22. TEKA TEKI AKAN TERPECAHKAN!

1.1K 115 0
                                    

22. TEKA TEKI AKAN TERPECAHKAN!

Ketukan pintu membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia pun bergegas turun dari kasur dan membuka pintu. Pintu pun terbuka dan menampilkan Desi yang tengah tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Ngapain malem-malem kesini?" tanya gadis dengan suara khas bangun tidur.

"Lo lupa, hari ini hari apa?" tanya Desi membuat gadis itu mengerutkan keningnya. "Yaampun Nan, hari ini kan lo ultah. 26 juni, masa ultah sendiri lupa sih," lanjutnya dengan menatap kesal Anan yang sesekali menguap.

"Terus?"

"Kita rayain yah. Gue traktir lo nonton bioskop deh, yah Nan. Please..." Gadis itu memohon-mohon membuat Anan berdecak sebal. Pasalnya dia sangat mengantuk, rasanya ia ingin bersahabat dengan kasurnya malam ini. Ditambah udara di luar juga sangat dingin.

"Yaudah deh, iya. Gue mau ganti baju dulu," ucap Anan membuat sahabatnya kegirangan.

Selang beberapa menit, mereka pun pergi dengan naik taksi. Rasanya Desi sedikit trauma akibat kejadian tadi sore

Sesampainya di bioskop mereka pun memilih film yang akan di tonton. "Film horor yah, Nan?" ujar Desi kepada gadis itu.

"Bener nih, emang lo berani?" Anan sedikit menyepelekan Desi membuat gadis itu mencebirkan bibirnya.

"Iyalah!" jawabnya cepat.

"Yaudah kalo mau nonton horor, gue sih Oke-oke aja." Desi pun membeli tiket, lalu segera menonton bersama Anan.

Selama dipertengahan film, Anan hanya memejamkan matanya. Dia merasa takut, sebab film yang dipilih Desi adalah cerita tentang pocong. Dan dia sangat takut dengan Pocong!

Akhirnya film pun selesai, mereka pun pulang dengan taksi yang berbeda. "Gue balik yah, Nan. Lo hati-hati dijalan," kata Desi seraya membuka pintu mobil itu.

"Iya, lo juga." Mereka pun berpisah, Anan langsung masuk ke mobil dan mobil itu pun jalan menuju rumahnya.

Selama diperjalanan gadis itu hanya memainkan ponselnya. Tiba-tiba saja taksi terhenti, tapi bukan di depan kosan Anan. Gadis itu pun bertanya ke supir. "Lah? Kok berhenti Pak?"

"Maaf Neng. Taksi nya mogok, turun di sini aja yah. Bayar separuh juga nggak papa," kata supir itu dan langsung diangguki oleh Anan.

Ia pun membayarnya dan mulai berjalan menuju rumahnya. "Nggak papa deh, jalan kaki. Udah deket juga kok ke kosan," ucap Anan pada dirinya sendiri.

Malam semakin sunyi dan udara dingin terasa semakin menusuk. Sejak tadi juga tidak ada satu orang pun yang melewati jalanan yang dilewati Anan. Namun, ia tetap melangkahkan kedua kakinya di tengah-tengah keheningan yang semakin mencekam. Seharusnya malam ini menjadi malam yang baik untuknya.

Karena malam ini adalah ulang tahunnya yang kedua puluh tahun. Bodohnya lagi, ia malah menonton film tentang pocong tadi. Dan sekarang, pocongnya masih terbayang-bayang dipikiran Anan.

Sepanjang film dipenuhi dengan adegan pembunuhan sadis yang membuat Anan mual. Ia memang tidak menonton sampai habis, tapi Desi terus saja memaksanya. Film itu bercerita tentang sosok pembunuh keji yang menghabisi satu keluarga dengan sadis.

Filmnya diputar pukul 10.20 malam dan berakhir pukul 12.00 malam. Selama itu ia harus menahan rasa mual, ketika melihat darah dan organ tubuh manusia.

