21. KEJADIAN PULANG KAMPUS

1.1K 119 0
                                    

21. KEJADIAN PULANG KAMPUS.

"Eh, sorry-sorry Nan. Ini gara-gara Desi, dia yang nyenggol gue." Desi hanya memperlihatkan deretan giginya kearah Anan.

"Hehehe... sorry, Nan. Yaudah, sini gue bantu bersihin." Gadis itu pun mengambil tissu dan mulai membersihkan bajunya Anan yang terkena minuman.

"Kayaknya gue harus ke toilet deh, bersihin pake sabun pasti bakal bersih nih baju gue," ucap Anan seraya mengambil beberapa tissu.

"Gue temenin yah," ujar Desi dan gadis itu menggeleng.

"Nggak usah, mending kalian tunggu pesenan aja di sini. Nggak lama kok." Setelah berucap gadis itu pun berlari kecil kearah toilet.

Setibanya ditoilet Anan pun mengambil sabun dan mulai menggosok baju yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi orens. "Susah banget sih!" Anan terus menggosok kaki bajunya, dan akhirnya noda itu pun hilang.

Segera ia menyusul kedua temannya di kantin.
Ketika hendak duduk di samping kedua temannya, tiba-tiba seseorang tak sengaja menumpahkan kuah bakso pada celana Anan.

Dengan kesal, Anan segera menyeret sang pelaku yaitu Maya. Dari dulu gadis itu selalu mencari masalah, hanya karna dia cemburu Nathan dan Anan saling dekat.

Anan membentak Maya penuh rasa kesal. Baru kali ini gadis itu membentak Maya, biasanya dia hanya diam tanpa membalasnya balik.

"Woy! Lo tuh punya mata nggak sih? Jalan aja pake numpahin minuman ke gue. Pokoknya lo harus tanggung jawab. Gue nggak mau tau!" bentak Anan sambil menarik rambut gadis itu. Desi dan Ike hanya menganga kaget melihat sikap Anan yang berubah. Dia tau, jika Anan orangnya pemaaf dan bisa mengatur emosinya.

"Ish, lepasin Nan. Iya-iya, gue minta maaf. Nanti gue bersihin deh," ucap Maya mencoba melepas jambakan Anan dari rambutnya.

Gadis itu pun melepaskan tangannya dari rambut pirang Maya. "Yaudah, bersihin sekarang. Pokoknya harus bersih, sebersih-bersihnya!"

"Iya-iya, sini gue bersihin," sahutnya seraya mengambil tissu basah dari saku bajunya.

Selang beberapa waktu, baju Anan pun sudah bersih dan cepat-cepat Maya pergi sebelum Anan menjambaknya lagi.

Melihat Maya yang berlari pergi, gadis itu mulai mencerna kejadian tadi. "K-kok gue jadi seberani gitu yah," monolog Anan dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ia pun menghampiri kedua temannya yang berada di kantin duluan.

¤¤¤


"Nan, pulang bareng yuk," ajak Desi yang ternyata membawa motor ke kampus.

"Oke," jawabnya lalu keduanya pun berjalan kearah parkiran.

Saat itu sedang hujan di sertai petir, Anan dan Desi bergegas cepat-cepat ke parkiran motor.

"Kita ngebut aja yah, Nan," ujar Desi dan diangguki oleh gadis itu.

Desi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, karna takut hujan semakin besar. Seketika mereka panik, ketika seseorang tiba-tiba saja melintas dijalanan tanpa menoleh kiri kanan.

"Aaaaa...," teriak keduanya ketika Desi lepas kendali dan motornya pun langsung oleng. Tidak tentu arah karna remnya sudah mentok, alhasil mereka terpental kepinggir jalan.

Setelah berhasil menghentikan motornya, mereka mencoba menepi dan mengatur napas masing-masing. "Lo nggak papa?" tanya Desi kepada Anan yang terlihat shock di belakang.

"Nggak papa," jawabnya dengan mengusap-usap dadanya pelan.

Untung saja tidak ada orang yang melihat kejadian itu, kalau ada tentunya mereka sudah pasti ditertawakan. Dan alhamdulilahnya Allah masih melindungi mereka.

"Kali ini pelan-pelan yah, Des," pesan Anan dan gadis itu mengangguk mengerti.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pulang dengan sangat hati-hati, meskipun keadaan masih sedang hujan dan baju mereka juga sudah basah kuyup.

"Kita mampir ke Cafe dulu yah. Sumpah, tangan gue masih gemetaran gara-gara tadi," ucap Desi lalu membelokkan motornya kearah Cafe dekat kampus.

Akhirnya mereka berteduh di Cafe. Sambil menuggu hujan reda, keduanya memesan minuman hangat. "Gue kesel banget tau nggak, sama orang yang nyebrang tadi! Dia langsung nyelonong gitu aja di jalanan. Untung aja nggak ketabrak, kalo sampe ketabrak kan bisa berabe urusannya," kesal Desi setelah meneguk minumannya.

"Gue juga heran, tadi orang itu kok langsung nyebrang gitu aja. Cewek kan?" Desi mengangguk pertanda iya.

"Orangnya aneh, masa hujan-hujan gini make baju tidur," kata Desi sembari merapikan rambutnya yang sedikit kusut akibat hujan.

"Iya, bajunya war..." Anan menggantungkan ucapannya ketika mengingat sesuatu. Ia jadi ingat dengan baju yang diberikan oleh Kakek itu, sangat mirip dengan baju perempuan tadi.


Lamuan Anan pecah ketika Desi memanggil-manggil namanya berulang kali. "Eh? Kenapa?"

"Lamunin apasih, Nan? Sampe gue panggil-panggil malah nggak nyaut!" tanya Desi dan gadis itu menggeleng cepat.

"Nggak lamunin apa-apa. Pulang yuk, hujannya udah reda tuh."

"Ayok." Segera keduanya membayar minumannya dan langsung pulang.

¤¤¤


"Thanks yah!" Setelah beberapa menit menempuh jalan raya, akhirnya Desi bisa mengantar pulang Anan dengan selamat. Walaupun selama diperjalanan mereka terus saja tertawa, mengingat kejadian tadi menjadikannya bahan lelucon.

"Gue pulang yah," ucap Desi lalu menyalakan kembali mesin motornya.

"Iya, hati-hati." Melihat punggung Desi yang kian menjauh, gadis itu pun masuk ke rumah dan segera ke dapur untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Oh iya, gue baru inget. Ini yang masak siapa yah?" Makanan tadi pagi masih ada di meja makan. Gadis itu masih bertanya-tanya, siapa yang memasak semua makanan itu. Sebab, bahan-bahan dapur Anan berkurang, seperti telur, mie, dan yang lainnya.

"Gue makan aja kali yah? Tapi... kalo makananya udah dikasih racun gimana dong? Mana gue laper banget lagi!" Tak menunggu waktu lama, ia memutuskan untuk memakan makanan tersebut. Siapa tau, yang memasaknya adalah pemilik kosan.

Bu Ratna juga sering masuk ke kosan Anan untuk memeriksa keadaan rumah itu. Jadi, kemungkinan Ratna yang memasak untuk Anan karna ia memiliki rasa iba.

"Enak juga," gumam Anan mulai melahap makanan tersebut. Tidak ada yang salah dari makanan itu, malahan Anan menghabiskan semua lauk yang ada di meja.

Beberapa menit kemudian, acara makan besarnya pun selesai. Perutnya terasa ingin meledak, ia yakin setelah ini timbangannya akan naik 5 kilo. "Huh, kenyang banget gue," ucap Anan lalu meminum air putih. "Hoamm... jadi ngantuk kan gue," lanjutnya dengan berjalan kearah kamarnya dan tertidur pulas.

Kini gadis itu mulai terhanyut di alam mimpi, dengan keadaan kenyang. Tiba-tiba seseorang masuk ke rumah Anan dengan tersenyum. "Aku rindu denganmu, dek," kata perempuan itu yang ternyata berada di ditubuh Ratna.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now