12. TERJEBAK DIGUBUK TUA

1.5K 143 1
                                    

12. TERJEBAK DIGUBUK TUA

Keesokan harinya Anan, Desi, Galang, dan Nathan pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.

"Kita cari kayu bayarnya di sana aja," usul Desi dan yang lain hanya mengagguk.

Mereka pun berjalan kearah hutan yang lumayan seram dan jauh dari tenda. Sebab, hanya di tempat itu mereka dapat mengumpulkan kayu yang banyak.

Setelah mengumpulkan kayu bakar untuk memasak nanti, mereka pun memutuskan untuk balik ke tenda. "Ayok balik. Kayunya udah lumayan banyak!" teriak Nathan memperlihatkan kayu yang ia pegang.

Anan dan yang lainnya pun menghampiri Nathan dan pulang ke tenda. Tapi, ada yang aneh. Mereka seperti memutari hutan itu saja.

"Lah? Bukannya tadi udah lewat sini yah?" ucap Galang menatap heran salah satu gubuk yang mereka lewati hampir 3 kali.

Seketika Anan merasa bulu kuduknya merinding, tiba-tiba saja ia melihat sekelebat bayangan putih dari gubuk itu. Awalnya dia berfikir itu mungkin hanyalah hantu yang jahil, tapi lama-kelamaan mereka dikagetkan dengan suara rintih orang minta tolong.

"Aduh, itu suara apa'an yah?" tanya Desi ketakutan dengan mengeratkan kembali pelukannya pada lengan Anan.

"Mending kita periksa aja. Gue yakin, pasti ada yang nggak beres di gubuk itu." Anan mengangguk cepat mendengar ucapan Nathan. Dia juga ingin tau, siapa yang dari tadi memanggilnya untuk masuk ke gubuk tua itu.

"Enggak ah! Mending pulang aja yuk, gue takut nih," rengek Desi namun mereka tak mengubrisnya. Anan dan yang lainnya memilih masuk ke gubuk itu, dan ternyata Desi juga ikut masuk karna dia sendiri merasa sangat ketakutaan jika pulang sendiri.

Setelah membuka pintu tersebut, mereka pun masuk dan menatap sekeliling gubuk itu. Gubuk nya sudah lama tak dihuni, sebab atapnya sudah bocor, banyak kotoran hewan di mana-mana dan juga...

Brukk

Mereka kaget ketika pintu itu tertutup sendiri dan tidak bisa di buka. Alhasil, mereka terperangkap di dalam.

"Tolong! Tolong!" Mereka mencoba meminta tolong, berharap ada yang lewat di hutan itu dan menolongnya.

"Akhirnya kalian masuk di perangkap saya," ucap Nenek tua itu yang tiba-tiba datang dengan anjing peliharaannya.

Anan menelan ludahnya susah payah, mereka telah dijebak.

Wanita tua berumur 70 tahunan itu menghampiri mereka dengan anjing yang terlihat kelaparan.

Nenek itu tertawa dengan sedikit terbahak-bahak. "Lihatlah Roy, kita bisa makan enak hari ini," kata Nenek itu kepada anjingnya.

Anjing itu mencoba mendekat kearah Anan, air liurnya mulai berjatuhan dari bibirnya menatap Anan penuh nafsu. Sontak, Anan menjauh dari anjing kelaparan itu.

"Berlindung di belakang gue, Nan," ujar Nathan yang sudah berdiri di depan Anan. Gadis itu hanya mengangguk dan mengikuti ucapan Nathan.

Kemudian Anan mencari akal agar bisa keluar, gadis itu memperhatikan keadaan gubuk. Ia baru ingat jika Kakek berjubah hitam pernah memberikannya serbuk ajaib. Serbuk itu bisa membantunya kali ini.

Ia merongoh saku celananya dan mengeluarkan kain hitam yang di dalamnya ada serbuk. Tanpa berlama-lama, ia pun menaburkan serbuk tersebut pada anjing itu.

Anjing itu menggeliat dan mengaung beberapa kali ketika tubuhnya mengeluarkan asap. Mereka terbelalak tak percaya, hanya dengan serbuk milik Anan anjing itu perlahan mati dengan bulu yang berubah memerah.

Sedangkan Nenek tua itu, ia menatap tajam kearah Anan. Kedua tangannya mengepal kuat-kuat serta rahang yang mulai mengeras.
"Beraninya kau membunuh anjing kesayanganku!" bentak wanita itu pada Anan.

