Part 47

191 26 0
                                    

Sudah malam hari ketika sebagian besar anggota Invictus tiba di markas besar Garnet. Beberapa barang yang dibawa, sementara disimpan dalam peti karena gudang penyimpanan harus dibersihkan. Senjata disimpan di tempat yang aman. Menghidupkan kembali sistem dan membuat yang baru dengan semua data yang berhasil dikumpulkan akan memakan waktu berjam-jam dan dengan Doyoung yang masih bepergian untuk bertemu dengan salah satu anggota Unione Corse demi mematangkan rencana berikutnya, menginstal sistem akan ditunda hingga keesokan hari.

"Kemari," Taeyong memanggil Chanyeol. Pria jangkung itu berjalan takut-takut, menggaruk kepalanya.

"Bos, ada apa...?"

"Apa kau benar-benar tidak tahu, Bedebah?" Ia memukul sisi kepala anak buahnya itu dan meremas bagian depan kemeja Chanyeol, dengan kasar menariknya mendekat. "Apa kau tahu dampak dari perbuatanmu — atau lebih tepatnya, yang tidak kau lakukan? Kalau saja kau tidak mabuk, kau bisa memberitahuku apa yang terjadi."

"T-tapi dia bilang kau sudah tahu! Kalau aku meneleponmu, bukankah kau akan marah karena aku mengganggumu?" Chanyeol menelan liur dan menepuk tangan bosnya, tersenyum lebar. "Setidaknya semuanya berjalan lancar, bukan? Tolong ampuni aku."

Park Chanyeol mungkin memang raksasa tapi ia adalah raksasa tolol. Taeyong mendorong pria itu dari hadapannya dan menyuruhnya untuk berjaga di luar gedung bersama Yukhei dan mengawasi gerbang agar selalu tertutup rapat.

"Tunggu."

Chanyeol kembali lagi dengan meringis, kaku seperti batu. "Ya?"

Sebuah telapak tangan yang terbuka dijulurkan ke arahnya. Chanyeol mengerjap beberapa kali sebelum tersenyum dungu dan mengeluarkan sebuah lolipop dari sakunya, memberinya pada Taeyong. "Rasa stroberi."

"Terima kasih. Sekarang enyah dari hadapanku."

Jaehyun beruntung bisa menghindari Chanyeol yang sedang berlari terburu-buru keluar dari kantor dan melambai cepat-cepat padanya sebelum pintu elevator tertutup. Menggeleng melihat pria lucu tersebut, ia melangkah masuk dan mendapati suaminya yang sedang mengisap lolipop dengan berisik sembari memainkan pisau yang telah digenggamnya sedari tadi.

"Kau tidak mengantuk?"

"Tidak." Taeyong berkata, menekankan huruf 'k'-nya. "Aku merasa begitu hidup — jam berapa ini?"

"Hampir pukul 10."

"24 jam lalu, aku berada di Honfleur menikmati Festival Udang. Sekarang aku merasa sengsara."

Sang penembak jitu duduk di meja dan mengangkat kaki Taeyong lalu meletakkannya di atas pangkuannya, memijatnya. "Sengsara bagaimana, tepatnya?"

"Aku belum makan dengan layak dan aku merasa sedikit lelah. Apa bau badanku tidak sedap?" Mata biru bergerak ke arah mata sehitam arang sebelum lengannya menarik Jaehyun mendekat dan menekan wajah yang lebih muda di ketiaknya. "Cium baunya."

"Taeyong!" Jaehyun berusaha melepaskan dirinya, tertawa. Tidaklah menjijikkan karena yang lebih tua selalu beraroma menyenangkan, berkat parfum yang melekat di bajunya, namun jika orang lain melihatnya, mereka akan berpikir bahwa sepasang suami itu sinting.

Well, salah satu dari mereka memang sinting.

Ketika Jaehyun mengangkat tubuhnya untuk mengais udara, Taeyong bergeming. Ia hanya melihat ke arah yang lebih muda dengan tatapan penuh harap sembari memutar lolipop itu di lidah merah mudanya.

"Bau badanmu tidak buruk. Apa kau tidak berkeringat?"

"Ruangan ini dingin, Bodoh. Kalau kau berkeringat meski suhunya 18 derajat, ada sesuatu yang salah dengan kelenjarmu."

[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang