18. SEKAR

1.2K 127 0
                                    

18. SEKAR

"Akan kuhabisi kalian."

"Ra-Rama?" gumam Anan ketika melihat laki-laki itu mulai mencekik leher Desi.

Desi terus berontak, kedua tangannya mencoba melepaskan tangan Rama dari lehernya. Nafasnya mulai tak beraturan, serta kedua matanya yang terpejam kuat-kuat.

"Ram! Lepasin Desi!" Gadis itu menarik tangan kekar Rama.

Bruk!

Rama mendorong Anan ke tembok, alhasil membuat gadis itu sedikit pusing. Ketika Desi dipaksa untuk ikut dengan Rama, samar-samar Anan mendengar suara ambulans. Tapi makin lama makin dekat dan ternyata itu dengungan alarm mobil polisi.

Satu persatu polisi memasuki ke kosan itu. "Diam di tempat!" teriak salah satu polisi berbadan buncit itu.

Rama menunduk dan mengangkat kedua tangannya. Mereka langsung memborgol Rama, lalu membawanya ke mobil polisi.

Sedangkan Desi, ia segera mrnghampiri Anan yang bernapas lega dan tersenyum kecut. "Kalian nggak papa?" Keduanya menoleh, dan ternyata dia adalah Nathan.

"Kok lo bisa ada di sini?" tanya Anan heran. Pasalnya dia tidak memberitahu Anan jika ia sedang ada di kosan Rama.

"Gue yang ngasih tau kak Nathan." Gadis itu mengangguk mengerti. Ternyata Desi yang memberitahunya, untung saja laki-laki itu datang tepat waktu.

"Kalo gitu makasih yah," ucap Anan dengan tersenyum kaku.

"Iya, sama-sama. Yaudah, mending sekarang kita pergi dari sini."

"Jangan dulu. Di dalem ada mayat, dan kita harus kubur."

"M-mayat?" Anan mengagguk cepat.

Mereka pun segera masuk ke Wc tersebut dan mulai mengurus pemakaman mayat tadi.

¤¤¤

Selang beberapa waktu, pemakaman pun selesai. ketiganya langsung pergi ke salah satu Cafe untuk mengisi perut masing-masing.

"Semoga Neneknya Rama bisa tenang yah," ujar Anan seraya menjatuhkan bokongnya ke kursi.

"Iya," jawab Nathan. "Oh iya, kalian mau pesen apa?" lanjutnya dan kedua gadis itu langsung menatap menu beberapa detik.

"Gue pesen ini deh, kak." Nathan mengangguk paham. "Kalo lo, Nan?"

"Samain aja sama Desi." Nathan yang mendengarnya langsung memesan pada pelayan.

"Eh, gue ke toilet bentar yah." Kedua kakak adik itu mengangguk, sedangkan Anan segera berjalan menuju toilet.

Ketika berada di toilet sekelebat hitam muncul di balik cermin. Gadis itu sudah tak kaget lagi, karna dia sudah tau.

"Bagus, kamu sudah menyelesaikan semuanya. Sebagai hadiahnya, ambil serbuk ajaib ini." Anan melirik kearah serbuk yang dilapisi dengan kain hitam itu.

Gadis itu pun meraihnya, dengan tersenyum. "Makasih, Kek."

Kakek itu hanya mengangguk, tiga detik kemudian laki-laki tua dengan jubah hitam kini hilang dari hadapan Anan.

Pada saat ia membuka pintu toilet, tiba-tiba suara lirih terdengar dari telinga Anan. Suaranya semakin keras, membuat Anan berbalik badan.

"Astagfirullah." Gadis itu mengusap dadanya pelan, sebab di depannya sudah ada sosok dengan wajah yang penuh darah dan memar.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now