19. SENDIRIAN

1.2K 122 0
                                    

19. SENDIRIAN

Malam itu Anan baru pulang dari tempat kerja. Udaranya sangat dingin hingga menembus kulit putihnya, baju yang tipis membuat gadis itu menggigil karna kedinginan.

"Pake lupa bawa jaket lagi," gerutu Anan seraya mengusap-usap kedua telapak tangannya.

Ia melewati jalanan yang sepi yang agak remang-remang karena pencahayaan yang minim, maklum saja rumahnya itu lumayan jauh dari ibu kota. Gadis itu berjalan di atas trotoar, sehingga beberapa kendaraan umum ia lihat lalu lawang. Malam ini dia tengah lembur kerja, alhasil Anan pun pulang dengan sangat larut.

"Hey!"

Seseorang dari kejauhan memanggil gadis itu. Karna takut itu adalah orang yang sedang mabuk, ia memilih berlari menjauhi panggilan itu. Perlahan suara mereka mulai terdengar jelas.

"Aduh... gue harus gimana ini?" monolog Anan dengan menoleh kiri kanan.

Pikirannya mulai cemas dan tidak karuan, karena memang daerah sini sering ada orang yang mabuk. Anan kembali mempercepat langkah kaki sambil berlari kecil. Ia melirik kearah jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah pukul setengah sebelas.

Karena takut hari semakin larut, ia memutuskan untuk menginap di rumah Ike yang memang tak jauh dari daerah sini. Suara orang yang tadi pun sudah tidak terdengar lagi. Ia bernafas lega dan tetap melanjutkan langkah kakinya.

Selang beberapa waktu, tiba-tiba suara yang tadi ia dengar sudah ada di belakangnya. Benar saja mereka sedang mabuk dua orang pria mabuk itu mendekati Anan dan berkata.

"Mau kemana kalian?" tanya laki-laki tua itu dengan botol yang ia pegang. Tunggu, ada yang aneh. Kalian? Perasaan Anan hanya sendiri, tapi ia tidak memikirkan itu dulu. Ia harus cari cara agar bisa kabur dari mereka.

Anan berusaha mundur, laki-laki yang satunya menatap Anan dengan tatapan aneh. Ia pun berbalik dan berlari, tapi tangannya berhasil ditangkap oleh laki-laki itu.

"T-tolong! Tolong!" Sial, jalanan di sini sangat sepi. Jadi percuma gadis itu berteriak sekuat tenaga.

Anan terus berteriak dengan kencang, tapi tiba-tiba saja kedua laki-laki itu berlari dengan kencangnya. Nafas Anan masih terengah-engah, ya tuhan rasanya ia ketakutan sekali. Hampir saja ia menjadi korban dari kedua laki-laki bejat itu.

Gadis itu menoleh, ia berfikit seseorang datang menolongnya. Tetapi setelah ia melihat sekitar, tidak ada siapapun.

"Apa mungkin Kakek itu?" Anan kembali melanjutkan perjalanannya, mungkin saja yang menolongnya benar-benar laki-laki tua itu.

Karena merasa sedikit haus, ia memilih mampir di warung kopi yang saat itu masih buka. Pemilik warung pun bertanya kepada Anan yang terlihat pucat dan lelah.

"Kau kenapa, nak? Wajahmu terlihat pucat," tanya wanita paruh bayah itu seraya membawa minuman di nampan.

"Saya tidak apa-apa, Bu." Pemilik warung hanya beroh ria lalu menaruh dua gelas berisi teh hangat itu di meja.

"Silahkan," kata wanita itu dan Anan segera meraih gelas tersebut lalu meminumnya.

Anehnya pemilik warung membawakan dua gelas minuman. Anan pun keheranan dengan kening mengerut.

"Maaf bu, saya cuma sendiri. Gelas yang satu untuk siapa?" Wanita itu juga ikut keheranan.

"Lah? Tadi saya melihat kamu berdua, jadi saya suguhi dua minuman," sahutnya membuat Anan bergerak gelisah. Siapa yang bersamanya tadi?

