55. MENCARI TAHU

510 57 2
                                    

55. MENCARI TAHU

Bruk!

Lamuan Anan pecah ketika sesuatu benda terjatuh dari ruang seni. Ia bisa melihat beberapa cat yang terjatuh kelantai, sebab pintu tersebut tidak tertutup.

Haruskah ia mengeceknya?

Lebih baik ia urungkan niat itu, sebelum kejadian buruk seperti dulu menimpanya lagi. Saat itu ia sedang ingin ke toilet, sedangkan Desi masih ada di ruang guru untuk menyelesaikan urusannya.

"What are you doing? (Apa yang kau lakukan?)" tanya seseorang membuat Anan tersentak kaget.

Ia pun berbalik. Ah, rupanya itu adalah Emely dan juga Alex. Kenapa bisa kedua bocil ada di sini?

Anan berdecak sebal. "You just surprised me. But wait.. why did you come here? (Kalian membuatku kaget saja. Tapi tunggu.. kenapa bisa kalian kemari?)"

"We follow you. Oh yeah, you better not go there. It's very dangerous there,&here's a bad girl waiting for you, (Kami mengikutimu. Oh ya, lebih baik kau jangan ke sana. Di sana sangat bahaya, ada perempuan jahat yang menunggumu,)" ujar Alex seraya menunjuk kearah ruang seni.

"Bad girl? Who? (Perempuan jahat? Siapa?)" Keningnya mengerut heran.

"Ghost without eyes. He wants your eyes- (Hantu tanpa mata. Dia mengingkan matamu-)" ucapannya terpotong ketika Desi memanggil Anan dari kejauhan.

"We'll talk about this at home. (Nanti kita bicarakan ini di rumah.)"

"Iya, bentar," jawabnya lalu menghampiri Desi.

"Lo dari mana aja? Gue cariin juga," ucap Desi mendegus kesal.

"Habis ke toilet. Udah selesai? Pulang yuk!"

"Eh-eh, bentar. Kita keliling dulu lah, udah lama gue nggak ke sini."

"Enggak deh. Mendingan pulang aja yuk," rengek Anan tetapi gadis itu menggeleng dan tetap ingin berkeliling.

"Udah ikut aja. Nggak lama kok." Dengan terpaksa Anan pun mengikutinya dan berharap dia tidak bertemu dengan hantu itu.

Kini mereka mulai berkeliling dan melihat banyak sekali perubahan dari sekolah tersebut. Mulai dari cat sekolah, lapangan, toilet, kelas, dan masih banyak lagi.

"Eh, Nan. Lo kenapa sih? Daritadi kayak gelisah gitu? Sakit?" tanya Desi yang kini menatap heran sahabatnya. Memang benar, Anan mulai ketakutan karna Desi terus saja memaksanya untuk melihat ruang seni.

"Nggak usah ke sana yah."

"Tapi kenapa? Gue kan pengen liat ruangan itu. Emang lo nggak mau liat lukisan lo dulu?" Selama bersekolah di SMA Garuda, Anan dan Desi sering mengikuti lomba melukis, dan lukisannya dipajang diruangan tersebut.

"Lo mau tau?" Desi mengangguk ragu.

Aman pun menceritakan tentang sosok yang ada di ruangan tersebut.

"Lah? Kok lo nggak pernah ngasih tau gue sih?" kesalnya setelah mendengar cerita dari Anan.

Ia menghembuskan napas kasar. "Gue takut kalo hantu itu nyamperin gue lagi. Terus juga, kata Emely sama Alex, hantu itu ngincer mata gue. Dia mau ngambil mata gue," jelas Anan membuat Desi bergeming.

"Emang lo tau alasannya apa?" Anan menggeleng cepat. "Gimana kalo kita cari tau aja. Lo kan indigo, bisa ngomong sama hantu," ujarnya dan Anan terbelalak.

"Dih, gila lo. Kalo tuh hantu ngambil mata gue, gimana?"

"Nggak bakal."

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now