34. LARI PAGI

968 93 0
                                    

34. LARI PAGI

"Yaudah, nih minum dulu." Desi menyondorkan segelas air putih untuk Anan yang tadinya terletak di atas nakas. "Lo udah salat, belum?" sambungnya dan Anan menggeleng. Kejadian tadi membuat Anan lupa salat maghrib.

Kemudian, Desi pun mengajaknya untuk salat bersama. Karna kebetulan, ia juga belum salat. Selang beberapa waktu, kegiatannya sudah selesai dan sekarang mereka tengah berada di ruang tamu.

"Kok lo ke sini? Bukannya besok yah baru lo nginep?" tanya Anan. Perasaannya sudah tenang setelah salat.

"Kak Nathan perginya hari ini. Gue juga nggak tahu kenapa?" Desi menjawab seraya membuka cemilan yang ia bawa tadi.

"Terus, kenapa bisa lo masuk ke kosan gue? Perasaan pintunya udah gue tutup deh." Gadis itu terheran, sebab ia benar-benar menutup pintunya tadi. Tapi, kenapa bisa Desi masuk ke kosannya.

"Ketutup dari mananya, orang pas gue dateng pintu kosan lo udah kebuka sendiri. Gue panggil-panggil juga, lo nggak nyaut!"

"Ha? Masa sih?" Kening Anan mengerut karna kebingungan.

"Udah-udah, mending lo makan nih. Gue beli di deket rumah gue. Cobain deh," ujar Desi sembari memberikan Anan seblak kesukaanya. Ia menyuruh Anan memakan seblak tersebut, agar gadis itu lupa dengan kejadian tadi.

Detik berikutnya mereka pun menyantap seblaknya masing-masing sambil menonton tv.

***

Pukul 05:44 pagi, Desi mengajak Anan untuk lari pagi. Anan pun mengiyakan, sebab dirinya juga sudah lama tidak berolahraga.

Sedikit jalan ditempat, ia dan Desi berlari- lari kecil menuju pelabuhan. Jaraknya sekitar 1,4 km. Desi yang mudah untuk lelah, dia punya riwayat penyakit asma, tapi dia sangat semangat ketika berlari pagi ini.

Pintu masuk menuju ke pelabuhan ada didepan mata mereka, keduanya sudah sampai di pelabuhan. Untuk orang yang hanya sekedar lari itu gratis jika ingin masuk ke pelabuhan, tapi kalau mau menggunakan jasa Kapal laut harus bayar. Mereka menggunakan pintu sebelah kanan yang khusus untuk pejalan kaki.

"Kita udah sampai. Sekarang kita mau kemana?" tanya Anan pada Desi.

"Kita kedermaga aja deh, sambil lari-lari," jawabnya dengan suara nafas yang terengah-engah.

"Oke, kalo gitu lanjut lagi yuk."

Mereka masih berlari walau sudah sampai di pelabuhan karena Desi ingin berlari sampai ke dermaga penyeberangan.

Kini suara napas Desi mulai terdengar, membuat Anan mulai khawatir dengan kondisinya. Akhirnya ia berhenti di sebuah tempat duduk agar Desi mau beristirahat sejenak.

"Des, istirahat dulu yuk," ajak Anan dan Desi mengangguk.

"Iya nih, gue capek banget," jawabnya. Desi duduk menghadap ke laut sambil memejamkan mata, sepertinya dia sedang merasakan kedamaian dalam dirinya.

Sedangkan Anan ide jahil kini muncul dipikirannya. Ia segera mencari rumput jarum yang tersebar disekitarnya, lalu mencabutnya dan mendekatkan rumput itu pada hidung Desi.

Seketika gadis itu tertawa ketika melihat Desi yang kini bersin beberapa kali. "Ih, jahil banget sih Nan," kesalnya menatap Anan yang kini tengah menyengir.

Lalu, Anan duduk disamping Desi dan juga mencoba mengikutinya, menghirup udara segar dalam -dalam sambil memejamkan mata, tak lupa menghembuskannya.

Desi menoleh kearah Anan, membuat Anan juga menoleh padanya. "Kenapa?" tanyanya sambil tertawa

"Kenapa apa?" jawab Desi yang kini mengerutkan keningnya.

"Lo kenapa liatin gue kayak gitu?"

"Enggak, lo lucu aja kalo meditasi."

"Lo juga, keliatan cantik kalau lagi meditasi."

