71. SOSOK BESAR

347 36 1
                                    

71. SOSOK BESAR

Setelah menceritakan semuanya pada Kakek, Anan berserta teman-temannya pun diberikan sebuah batu kerikil berukuran kecil yang akan berguna untuk mereka bisa masuk ke dunia gaib. Dan juga batu tersebut dapat melindungi mereka dari mahluk tak kasat mata.

"Ingat pesan Kakek, jaga batu ini dan jangan sampai hilang!"

Bima, Nisa, Fira, dan Dika semakin dibuat kebingungan dengan kedatangan Kakek yang secara tiba-tiba, bahkan tanpa babibu ia memberikan sebuah batu kerikil berwarna hitam ke abu-abuan pada mereka. Yang mereka tau, dia merupakan Kakek Anan, sebab Anan memanggilnya dengan sebutan Kakek.

"Des, ini batu buat apaan?" bisik Bima sembari menatap benda yang dipegangnya itu.

"Udah, lo gak perlu tau. Mending sekarang lo dengerin apa kata kakek barusan, nih batu jangan sampe hilang."

Fira yang berada di sampingnya pun ikut berucap, karna ia sama penasarannya dengan Bima. "Trus, Kakek itu siapa? Penampilannya kok aneh banget sih? Perasaan hari Helloween masih lama deh."

Desi mengarahkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri. "Sstt ... kalian kalo emang mau bantuin, mending diem."

Kakek mulai memberikan mereka peraturan-peraturan apa saja yang perlu dipatuhi. "Selama kalian di sana, akan ada dua penjaga yang Kakek arahkan untuk menjaga kalian."

"Siapa, Kek?"

"Nanti kau akan tahu sendiri." Kakek itu mengeluarkan selembar kertas yang sudah kotor dan diberikannya pada Anan. "Peta ini akan membantumu masuk ke dunia gaib itu."

Anan menerimanya, dia tersenyum, begitupun dengan Nathan yang berada di sampingnya. Pandangan Kakek mengarah pada Nathan, ia menepuk pundak anak muda itu beberapa kali. "Jaga cucuku, pastikan dia pulang dengan selamat."

Nathan mengangguk. "Pasti, Kek. Saya bakal jaga Anan semampu yang saya bisa."

Lalu tak lama kemudian Kakek itu pun menghilang, membuat teman-teman Anan langsung membelalakkan mata tak percaya dengan apa yang mereka lihat barusan.

"Lho, kakek tadi kemana? Perasaan gue cuma kedip sekali doang, dah hilang aja," heran Nisa seraya menatap sekitar.

"Cepet kasih tau gue, Kakek yang tadi manusia kan?" tanya Dika membuat Anan, Nathan dan Desi langsung tertawa melihat reaksi teman-temannya itu.

"Nih, gue kasih tau." Anan menjeda ucapannya sesaat. "Kakek yang tadi itu kakek gue, dia udah gak ada, dan kenapa dia masih ada di sini... Ya karna ada sesuatu hal yang belum diselesaiin."

"Eh, bentar-bentar. Udah gak ada, maksudnya meninggal gitu?" Anan mengangguk mengiyakan ucapan Fira.

"Dan kata Kakek, kalo gue bisa nolong Sintiya dari sosok besar itu, gue bakal balik lagi kayak semula."

"Nah, makanya kalian harus bantuin kita. Anggap aja cari pengalaman gitu," kata Desi sambil merangkul bahu Bima.

"Pengalaman sih pengalaman, tapi gak sampe pindah alam juga kali."

***

Mereka kini dihadapkan dengan sebuah lorong gelap dan panjang, disekelilingnya hanya ada pohon rindang yang Anan sendiri tidak tahu pohon apa. Mereka saling berpegangan satu sama lain, seolah-olah ingin mencari perlindungan.

"Beneran nih kita bakal lewat sini?" tanya Fira dengan tangan yang memeluk lengan Dika.

"Ya kan sesuai peta. Jadi, kita harus lewat jalanan ini." Anan mulai memperhatikan sekeliling, ingin rasanya ia berteriak keras ketika ternyata mereka saat ini tengah dikepung oleh banyak sosok menyeramkan.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now