47. SAHUR PERTAMA

680 67 0
                                    

47. SAHUR PERTAMA

Anan segera berlari masuk ke dalam kosannya, meninggalkan Gea yang kini terbang dengan wajah yang sangat menyeramkan.

"Jadi selama ini Gea bukan manusia? Huh! Kok gue nggak bisa bedain sih, mana orang dan mana hantu?" Gadis itu masih mencoba mengatur napasnya lalu mengintip dari jendela. Syukurlah, Gea sudah tidak di luar.

"I told you from yesterday, he's not human (Sudah kukatakan dari kemarin, dia itu bukan manusia,)" ucap Emely yang tiba-tiba saja muncul bersama Alex.

"Yes, he doesn't want to hear. He's so stubborn, (Iya, dia tidak mau dengar. Dia sangat keras kepala,)" ejek Alex dan diangguki pula oleh Emely. Memang dari kemarin mereka berdua sudah memperingati Anan, tapi ia sendiri yang tidak percaya.

"yes-yes i'm tired. (Iya-iya, aku kapok.)"

***

"Hah... udah pukul 04.20. Pada ke mana sih sampai enggak ada yang bangunin?" gerutunya sembari keluar kamar dan lari ke dapur. Namun, meja makan pun kosong tidak ada makanan, bahkan kompor gas pun mati karena gasnya habis.

"Duh, kenapa gue bisa lupa sih," lanjutnya dengan menepuk jidatnya berulang kali. Ia lupa, jika hari ini adalah hari pertama ia bulan puasa tanpa orang tua.

Tidak ada waktu lagi meski hanya untuk membuat mie instan, sebagai makan sahur hari pertamanya. Suara panggilan imsak sudah ramai terdengar. Padahal sahur hari pertama, petugas ronda begitu perhatian hingga menggedor pintu rumah karena lampu ruang makan masih gelap.

Ya sudahlah, minum air putih saja, walau hanya dengan 600 ml. "Yang penting niat," gumam Anan tersenyum kaku.

Karena galon air juga kosong di atas dispenser. Untung ada kurma yang ia beli kemarin.

"Kenapa gue apes banget sih pagi ini?" Anan seolah menyalahkan keadaan yang sedang ia jalani.

Sekali teguk, air pun lenyap dari botol berpindah ke perutnya. Alhamdulillah, lumayan masih bisa sahur dengan air putih dan kurma.

Ia menghela napas panjang dan duduk di kursi makan. "Ternyata pas sendirian, kalo bulan Ramadan rasanya sedih. Hari pertama sahur sendiri, tapi pas buka puasa, enggak terasa karena masih di jalan," ucapnya sembari memegang botol air minum yang baru saja ia teguk airnya hingga tak bersisa.

Anan meraih ponsel yang sedang di-charger semalam di atas nakas dekat meja makan. Setelah tersambung dengan WiFi, ia pun membuka laman WhatsApp. Baru terbaca kalau ternyata Disa dan Nathan sudah menelepon dan mengirim pesan beberapa kali.

belum lagi telepon Mama ada dua puluh lebih panggilan yang tak kujawab.

"Hai," sapa Anan setelah menerima sambungan video call dari Nathan.

"Ya ampun, Nan. Lo tidur apa pingsan sih? Dari tadi kita telfon kok nggak diangkat?" kesal Desi yang berada di samping Nathan.

"Iya, sorry... gue lupa banget kalau harus sahur," jawabnya pelan karena terselip rasa kesal pada diri sendiri.

"Besok-besok pasang alarm aja," ujar Nathan dan Anan menganggukm

"Iya, nanti gue baksl pasang alarm. Oh iya, udah dulu yah. Gue mau salat Subuh dulu. Bayy," kata Anan dengan melambaikan tangannya.

"Bayyy..."

Percakapan pun terputus. Anan segera melanjutkan kegiatan paginya.

Setelah salat Subuh, ia megelar matras yoga untuk melakukan beberapa pose agar badan tetap fit meskipun tanpa sahur untuk beraktivitas sepanjang hari, hingga waktu beduk Magrib sore nanti.

Bulir-bulir keringat mulai menyelinap keluar dari pori-pori dan rasa segar pun menjalar di seluruh badan. Tepat satu jam bergerak, ia pun menyudahi. Kini tinggal penurunan atau relaksasi agar ototnya tidak kaget. Setelah keringat sudah menurun, ia segera mandi karena harus berangkat kerja.

Kemarin ada yang menawarkan Anan bekerja, dan gadis itu pun menerimanya. Lumayan kan, untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari nanti.

***

"Hai, Nan ... gimana sahurmu tanpa keluarga?" tanya Sarah sambil menampakkan deretan gigi dari senyuman yang dipaksakan. Dia lah yang mengajak Anan untuk bekerja bersama-sama.

Sarah juga anak yatim piatu. Orang tuanya sudah tiada sejak ia masih berumur 2 tahun.

"Aman dong," jawabnya singkat. Daripada puasa Anan batal setiap ketemu dia, ada saja yang membuat hatinya kesal. Tapi... dia juga baik sebenarnya.

"Bagus kalo gitu. Gue mau buang sampah dulu yah," kata Sarah dan Anan hanya menaik turunkan dagunya.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now