Part 7

376 41 0
                                    

"Hei?"

Sapaan itu biasa untuk hubungan antar mitra bisnis mereka. Fort sudah banyak membantunya sejak awal perjalanan Invictus, dari bawah hingga di puncak seperti sekarang. Pria itu ternyata begitu memahaminya, mempertaruhkan hubungannya dengan organisasi besar untuk memberi kesempatan organisasi yang tidak ia kenali. Saat Ethan terkurung di rumah sakit jiwa dan Jaehyun tidak tenang selama berhari-hari, pemimpin Garnet itu mengulurkan tangannya bagi kelompok yang merupakan kelompok turunan dari kelompok sahabatnya dulu. Pemutusan hubungan Garnet dan Red Phoenix yang tidak dapat dijelaskan itu tidak memengaruhi perlakuan Fort terhadap Invictus.

Hubungan antar dua organisasi itu sudah bukan lagi kerabat. Di titik ini, mereka bisa bekerja bersama-sama dengan satu hal yang mengikat mereka — Taeyong.

"Jaehyun. Aku mengirim surel. Karena aku sedang sibuk, aku menuliskan semuanya di sana. Tentang barang-barang yang perlu dikirim ke Jepang. Mereka meminta satu jenis yang spesifik."

"Tentu, aku akan mengeceknya. Aku tidak pergi ke Markas Besar karena squadku menelepon untuk bertemu dengan anak-anak. Kurasa aku harus bekerja dari rumah." Jaehyun menaruh ponselnya di antara telinga dan bahunya untuk melanjutkan apa yang harus dilakukannya. Lirikan singkat pada jalan masuk memberitahunya bahwa ketiga orang itu pasti masih berbicara di ruang latihan.

Sangat-sangat tidak seperti Taeyong untuk bergaul dengan orang baru, apalagi — anak-anak.

Sebuah suara mengetuk kepala Jaehyun. Siapa bilang mereka sedang bergaul? Mungkin saja dia sudah membuat luka tusukan kecil nan imut di tubuh mereka.

Ia menumpahkan terlalu banyak minyak di atas wajan.

"Jeong Jaehyun?"

"Oh— ya, maaf, aku sedang sibuk. Ada apa?"

Fort berdeham. Suara kertas yang bergesekan terdengar di belakangnya. "Anak-anak itu. Kau menyebutkannya tadi. Apa kau... yakin? Kau tidak bisa menyalahkanku aku bertanya masalah pribadi seperti ini. Saat Ethan tidak sengaja mengatakannya di rapat, aku sungguh terhibur."

"Well, aku yakin. Tapi nampaknya anggota Garnet itu tidak yakin, seperti yang sudah kuduga."

"Kau tidak boleh mengharapkan perubahan yang drastis. Terapi yang dijalaninya itu tidak berguna; dia mempermainkan mereka semua. Kau harus bersyukur kekerasannya sudah berkurang. Itulah versi terbaik dirinya yang mungkin terjadi. Anak-anak itu pasti sangat bosan terkurung di apartemen mewahmu. Apa kau sudah membawa mereka ke Disneyland?"

Alis Jaehyun berkerut sembari memotong-motong sayuran dengan tekun. "Ah, belum, aku belum ke sana."

"Sempurna. Kau harus membawa mereka ke sana. Apa sebutan untuk tempat itu?"

"Selain namanya? Aku tidak tahu... tapi moto tempat itu adalah tempat di mana mimpi menjadi kenyataan?"

Gelak rendah pemimpin Garnet itu merambat di ponsel. "Itu dia. Mereka akan menyukainya."

"Ya. Sebenarnya mereka baru saja mendapat kelas melempar pisau dan memanah dadakan."

"Serius? Lalu bagaimana reaksi mereka?"

"... Berbeda." Jaehyun menjawab, mengingat reaksi mereka yang begitu kontras.

Yang lebih tua pasti sedang menulis karena ada bunyi goresan pulpen di atas kertas, kemudian topiknya berganti. "Kalau kalian berdua tidak keluar rumah, siapa yang mengecek kasinonya?"

"Anggota-anggota Taeyong ada di sana. Tawanan mereka secara permanen tinggal di Kamar Hitam. Ia tidak akan ada di sana kalau Taeyong yang mengurusnya, tapi tugas itu dilimpahkan ke anggota lainnya. Dia nyaris sama gilanya, kecuali sikapnya di luar kamar siksaan yang masih normal. Jadi, kalau dia belum lelah, tawanan itu tidak akan bisa pergi."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang