16. ASAP HITAM

1.2K 117 2
                                    

16. ASAP HITAM

Pagi- pagi Anan dan Desi sudah tiba di kampus. Mereka tengah menunggu Nathan di taman untuk membicarakan soal Rama.

"Hay, sorry ya lama," ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Nathan.

"Iya, nggak papa," jawab Anan. "Lo mau tau nggak soal Rama?"

"Rama? Dia kenapa emang?" tanya Nathan, lalu ia pun menceritakan semuanya pada mereka soal Rama.

"Yaudah, kalo gitu kita masuk ke kelas aja. Dan inget... kalian kayak nggak tau apa-apa aja sama Rama." Keduanya mengangguk lalu berjalan kearah kelas masing-masing.

Setibanya di kelas Anan dan Desi pun duduk, dan menunggu dosen masuk untuk mengajar.

"Nan, lo ama Rama udah kenal sejak kapan?" tanya Desi kepada Anan yang tengah mengeluarkan satu persatu bukunya dari tas.

"Jadi gitu. Gue sama pak Rama itu udah kenal pas jaman Smp dulu. Trus pas gue udah pindah ke Jakarta, gue udah nggak pernah ketemu lagi sama dia. Sampai akhirnya... dia ternyata jadi tetangga gue sekarang," jelasnya membuat gadis di sampingnya itu hanya mengangguk-ngangguk mengerti.

Tak lama kemudian, laki-laki dengan jas biru tua pun datang. "Eh, itu Rama udah dateng." Semua mahasiswa/i pun kembali hening.

"Manggilnya pak Rama aja kalo di kampus. Entar lo ditegur sama dia," ujar Anan membuat gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sekarang buka halaman 45 bab 2," kata Rama tegas dengan buku yang ada ditangan kanannya.

Belajar mengajar pun dimulai, semuanya mengikuti pelajaran dengan baik. Selang beberapa waktu, Rama keluar dari kelas karna ia telah usai mengajar.

¤¤¤

"Guys, foto yuk," ajak Desi langsung mendapat anggukan dari Anan dan juga Ike.

Setelah selesai mengambil foto, Desi pun segera melihat hasilnya. Ada yang aneh dari foto tersebut. Terdapat asap hitam yang sama persis Anan lihat di belakang Ike.

"I-ini asap apaan?" tanya Desi terbata-bata.

Mereka kompak menengok ke arah Desi. Gadis dengan kuncir satu itu mengarahkan layar ponselnya ke depan. "Ini kok ada asap yah? Perasaan tadi nggak ada apa-apa deh," lanjutnya dengan sedikit ketakutan.

Anan yang sudah mengetahuinya, ia pun memberi kode terhadap Desi. "Des, itu asap yang gue maksud tadi. Jangan sampe Ike tau yah," bisik gadis itu dan Desi hanya beroh ria.

"Ih, kok serem yah. Huaaa jadi takut deh gue."

"Yaelah nggak usah takut kali. Kali aja hp Desi lagi eror, makanya sampe ada asap - asap gitu. Iya nggak, Des?" Anan menyenggol Desi.

"Eh, iya-iya bener. Mungkin aja hp gue lagi nge hang, maklumlah minta ganti baru." Keduanya menyengir berharap Ike percaya pada mereka.

"Oh, gitu yah. Kalo gitu gue mau ke toilet dulu yah, mau pipis." Keduanya lagi-lagi mengangguk dan menatap punggung Ike yang kian menjauh.

"Duh, gue jadi takut Ike diapa-apain." Desi melirik sendu kearah Anan. Dia juga khawatir Ike kenapa-kenapa, apalagi Ike termasuk orang yang gampang kerasukan.

¤¤¤

Anan masih asyik mengunyah keripik kentang yang ia beli di kantin tadi. Tiba-tiba Desi berlari masuk ke kelas dengan raut wajah yang ngos-ngosan.

Gadis itu mengatur napas kemudian berdiri tepat di depan teman-temannya. "Guys! Ada temen kita 4 orang yang kesurupan, sekarang dia udah ada dibawa ke musholla," ucap Desi dengan cepat.

Semuanya segera berhambur ke luar, mereka ingin tahu siapa yang kerasukan dengan melihatnya secara langsung. Sedangkan Anan dan beberapa temannya, mengelilingi Desi untuk menginterogasinya.

"Siapa, Des?" tanya Anan.

"Nggak tau, tapi yang jelas ia sekelas sama kita," jawab Desi dengan mengibas-ibaskan bukunya karna kegerahan.

"Serius?" Kali ini Gilang yang berucap.

"Iya serius."

"Haduh, serem banget sih," kata salah satu teman mereka.

"Tau nggak, kenapa mereka kesurupan?" kata Desi dengan berbicara pelan.

"Kenapa?" timpal ketiganya.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now