Tangannya kembali bergetar, ia pun memilih menelepon Nathan untuk menjemputnya. Tak peduli jika itu akan mengganggu istirahat laki-laki itu, yang terpenting dia bisa pulang dengan selamat.

"Halo, Than."

[Iya, ada apa nelfon malem-malem gini?]

"Gue bisa minta tolong nggak?"

[Boleh, apa emang?]

"Lo jemput gue yah, soalnya ada yang ngikutin gue dari tadi."

[Oke-oke, gue jemput. Kirim alamat lo sekarang.]

Anan menghembuskan napas lega, lalu ia pun mengirim alamatnya pada laki-laki yang ada di sebrang sana.

Beberapa menit kemudian Nathan pun datang. Laki-laki itu menghampiri Anan yang tengah mengobrol dengan pemilik warung tadi. "Bu, saya pulang dulu ya. Terima kasih udah ditemenin," ujar Anan ramah.

"Iya, Nak. Oh iya, kapan-kapan mampir kesini lagi sama pacarnya," jawab wanita itu membuat kedua sejoli menjadi salting.

Tak menunggu waktu lama, mereka pun pulang dengan mobil Nathan. Selama diperjalanan gadis itu menceritakan semuanya tentang seseorang yang mengikutinya tadi.

"Siapa tau aja itu sosok yang mau minta tolong kali, Nan," ujar Nathan berpikiran seperti itu.

"Nggak mungkin lah. Kalo itu emang hantu yang mau minta tolong ama gue, pasti gue bisa liat sosoknya. Dan satu lagi, masa pemilik warung sama bapak-bapak tadi liat sosoknya juga." Anan menjadi was-was, ia terpikir bagaimana jika itu adalah Rama yang keluar dari penjara dan mau balas dendam.

"Apa jangan-jangan itu, Rama." Nathan menoleh sesaat dengan tangan yang masih memegang stir mobil.

"Emang lo tau orangnya cewek atau cowok?" Gadis itu menggeleng pelan, kenapa ia bisa lupa mempertanyakan perihal itu ke pemilik warung tadi.

"Udah nggak usah dipikirin. Gimana kalo lo nginep di rumah gue aja," usul laki-laki itu membuat Anan menggeleng cepat. Dia hanya tak ingin para tetangga menggosipinya yang tidak-tidak.

"Nggak usah Than, gue bisa kok di rumah sendirian." Nathan hanya beroh ria, dia tidak bisa memaksa karna dia tau jika Anan sebenarnya takut digosipi oleh tetangganya yang suka nyinyir.

Tibanya di kosan Anan, mereka pun turun dari mobil. "Thanks yah, udah mau gue repotin," ucap Anan dengan menyengir.

"Iya, sama-sama. Yaudah, mending lo masuk dan jangan lupa kunci pintu sama semua jendela," ujar Nathan dan gadis itu hanya mengagguk patuh.

"Kalo gitu gue pulang yah, nanti kalo ada apa-apa kabarin gue aja," kata Nathan dengan tersenyum tipis.

"Iya, nanti gue kabarin. Yaudah sana pulang, hati-hati bayy." Gadis itu langsung masuk begitu saja tanpa menunggu Nathan pergi dulu.

Nathan hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil dan melajukannya. Setelah menutup pintu, Anan tak lupa menutup semua jendela juga sesuai perkataan laki-laki tadi.

"Huh, semuanya udah gue kunci. Sekarang gue mau makan, sumpah laper banget." Gadis itu segera masuk ke dapur dan melahap makanan yang telah ia panaskan.

Selesai makan, ia pun masuk ke kamarnya untuk tidur karna malam ini sudah pukul setengah satu. Selang beberapa waktu, akhirnya ia mulai terhanyut di alam mimpi.

¤¤¤

Pagi itu Anan terlambat bangun, alhasil dia jadi tergesa-gesa untuk berangkat ke kampus. Gadis itu segera mandi dan bersiap-siap. Setelah masuk ke dapur untuk memakan sepotong roti, ada yang aneh. Terlihat beberapa banyak makanan yang tersaji begitu rapi di meja makan. Siapa yang memasak? Perasaan dia tidak memiliki asisten rumah tangga.

"I-ini siapa yang masak?" Gadis itu bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now