Part 32

186 35 0
                                    

"Kau bisu?"

Tentu saja, perempuan itu bungkam. Menyadari bahwa ia mungkin tidak akan bisa kembali ke rumahnya, ia duduk di sofa dekat ranjang. Kamar ini mahal, ia tahu itu. Ranjangnya bisa memuat 3 orang. Apa ia benar-benar akan tinggal di sini mulai sekarang? Ia sudah terbiasa dengan ruangan sempit yang ia sewa sehingga berada di kamar ini membuatnya lebih merasa sendirian.

Taeyong menganggap bungkamnya itu sebagai konfirmasi. "Terakhir kali aku melihatmu, kau bisa bicara. Kau melawanku dengan kata-kata kasar yang kau pelajari dari teman-teman bodohmu. Atau mungkin kau hanya berakting karena kau tidak mau bicara denganku, hah?"

Nadanya berubah seraya kecurigaan mengaburkan pikirannya dan itu membuat adiknya bergidik. Olivia merapatkan tubuhnya di sudut sofa seakan ingin melindungi dirinya. Namun, meski jelas ia takut kepada kakaknya, matanya masih terpaku pada sosok itu, seolah ia tidak percaya bahwa Ethan ada di sini.

Apakah semudah itu? Apakah ia benar-benar ada di sini bersamanya?

Ada banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan. Selama ini, Ethan ternyata masih hidup, ke mana saja lelaki itu? Apa ia tidak pernah mencari adiknya?

Rasa sakitnya berlipat ganda, mencekik jantungnya.

Pria berambut hitam itu berhenti di hadapannya, bersandar di dinding dengan tangan terlipat. "Ya, aku terlihat berbeda sekarang, bukan? Aku sudah lupa bagaimana penampilanku di usia 19 tahun. Dan secara mengejutkan, wajahmu terlihat baik-baik saja." Ia berujar, secara tidak langsung merujuk pada penyiksaan yang dialami adiknya meskipun ia tahu betul para monster itu 'merusak' punggung perempuan itu.

Dragonaire. Darahnya mendidih.

Taeyong mendekatinya dan menarik wajah adiknya. "Biarkan aku melihat wajahmu dari dekat." Ia menolehkan kepala itu ke kanan dan ke kiri. "Tidak seperti yang aku bayangkan. Aku kecewa, karena terakhir kali kita bertemu, sudah lama sekali. Kau seharusnya bertambah cantik. Rupanya kau tidak tumbuh dengan baik."

Cemberut, ia menepis tangan kakaknya dan bergerak menjauh.

Taeyong tertawa dan kembali ke posisinya di dinding untuk mengamati perempuan itu. "Jadi... kau tidak bisa bilang kenapa kau masih hidup, dan kenapa kau ada di Prancis. Kukira mereka sudah membunuhmu."

Untuk beberapa alasan, Olivia mulai gemetaran walau itu tidak membuat kakaknya khawatir. Pandangannya berkabut, rasa takut sudah hilang dan digantikan oleh... nihil. Seakan ia tiba-tiba tenggelam di dalam dunianya sendiri, jauh dari realita. Taeyong tidak terlalu ambil pusing.

"Lee Namgyu."

Nama ayah mereka membuatnya runtuh. Kondisi Olivia memburuk, ia mulai susah bernapas dan berkeringat di tengah kamar yang dingin. Tetap saja, Taeyong tidak melakukan apa-apa.

"Ayah kita yang tidak berguna sudah mati, 'kan? Tolong katakan dia sudah mati."

Ia akan menjadi gila jika ternyata Lee Namgyu juga masih hidup. Tidak lagi bisa diterima akalnya karena meski ia tidak melihat jenazahnya, ia melihat seberapa lama ia disengati listrik hingga nyaris terbakar. Tapi — buktinya Dragonaire juga tiba-tiba saja masih hidup.

Kenapa semua orang ini tiba-tiba bangkit dari kubur?

"Akan sangat susah menginterpretasi ucapanmu, Olivia. Aku tidak bisa bahasa isyarat. Bisakah kau menuliskannya untukku?" Ia menarik tangan adiknya yang bergetar dan bergidik saat melihat tangan itu membengkok, mungkin akibat dari penyiksaan yang ia dapatkan. "Tidak usah. Aku tidak akan bisa membaca tulisanmu. Gunakan ponselmu. Tidak juga? Jadi aku harus bertanya pada siapa? Bagaimana caranya aku tahu kenapa mereka tidak membunuhmu?"

Air mata membasahi wajahnya seraya ia menangis tanpa suara, sekarang ia membuka mulutnya mencoba mengais oksigen. Saat itulah sang pelempar pisau menyadari bahwa adiknya benar-benar mengalami serangan panik.

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Where stories live. Discover now