Ending B Part 3

483 43 18
                                    

Jaejoong sedang di rumah sakit untuk menengok Jung Hyunwoo lagi. Ia tidak tahu mengapa ia melakukan ini — apakah itu untuk menebus kesalahannya atau untuk alasan lainnya. Ialah yang menyampaikan kabar kecelakaan di Pont de Bir-Hakeim dan sejak saat itu, kesehatan sang pasien menjadi semakin membaik.

Singkatnya, menghilangnya Jung Yunho — dan implikasi mengenai kematian tak terelakkannya telah menjadi obat penawar untuk kakaknya.

Ponselnya berdering, ia meletakkan buku medis yang sedang dibacanya di atas meja terdekat sebelum mengangkatnya dengan hembusan napas.

"Sungjong?"

"Alat-alatnya sudah tiba."

"Kapan kau sampai?"

"5 menit lalu."

"Jadi kita akan langsung melakukannya."

"Sepertinya begitu. Kembalilah sekarang."

Panggilan itu berakhir. Ia tak boleh mengulur waktu, ia mengambil bukunya lagi dan memberitahu perawat untuk mengabarinya tentang kondisi Jung Hyunwoo.

***

Jaehyun berencana membuka kembali Red Phoenix minggu depan. Ia tahu ia masih memerlukan beberapa minggu lagi untuk pulih dan mungkin lebih dari sebulan, namun ia merasa bosan dan menyedihkan tanpa adanya pengalih perhatian dari Taeyong. Ia menghargai ingatan-ingatan tentang suaminya yang terus menghantuinya tiap detik tetapi terkadang, ia kewalahan hingga mengurung dirinya di kamar dan tenggelam dalam rasa sakitnya.

Ia sadar betul ia menginginkan rasa sakit ini, tapi ia tidak suka menjadi tidak berguna.

Dalam rangka mempersiapkan pembukaan ulangnya, ia meminta Yuta dan Sicheng untuk mengecek gedungnya. Sejak perang tersebut, mereka belum pernah menyambangi Red Phoenix lagi. Siapa tahu; Yunho mungkin telah melakukan sesuatu di menit terakhir ketika mereka sedang sibuk mengatur rencana di Garnet.

Di luar rumah, terduduk di rerumputan adalah Doyoung yang kini sedang tampak bercakap-cakap serius dengan anak kembar yang mengerutkan alis mereka. Jaehyun memutuskan untuk mendekat, berjalan pelan dengan tangan memegang sisi pinggangnya. Rusuknya sesekali berdenyut perih.

"Kau tahu cara memasak makanan kemarin malam?"

Doyoung berhenti bicara pada anak-anak itu dan merengut ke arahnya. "Itu makanan Jepang. Aku bukan orang Jepang dan satu-satunya orang Jepang di sini baru saja pergi."

"Well," Jaehyun menggosok tengkuknya dengan senyum simpul, tersipu malu. "Jangan beritahu Yuta, tapi masakannya enak."

"Oke. Haruskah aku membangunkan Ten sekarang?"

"Tidak usah. Biarkan dia tidur. Dia akan keluar dari kamar kalau dia ingin."

Wajah Johnny terlintas di benaknya dan ia melihat ke arah rumah, membayangkan bagaimana Ten menghadapi semua ini.

Lalu, perutnya bergemuruh. "Aku lapar."

Doyoung mengatupkan bibirnya rapat untuk menahan tawa sebelum mengangkat bahu dan berkata pada anak-anak itu bahwa ia akan mengerjakan sesuatu, lalu masuk ke dalam rumah.

Bersama kedua anak itu, Jaehyun duduk di rumput sembari meremas sisi pinggangnya, sedikit meringis. Ia melihat kedua anak yang tiba-tiba menjadi pendiam seperti hari-hari sebelumnya itu bergantian.

"Haechan."

Anak yang dipanggil berhenti memetik rumput dan melihat ke arahnya. Antara Haera dan Haechan, anak laki-laki itulah yang lebih merasa nyaman dengan Jaehyun. Namun kini, keduanya langsung bungkam jika ia berada di sekitar mereka.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang