara itu, Jennie memutuskan untuk serius kali ini. "Oke. Kau yang membayar kamar ini, 'kan?"

"Tentu saja. Aku akan transfer uangnya. Kau akan tahu rekening yang mana."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang