Part 21

282 37 0
                                    

Ketika ia tiba, seisi gedung itu sudah ditutup. Seluruh staf yang tidak terlibat dengan Invictus dikirim pulang, juga dengan pekerja di toko-toko dalam gedung itu.

Taeyong masuk lewat pintu belakang dan langsung menuju tempat yang dikatakan Yukhei.

Ia disambut dengan pecahan kaca di lantai. Pecah menjadi serpihan yang lebih kecil dan berbahaya di bawah kakinya. Suara itulah yang menarik perhatian semua orang dari kelima pria yang sedang diikat. Ia selalu bergerak sangat pelan dan tanpa suara di sekitar mangsanya, agar mereka tidak tahu ia mendekat — kecuali ia memang sengaja ingin menampakkan dirinya.

"Ada apa ini?"

"Apa ituuuu?" Chanyeol menunjuk bosnya, melihat rambutnya yang baru dicat. "Apa kau menghadiri pemakaman."

"Ya." Semua terkejut. Taeyong mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi rolet (roda putar undian), memasukkan nama-nama mereka, menunggunya berputar dan berhenti sebelum menunjukkan hasilnya pada Chanyeol. "Lihat? Namamu. Aku akan menghadiri pemakamanmu."

Jennie berceletuk. "Kau seharusnya berkata 'aku belum tahu'!"

"Tapi aku sudah tahu." Taeyong memegang ponselnya dan akhirnya melihat keberadaan orang-orang asing itu dengan aura bahaya yang menguar kuat. "Siapa kalian dan siapa yang mengizinkan kalian memasuki teritoriku?" Ia bertanya, menyenggol lutut salah satu dari tawanan itu dengan sepatu botnya. "Aku seharusnya tidak ke sini tapi karena kalian—"

"Bos menjadikanmu sasaran," adalah jawaban dari pria tak bernama itu, melihat Jennie sesaat meski wajahnya yang babak belur sama sekali tidak mengintimidasi gadis itu. "Bos ingin kau musnah."

Taeyong berjongkok, sejajar dengan para pria itu dan melihat mereka berusaha untuk tidak menggeliat di bawah tatapannya yang seperti baja. "Bos. Bos dari apa."

Butuh beberapa detik sebelum pengungkapannya dan itu sangatlah tidak diduga bahkan Taeyong sekalipun mengeluarkan suara terkesiap yang pelan.

"Mafia Korsika."

Nama Mafia Korsika, organisasi yang merumahi beberapa kelompok kriminal di Pulau Korsika membuat kemampuan berpikir Taeyong menjadi buntu, karena, apa-apaan ini? Korsika? Mereka bukan bagian darinya, tidak pernah bertemu dengan anggotanya. Mengapa mereka mengincarnya?

"Korsika. Maksudmu kau mendapat pesan dari pemimpin Korsika untuk coba-coba, mengorbankan nyawamu ke sini, dengan jumlah orang yang sedikit. Itu maksudmu." Tawa mulai keluar dari bibir sang Kingpin tetapi tidak berlanjut ke tawa gilanya yang biasa. "Aku tahu kalian masih bercanda di tengah-tengah kekacauan ini padahal aku bisa saja menusuk wajahmu. Tapi hei, kau pasti salah orang. Aku tidak pernah menginjakkan kaki di Korsika, tidak pernah menyinggung pemimpinmu. Aku tidak punya urusan di sana."

"Suratnya berkata seperti itu."

Senyuman itu hilang dari wajah Taeyong dan matanya kehilangan kegembiraan itu, digantikan oleh kegelapan yang kejam. "Kalau kau tidak mengatakan informasi lengkapnya sekaligus, aku akan memenggal kepalamu."

Ia dengan sengaja mengabaikan bagaimana orang-orang itu memalingkan wajah sambil menelan ketakutan mereka, saat ia menyadari betapa membahayakannya situasi ini.

"Seseorang berkata kau menyandera Andre Caron di sini, lalu dia minta tolong pada bos Korsika. Mereka menginginkannya kembali."

Meraba bibir bawahnya dengan satu jari sambil memainkan tindikan telinganya, Taeyong menimbang-nimbang ucapan itu. Andre Caron dulunya masih hidup, ketika ayah dari bedebah itu meminjam uang dan tidak pernah ditemukan lagi, jadi sebagai ganti rugi Invictus menculik putranya di rumahnya, tepat di hadapan ibunya.

"Well, sebagian memang benar. Tapi di mana surat itu? Aku hanya mendapatkan potongannya darimu." Kingpin itu menengadah. "Sungjong."

Mengerti hanya dengan namanya yang disebut, Sungjong mulai menggeledah pakaian mereka untuk mencari surat itu. Ia menemukannya di pria yang masih merasa pusing akibat ditusuk jarum oleh Jennie sebelum menyerahkan kertas itu pada bosnya.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now