Setelah filmnya selesai, ia langsung menuju ke toilet. Gadis itu beralasan pada Desi kalau ia ingin buang air, padahal di dalam toilet ia memuntahkan semua yang sudah ia tahan selama satu setengah jam. Sedangkan Desi, gadis itu tampak biasa-biasa saja ketika melihat film tadi.

Untung saja Anan memakai jaket, jika tidak dia sudah mati kedinginan. Sejak tadi juga tidak ada satu orang pun yang melewati jalan ini.

Sudah hampir setengah jalan, kaki Anan terhenti. Di hadapannya terdapat begitu banyak pohon sawit yang menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri jalan yang ia lalui. Keadaan yang gelap dan suasana yang hening ini membuat pohon-pohon itu menjadi terlihat lebih menyeramkan. Entah kenapa ia menjadi setakut ini, mungkin ini efek karena ia baru saja menonton film yang juga menyeramkan.

Gadis itu menarik nafasnya dalam- dalam dan membuangnya, lalu mulai melangkah lagi. Namun baru beberapa langkah, ia mendengar suara yang sepertinya berasal sebelah kanan.

Ia ingin menoleh, tapi rasa takut terus saja menghantuinya. Ia pun kembali meneruskan langkah kakinya, mungkin itu hanya suara serangga atau hewan kecil lainnya yang ada di semak-semak. Tapi sedetik kemudian suara lainnya terdengar, kali ini dari sebelah kiri. Bulu kuduk Anan semakin merinding dengan tubuh yang bergetar.

Ia mempercepat lagi langkahnya, agar ia bisa segera melewati tempat itu. Tapi, lagi dan lagi suara-suara itu terdengar kembali. Kali ini asalnya seperti dari segala penjuru. Tiba-tiba tubuh Anan mendadak kaku dan pandangannya berubah dari tempat yang berbeda dari sebelumnya.

Ia berada di suatu tempat yang ia sendiri tidak tau itu dimana. Lama-kelamaan suara tadi terdengar lebih jelas dan lebih menyeramkan. Seperti suara-suara teriakan. Bulu kuduk Anan mulai merinding. Kalau sudah begini tidak ada cara lain lagi, selain.. lari...

Ia lupa, jika sekarang ia tengah menerawang. Jadi kemana pun ia pergi, ia akan tetap ada di tempat itu. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pandangannya. Dari kejauhan ia melihat seperti ada seseorang yang berdiri di bawah tiang lampu jalan yang terletak di depan sekolah dasar. Ia tidak tau itu sekolah di bagian mana. Yang jelas, hanya ada tertulis Sekolah Dasar.

Semakin dekat, semakin jelas terlihat kalau memang ada seseorang di bawah lampu itu. Namun, ia tidak tahu siapa orang itu. Karena cahaya dari lampu itu yang terus-menerus mati dan menyala. Siapa orang itu? Dan sedang apa dia di sana? Gadis itu hanya bertanya-tanya di dalam lubuk hatinya.

Saat lampu mati, orang itu kemudian berjalan ke tengah, tepat di bawah sorot lampu. Saat lampu menyala kembali, Anan bisa melihat jelas pakaian yang dipakainya. Orang itu memakai celana hitam dan juga jaket hitam dengan topi hitam juga. Kepalanya sedikit tertunduk, jadi ia tidak bisa mengenali siapa orang itu.

Saat lampu mati lagi, samar-samar ia melihat orang itu mengangkat tangannya. Dia memegang sesuatu di tangan kanannya. Saat lampunya kembali menyala barulah Anan bisa melihatnya dengan jelas.

Cangkul, benda yang ia pegang adalah cangkul. Mau ngapain orang itu bawa cangkul malem-malem? Tepat saat lampu itu kembali mati, orang itu langsung berlari ke arah Anan dengan mengangkat cangkulnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari. Tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti, ketika ia mengetahui jika bukan dirinya lah yang dikejar. Melainkan orang yang ada dibelakangnya.

Gadis yang umurnya seperti dengan Anan, ia berlari dari kejaran laki-laki itu. Sekuat tenaga ia berlari sampai akhirnya... Jleb!

Cangkul itu mendarat sempurna dari leher seseorang.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon