Part 6

380 49 0
                                    

Di saat suaminya sedang menjaga anak-anak kembar itu dari merebut busurnya, Jaehyun membiarkan pikirannya melanglang buana. Pikirannya berkelana bermil-mil ke masa lalu. Adegan di depannya seakan mengungkapkan kisah yang tidak diceritakan padanya secara mendetail, yang belum pernah dilihatnya secara personal. Ketika Taeyong berkata ia punya segalanya di organisasi lamanya itu, itu bisa berarti dua hal — ia mendapatkan pisau pertama yang khusus dibuat untuknya di sana, mendapatkan pelatihan bertarung dari ahlinya, atau, ia begitu tersiksa di bawah tangan siapa pun yang menyiksanya sedemikian rupa hingga ia belajar bagaimana caranya merengkuh rasa sakit itu dan bertekad menyakiti orang lain yang mencoba mendekatinya.

Jaehyun menyaksikan sang pelempar pisau itu dalam versi yang berbeda, versi dirinya jauh sebelum mereka berdua bertemu. Taeyong, dalam begitu banyak caranya menyiksa semua korban-korbannya, sudah pernah merasakannya lebih dulu. Bahkan membayangkannya saja membuat Jaehyun bergidik ngeri. Untuk seseorang yang berhasil melewati itu semua... niat Taeyong untuk bertahan hidup tidak cukup diungkapkan dan diapresiasi dengan kata-kata. Pasti ia punya motif di balik semua itu, yang bisa dilakukannya hanya dengan oksigen di paru-parunya. Apa pun itu, motivasinya itu membuatnya berhasil keluar hidup-hidup, cukup kuat untuk menelan semua rasa sakit yang meluap-luap dan tetap melanjutkan hidupnya seperti... ia memang harus melewati semua itu.

Bagaikan seekor singa di dalam kerajaannya sendiri.

Bagaikan seorang psikopat yang tidak berperasaan, dilengkapi dengan kemampuan toleransi rasa sakit yang mengagumkan.

Teriakan yang terlalu girang menarik Jaehyun kembali ke realita.

Habis kesabaran, Taeyong membiarkan anak-anak itu berbagi busur dan anak panah.

"Kenapa ini berat sekali?" Haechan bertanya, menggenggam busur itu dengan adiknya. Melihat tubuh mereka yang pendek dan kecil, busur itu terlalu besar untuk dipegangnya dengan benar.

"Karena itu mahal. Dan kau tidak akan benar-benar menggunakannya; aku hanya membiarkanmu merasakannya saja. Sekarang dengar," membawa busurnya sendiri, Taeyong berdiri di tengah sekali lagi. "Begitu aku selesai dan kau melupakan cara melempar pisau, aku akan mengurung kalian di sini."

"Itu jahat sekali..."

"Aku sudah tahu itu. Oke, ada tiga metode."

Tiba-tiba tertarik dan ingin melupakan lamunannya tadi, sang penembak jitu mengambil busur untuk dirinya sendiri dan berdiri di sisi anak-anak itu.

"Drawstring (busur bertali), crossbow (busur silang) dan gearing up. Yang terakhir tadi adalah pemanasan, atau persiapan. Untuk mengetahui mata dominanmu, tunjuk jarimu ke dinding yang jauh atau pada sebuah benda." Taeyong mendemonstrasikannya. "Tutup matamu. Kalau jarimu terlihat bergerak, berarti matamu yang tertutup itulah yang dominan."

"Jenis busurmu harus sesuai dengan mata dominanmu. Karena ini hanya perkenalan singkat, jangan pikirkan itu dulu. Selanjutnya, gunakan anak panah yang sesuai dengan busurmu."

Jaehyun mengangkat tangan untuk bertanya apakah busur dan panahnya cocok, yang mana hanya diacungkan ibu jari oleh Taeyong.

"Sekarang kau sedang memegang busur bertali. Panahnya dibuat dari serat-serat karbon. Aku punya juga yang dibuat dari serat kaca. Kalian pasti tidak tahu itu apa, tapi mata panah yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda juga. Untuk memanah sasaran," Taeyong menunjukkan anak panahnya, "harus menggunakan ujung anak panah dari besi yang tajam, sedangkan ujung yang tumpul atau ujung Judo (ujung anak panah yang berbentuk seperti cakar) digunakan untuk berburu."

"Aku berusia 28 tahun dan aku tidak begitu mengerti. Anak-anak, apa kalian mengerti yang dia katakan?"

"Sedikit!" Haera menjepitkan dua jarinya bersamaan. "Aku akan membaca dan mencari tahu!"

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now