Wanita tua itu mengambil sebuah balok dengan ukuran besar dan mengarahkannya pada Anan. "Sekarang kau yang pertama aku santap hari ini!" ucap Nenek itu diakhiri dengan tawa jahatnya.

Dengan cepat Anan menaburi sisa serbuk tadi kearah Nenek itu. Wanita tua itu menjerit kepanasan kala tubuhnya memerah bahkan melepuh.

Mereka pun segera kabur dari gubuk itu. Nathan dan Galang berusaha mendobrak pintu itu dan alhasil pintu pun terbuka. Baru saja Anan melangkah keluar, tiba- tiba ia melihat sesosok kuntilanak yang wajahnya sangat menyeramkan berada di sampingnya.

"Mau apa kau?" tanya Anan dengan penuh pemberanian. Belakangan ini dia mulai terbiasa menghadapi sosok - sosok menyeramkan yang ia temui.

"Ikut denganku dan bernasib sepertiku," ucap kuntilanak itu dengan tersenyum jahat.

"Tidak akan!" tolaknya. Sebab dia tau, jika wanita itu meninggal karna bunuh diri digubuk tua yang Anan datangi tadi.

"Nan! Ayok," panggil Nathan dan gadis itu pun berlari menyusul mereka yang sudah lumayan jauh.

Selang beberapa waktu, akhirnya mereka pun mendapat jalan keluar dan bisa pulang ke tenda.

"Kalian dari mana aja sih?!" tanya Ike kepada mereka yang tengah mencoba mengatur napas.

"Tadi... kita kesesat dihutan. Untung aja kita bisa pulang ke tenda, kalo enggak bisa mati kita di sana," ceplos Galang dengan napas yang terengah-engah.

Agar lebih tenang, Ike pun mengambilkan mereka air minum. Dan mereka hanya menerima dan meneguknya beberapa kali.

¤¤¤

"Selesai makan... kita bakal balik ke Jakarta. Jadi, kalian langsung beresin barang-barang kalian dan jangan sampai ada yang ketinggalan," ujar panitia lalu duduk kembali.

"Baik, kak!" jawab semunya serentak.

Semuanya pun bubar dan membereskan barang-barang mereka masing-masing. "Jadi gimana... lo masih pengen ikutan camping lagi di lain waktu?" tanya Desi disela-sela Anan tengah memasukkan bajunya ke tas miliknya.

"Ini yang terakhir kalinya gue ikut. Lo mah enak bisa tidur nyenyak, lah gue. Gue nggak bisa tidur gara-gara liat hantu," kesal Anan namun Desi malah tertawa lirih.

"Udah nasib lo jadi anak indigo," jawabnya lalu menggandeng tasnya kepunggung dan berlalu pergi keluar tenda.

Anan hanya membuang napas kasar dan menyusul yang lainnya di luar tenda. Semuanya sudah selesai berberes-beres, segera Anan dan yang lainnya naik ke mobil.

Di dalam mobil, Galang yang ternyata sudah sembuh dari sakit gigi kini tak henti-hentinya mengobrol dengan Desi. Sedangkan Anan, Nathan dan Ike memilih diam dan cukup menyimak.

"Nan, lo dapat serbuk ajaib tadi dari mana?" Anan menoleh kearah Nathan yang pandangannya masih fokus ke depan.

"Dari Kakek jubah hitam itu. Awalnya sih gue kurang percaya kalo serbuknya ajaib, ternyata pas gue coba... serbuknya beneran ajaib," kata Anan dengan menatap kain bekas serbuk itu.

"Gue masih bingung, Kakek itu sebenarnya siapa sih? Kok dia bisa tau tentang lo? Dan... di mana dia dapet kekuatan se keren itu?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Nathan membuat Anan memijit kepalanya sendiri.

"Nanti lo tanya in yah, Nan. Biar gue bisa punya kekuatan kayak Kakek itu."

"Lo tanya in sendiri aja sana!" balas Anan dengan ketus. Ia sudah pusing, malah tambah pusing akibat laki-laki itu.

Sedangkan yang lainnya hanya merasa bodo amat dengan kedua sejoli itu.

"Judes amat sih, Nan?"

"Biarin," sahut Anan seraya menatap kembali ponsel miliknya.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now