"Ah, masa? Tapi masih cantikkan lo sih. Trus cocok banget lagi, jadi kakak ipar gue," kata Desi membuat Anan terbelalak.

"Idih! Gue cukup jadi sahabat lo aja, nggak usah jadi kakak ipar."

"Enggak. Pokoknya lo harus jadian sama kakak gue, supaya gue jadi adik ipar lo." Permintaan ngaco dari Desi membuat Anan salah tingkah. Segera gadis itu berdiri dan langsung berlari menuju dermaga.

Melihat itu, ia ikut berlari. Ternyata Desi sangat semangat hari ini. Dia bisa melewati Anan dan meninggalkannya cukup jauh.

Dermaga pelabuhan hari ini, nampak sepi dari kelayak orang banyak. Entah kenapa? Padahal hari ini hari libur. Mungkin alam menginginkan mereka berdua saja hari ini untuk mempererat pertemanannya. Keduanya tiba di dermaga dan Desi tampak ngos-ngosan, begitu pula dengan Anan.

Anan duduk dipinggir trotoar pelabuhan menghadap kearah laut, nampaklah matahari yang sedari tadi sudah terbit mulai bersinar cerah. Dari timur ia melihat matahari, dan Desi ikut duduk dan manatap kearah Anan.

"Waktu lo sama gue jadi temenan," kata Desi membuat Anan kebingungan.

"Ha? Maksud lo?" tanyanya heran.

"Waktu lo sama gue jadi kita, trus jadi sahabat." Lagi-lagi Anan dibuat bingung.

"Apa sih, maksud lo?" tanya Anan masih heran.

"Sekarang kita udah teman dekat, gue heran kenapa bisa yah kita jadi kayak sekarang."

"Iya. Semua itu berawal dari story gue di ig, lo masih ingatkan," kata Anan, sedangkan Desi mencoba mengingat kejadian waktu itu.

"Iya lah, gue inget banget tuh. Gue gak sadar ternyata kita udah pernah ketemu pas acara Mos. Dan, waktu itu lo komen di postingan gue."

"Terus kita tukeran nomor Wa."

"Hahaha iya."

"Terus lo minta tolong sama gue."

"Iya, dan gue inget banget kalo lo itu pernah naksir sama kak Nathan," ucap Desi seraya tertawa lirih mengingat perkataan Anan dulu.

"Dulu itu mata gue habis kecolok tiang listrik, makanya nggak bisa bedain mana yang genteng dan mana yang enggak," ketus Anan ketika melihat sahabatnya malah menertawakannya.

"Emang kak Nathan nggak ganteng?" tanyanya dan Anan menggeleng.

"Enggak," balasnya tertawa begitu pula dengan Desi.

Jam 07.30 sudah ditunjukkan oleh jam tangan yang Anan pakai. "Eh, pulang yuk. Udah jam segini," ujar Anan lalu Desi hanya mengangguk mengiyakan.

Mereka mulai berlari meninggalkan dermaga dan kembali kekosan Anan. Keduanya menyempatkan waktu untuk singgah ditempat duduk tadi, karena asma Desi kambuh. Setelah membaik mereka hanya berjalan santai, sampai mereka tiba dikosan.

Selang beberapa waktu, Anan dan Desi pun tiba dikosan. Mereka langsung mandi untuk menghilangkan bau keringat yang kini menusuk dihidung keduanya.

"Lo mandi aja dulu, baru gue," ujar Anan. Desi pun masuk ke kamar mandi dan segera berhadapan dengan air yang dingin itu.

Beda halnya dengan Anan yang kini tengah memasak air panas untuk membuat teh hangat. Sampai akhirnya Desi pun selesai mandi, dan kini giliran Anan yang mandi.

***

"Nan, gue balik yah. Kita ketemu di kampus nanti siang," kata Desi yang kini bersiap untuk pulang kerumahnya. Sebab, hari ini orang tua Desi akan pulang dan dia harus menyambut kepulangan mereka.

"Iya. Hati-hati yah," ujar Anan dan gadis itu ngangguk mengerti. Melihat taksi yang dipesan Desi telah datang, ia pun masuk kemobil dan berlalu pergi.

Kembali ke Anan, gadis itu tengah menunggu angkot untuk ke tempat kerja. Dia akan ke Cafe, karna hari ini ia hanya akan ada kelas siang.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now