64. COWOK BERMASKER

484 49 4
                                    

64. COWOK BERMASKER

Ia tidak mungkin berbohong, karna lututnya benar-benar sakit.

Mereka pun pergi ke salah satu warung dan mengobati luka Anan di sana. Laki-laki itu mulai memberi obat merah yang ia beli tadi pada lutut kanan Anan.

"Awhh," ringisnya ketika cairan merah itu mulai mengenai kulit bagian dalamnya.

"Sorry-sorry. Tahan yah, perihnya cuman sebentar kok." Gadis itu hanya tersenyum kecut sambil memejamkan matanya menahan rasa sakit dilututnya.

"Nah, udah! Sekarang mau gue anter pulang nggak?"

"Eh nggak usah, nggak usah," tolaknya lembut.

"Oh yaudah, tapi gue bantu cariin taksi yah?"

"Mm.. iya," jawabnya kikuk.

Setelah mendapat taksi, Anan pun berucap terima kasih pada laki-laki itu dan pulang ke rumahnya.

***

Selesai berbuka puasa dan jam sudah menunjukkan pukul sembilan, Anan memutuskan untuk segera tidur.

Malam yang sunyi itu Anan mengalami sebuah mimpi buruk, di dalam mimpnya, ia terbangun keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk mencari ibunya. Ketika melihat sekitar, ia tengah berada di rumah lamanya bersama orang tua angkatnya.

Setelah menemukan ibunya, ternyata wanita paruh bayah itu sedang berbaring di sofa di ruang tamu. Akan tetapi ada sesosok hantu yang menyerupai seorang gadis kecil sedang duduk disamping ibunya, hantu itu hanya diam dan melihat ke arah sang ibu.

Sepertinya dia sedang memperhatikan ibunya namun, sang ibu tak melihat kehadiran sosok hantu itu disampingnya. Wanita paruh bayah itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Anan.

Saat itu yang hanya Anan inginkan adalah bangun dari mimpi buruknya, tetapi ia tidak bisa, karena seperti ada yang menahannya sampai ia tak bisa membuka mata. Di dalam mimpi yang hanya ingin Anan lakukan adalah berteriak sekeras mungkin dan memperingatkan kepada ibunya bahwa ada hantu disampingnya, tetapi ia tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun.

Kemudian mata Anan terbuka lebar dan ia telah terbangun dari mimpi buruknya. Napasnya terengah-engah lalu melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Udah Nan, udah... itu cuman mimpi," ucapnya mencoba menenangkan diri. Entah kenapa ia bermimpi seperti itu? Ah, mungkin saja ia rindu dengan ibu angkatnya itu.

Detik kemudian ia memilih untuk kembali tidur agar sahur nanti ia tidak terlambat bangun.

***

Pagi pun tiba, selesai membersihkan rumah gadis itu segera pergi ke rumah Desi.

Beberapa menit yang lalu...

"Halo Nan," ucap seseorang disebrang sana.

"Iya, ada apa?" Saat itu Anan baru selesai salat subuh dan berada di dapur untuk mencuci piring.

"Eh, nanti lo ke rumah gue yah. Gue udah dapet nomor Dika, Fira, Nisa sama Bima."

"Oh yah? Terus mereka sekarang dimana?" tanyanya seraya duduk di kursi sambil mengobrol dengan Desi.

"Fira sama Dika sih udah ada di Jakarta, tapi kalo Nisa sama Bima mungkin lusa baru mereka berdua dateng."

"D-Dika udah di Jakarta?"

"Iya!"

Tiba-tiba Anan teringat kejadian kemarin sepulangnya dari kampus.

Cowok bermasker itu!

"Kayaknya gue udah ketemu deh sama Dika," gumam Anan tapi tetap didengar oleh Desi yang kini masih tersambung dalam telpon.

"Ha? Dimana? Kok lo nggak ngomong sih kalo udah ketemu duluan?"

Anan menghela napasnya jengah. "Yah mana gue tau kalo itu Dika? Soalnya dia make masker."

"Ohh gitu, yaudah deh. Nanti lo dateng yah, Dika sama Fira rencana bakal datang entar.

"Okey, nanti kalo udah beres-beres gue pasti bakal dateng ke rumah lo."

Setelah itu, Anan langsung menyelesaikan kegiatannya yang tertunda. Selang beberapa menit, ia pun bersiap-siap untuk ke rumah Desi.

***

Waktu itu ...

Kedua matanya terbuka dan menampilkan dirinya sudah ada di ruang UKS.

"Hai.. kamu udah sadar?" sapa suara laki-laki itu dengan lembut.

"Lo siapa? Kenapa gue bisa ada di sini ?" jawabnya kaget.

"Kenalin, aku Dika. Tadi pas upacara, kamu pingsan. Aku kaget dan refleks langsung membawa kamu ke UKS," jelas Dika dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Ohh, kalo gitu makasih yah," kata Anan sambil berusaha bangun dari tempat tidur.

Tapi ternyata kondisinya masih sangat lemah dan ia hampir terjatuh lagi.

"Sama-sama, tapi siapa nama kamu? lebih baik kamu istirahat dulu di sini. Jangan terlalu dipaksain," ujar laki-laki itu.

"Gue Anan," jawabnya singkat lalu kembali duduk di kasur.

"Nama yang bagus.. Oh iya Anan, aku ke kelas dulu yah. Kamu istirahat aja dulu di sini. Ini nomer HPku. Kalau ada apa-apa kamu hubungin aja aku," ucap Dika sambil memberikan secarik kertas pada Anan.

"Iya, makasih." Dika langsung berjalan keluar UKS. Tanpa Anan sadari, matanya tak lepas memandangnya. Ia pun tersadar dari lamunannya akan Dika. Dika mungkin hanya merasa kasihan padanya. Makanya dia berbuat baik seperti itu pada Anan. Pikir gadis itu.

Tak Lama kemudian bel berbunyi 3x pertanda waktu pulang. Ia bergegas kembali ke kelas untuk membereskan barang-barang dan segera menuju tempat sopir yang menjemput. Di dalam mobil ia mengingat-ingat semua kejadian hari ini. Dan tiba-tiba bayangan Dika hadir kembali. Anan teringat bahwa ia belum sempat mengucapkan terima kasih pada Dika atas pertolongannya hari ini.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now