38. EMELY

792 82 0
                                    

38. EMELY

"Kalian ada kuliah pagi ini?" tanya Bagas dan tak lupa mengunyah makanan dimulutnya.

"Iya, pa," sahut Desi dan diangguki pula oleh Anan.

Selang beberapa menit, mereka pun berangkat ke kampus karna takut terlambat. Ketiganya kini sudah ada di dalam mobil berjalan menuju kampus.

***

Saat berada di lorong menuju kelas, Anan mendengar suara tawa anak kecil. Gadis itu pun mulai merasa takut, karna suaranya persis dengan suara Emely. Sedetik kemudian ia langsung lari menuju kelasnya yang teryata sudah ramai oleh beberapa murid.

"Kenapa, Nan? Kok kayak habis dikejar anjing aja..." tanya Desi yang lebih dulu ada di kelas, sebab Anan ijin ke toilet sebentar.

"Eh? E... Enggak kok," jawabnya dengan napas terenggah-enggah.

"Bener nggak apa-apa? Atau... lo ketemu lagi sama hantu anak kecil itu," tebaknya membuat Anan mengangguk pasrah. Lagi pula jika ia berbohong, Desi akan tetap bertanya terus-terusan.

"Lo liat dimana?" Desi jadi kepo.

"Nggak liat sih, cuman denger suara ketawanya doang."

Desi yang mendengarnya lalu beroh ria. Sampai akhirnya dosen pun datang dan belajar mengajar pun telah dimulai.

Setelah hampir dua jam mendengarkan penjelasan dari dosen, Anan dan Desi pun memutuskan untuk ke kantin. Ia memilih untuk makan gado-gado buatan mang Udin.

"Mang, gado-gado dua bungkus nggak pedes yah," ucap Desi dan pemilik kantin itu hanya mengacungkan jempolnya.

Tak menunggu waktu lama, pesanan mereka pun datang dan sudah siap untuk disantap.

Pada saat tengah asyik makan, tiba-tiba Anan tersentak kaget ketikabada yang menyentuh kakinya di bawah meja. Dengan ragu, ia pun mengeceknya.

Kedua matanya membulat tak percaya, serta mulutnya yang ia tutup dengan telapak tangannya. Bagaimana tidak, sosok anak kecil itu muncul lagi.

"Nan, kenapa lo?" tanya Desi terhera melihat raut wajah Anan yang kini berubah.

"Emm... itu.. i... itu..."

"Itu apa?"

"Liat aja deh di bawah meja," ucapnya cepat. Segera Desi menunduk dan melihat apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.

"Apa sih, Nan? Nggak ada apa-apa kok di sini," ujar Desi setelah mengecek bawah meja.

Anan yang mendengarnya pun langsung melihat kembali. Dan benar, tidak ada siapa-siapa. Emely sudah menghilang, membuat Anan melirik sekitar kantin untuk mencari anak perempuan itu.

Tetap saja, sosok itu sudah tidak ada disekitaran kantin. Kemana anak itu? Trus, kenapa bisa ia mengikuti Anan sampai ke kampus? Pertanyaan tentang Emely kini muncul dipikiran Anan.

"Emang ada apa sih?" tanya Desi memecahkan lamuan Anan.

"Lo inget kan, anak kecil yang ada di rumah lo semalem?" Desi mengangguk cepat. "Tadi dia ada di bawah meja, sambil senyumin gue, Des," lanjutnya dan kedua mata Desi membulat.

"Ah, yang bener lo? Terus t uh anak kemana? Kok udah nggak ada di sini," ucap Desi seraya celingak-celinguk menatap sekitar.

"Udah pergi kali. Eh, cepet deh makannya, gue mau pulang nih," katanya lalu mereka pun melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Anan kini berada di depan kampus dan tengah menunggu Desi yang katanya pergi isi bensin dulu. Beberapa menit kemudian, sahabatnya datang dan mereka pulang bersama dengan naik motor.

"Nan, gue masih bingung, kenapa yah anak perempuan itu ngikutin lo terus?" tanya Desi di atas motor.

"Gue juga nggak tau," jawabnya seraya mendekat ketelinga Desi, takut jika gadis itu tak mendengar ucapannya karna suara kendaraan lain dijalanan.

"Oh iya... lo kan pernah bilang, kalo lo pernah mimpiin anak itu. Namanya siapa?"

"Emely."

"Oh, Emely," ujar Desi dengan tak sabaran. "Terus ibunya kemana?" Desi bertanya ketika selesai mendengar cerita Anan disepanjang jalan menuju pulang.

Anan mengacuhkan bahunya. "Nggak tau, gue cuman liat Emely doang." Ia berfikir sejenak. "Atau... Emely pengen gue bantu temuin dia sama ibunya," lanjutnya sesuai pemikirannya.

"Bisa jadi sih. Eh, nanti lo coba ngomong sama anak itu. Siapa tau aja dia mau diajak bicara," ujar Desi dan tak lama kemudian motornya pun terhenti tepat di depan kosan Anan.

Desi turun dari motor, sembari membuka helm yang ia kenakan. "Iya deh, nanti gue ajak dia ngomong. Btw, makasih yah udah nganterin gue pulang. Beruntung nggak jatuh lagi pas waktu itu," canda Anan membuat Desi mengingat kejadian mereka dulu pas jatuh dari motor.

"Ah, lo mah nginget itu mulu. Yaudah, gue pulang dulu yah. Besok kalo ada waktu, gue bakal main ke kosan lo," kata Desi dan diangguki oleh Anan.

"Bayy..." ucapnya dengan motor yang melaju pergi. Melihat punggung Desi yang kian menjauh, ia pun masuk ke kosan dan segera bersiap-siap untuk berangkat kerja di Cafe.

***

Kini gadis itu sudah tiba ditempat kerja dan segera menjalankan tugasnya, yaitu menjadi barista. Sore itu pelanggan sangat sepi, hanya ada 10 sampai 11 orang saja yang datang.

"Tumben yah sepi," ucap Sarah.

"Nggak tau, mungkin karna cuaca kali, makanya hari ini sepi." Memang cuaca sore itu sedikit mendung, dan menunjukkan sebentar lagi akan ada hujan turun.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now