4. MENOLONG

2.3K 194 9
                                    

4. MENOLONG

"Makasih," ucapnya seraya menutup pintu mobil Nathan.

"Besok gue jemput lo ke kampus ya?" ajak Nathan dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Nggak usah, besok gue mau kerja dulu," tolak gadis itu. Selama orang tuanya meninggal, dia harus menghidupi kebutuhannya sendiri dengan bekerja sebagai barista.

"Gue tungguin deh." Anan memutar bola matanya malas. Laki-laki di depannya sangat keras kepala, mau ia tolak pun tetap dipaksa juga.

"Bodo amat lah. Udah, pulang sana! Gue mau istirahat," usirnya membuat laki-laki itu mengerucutkan bibirnya bak perempuan.

"Yaudah, gue pergi yah." Anan hanya mengangguk dan menatap mobil Nathan yang kian menjauh dari hadapannya.

Baru saja ia melangkah masuk, seseorang memanggilnya dan sontak membuat gadis itu terdiam membeku. Sebab, siapa yang memanggilnya malam-malam begini. Tetangga? Mana mungkin.

"T-tolong..." lagi-lagi suara itu kini terdengar dari telinga Anan.

Siapa coba yang meminta tolong? Gadis itu menelan ludahnya kasar dan perlahan berbalik.

Deg

Gadis itu berteriak ketika di depannya sudah ada kuntilanak dengan muka yang sudah hancur. Muka yang sobek-sebek, bau anyir, dan juga banyak darah.

Ia ingin berlari masuk ke rumahnya, tetapi kakinya terasa berat untuk melangkah.

"T-tolong..."

"Gue mohon lo pergi! Jangan ganggu gue!" Anan terus saja berteriak histeris ketika kuntilanak itu perlahan mendekat.

"T-tolongin saya... saya mohon," lirih kuntilanak itu seraya memegang perutnya yang sudah berlumuran darah.

Anan hanya bisa memejamkan matanya kuat-kuat dan menahan bau anyir tersebut.

"T-tolong bantu saya..."

"Gue nggak bisa bantu lo! Mending lo pergi, gue takut!" ucapan Anan tidak membuat kuntilanak seram itu pergi. Yang ada, jarak mereka berdua semakin dekat.

Tak lama kemudian, Kakek itu datang lagi. Seperti biasanya, Anan tidak melihat Kakek itu datang lewat mana. Tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan jubah hitamnya.

"Jangan takut, dia tidak akan menyakitimu," ucap Kakek tersebut. Gadis itu membuka matanya dan bernapas lega. Pasalnya, Kakek itu datang dengan tepat waktu.

"Tolong suruh dia pergi, Kek. Saya takut," pinta gadis itu seraya menutup matanya dengan telapak tangan.

"Saya tidak dapat mengusirnya, karna hanya kamu yang bisa membuat dia pergi." Mendengar ucapan Kakek itu membuat Anan menjadi bingung.

Cara mengusirnya bagaimana? Apa perlu ia tendang juga, seperti yang Kakek itu lakukan tadi.

"Caranya bagaimana, Kek?"

"Kamu cukup mendoakannya dan menaburi dia dengan serbuk yang saya berikan tadi." Tanpa babibu, Anan dengan cepat mengambil serbuk pemberian Kakek itu dari tasnya.

"Hanya mendoakannya?" tanya Anan meyakinkan ucapan Kakek tadi.

Kakek itu hanya mengangguk.

"Tapi... namanya siapa?" tanya Anan lagi, tanpa melirik kearah kuntilanak tersebut.

"S-suti." Gadis itu hanya beroh ria mendengarnya. Sesuai perintah Kakek tersebut, Anan langsung berdoa.

Selesai berdoa, ia pun mengambil serbuk menggunakan jari-jarinya. Ia menaburi kuntilanak itu dengan mata tertutup. "Sudah," kata Anan seraya bernapas lega.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now