66. MENJEMPUT NISA DAN BIMA

469 54 0
                                    

66. BERTEMU

"Anan?" teriak Fira dan Dika. Mereka sudah tiba di rumah Desi.

"Fira? Dika?" Anan lalu menghampiri kedua sahabatnya dan memeluknya bersamaan.

"Gimana kabar lo?" tanya Fira seraya melepepaskan pelukannya.

"Gue baik. Sumpah, gue kangen banget sama kalian," ucap Anan dengan mata yang berbinar-binar.

"Kalian nyampe jam berapa?" tanyanya lalu duduk disofa.

"Baru tadi malam," jawab Dika yang kini duduk di samping Anan.

"Dulu aja katanya bakal ke sini kalo libur," kata Anan dengan cemberut. Dulu keempat sahabatnya memang berjanji untuk pulang ke Jakarta menemui mereka.

"Iya maaf, soalnya gue di sana kan juga kerja. Oh iya, lo kok nggak ngomong sih kalo lo indigo?" Kening Anan mengerut, mungkin saja Desi yang memberitahukan mereka.

"Yah gimana mau ngasih tau, kalo lo aja nggak pernah nemuin gue," balasnya dan gadis berambut pendek itu menyengir.

Tiba-tiba saja ponsel Desi bergetar

"Halo Des," ucap seseorang disebrang sana.

"Iya, kenapa, Nis?" jawabnya yang baru selesai menceritakan semua tentang Anan kepada Fira dan Dika.

"Lo jemput gue sama Bima di bandara yah. Kita udah berangkat dari kemarin."

"Loh? Bukannya lo bilang hari ini yah baru berangkatnya?"

"Enggak tau tuh sih, Bima. Mungkin udah kangen banget sama Fira," kata Nisa dengan tertawa begitu pun Desi. Sedangkan Fira yang merasa namanya dibawa-bawa, ia hanya mengerutkan keningnya.

"Yaudah iya, gue pergi sekarang."

Setelah sambungan terputus, mereka pun menjemput Nisa dan Bima di bandara. Sebab Nisa mengabari bahwa ia dan Bima mempercepat kepulangannya. Kini mereka berada di mobil Dika yang tengah melaju menusuri jalan raya.

"Eh, kalian inget nggak sih salah satu kejadian pas kita SMA?" tanya Fira seraya menoleh ke Anan dan Desi di belakang.

Kening Anan mengerut "Yang mana?"

"Ituloh yang pas kita ngerjain Desi." Keduanya pun mulai mengingat-ngingat apa yang dimaksud oleh Fira, sedangkan Dika ia masih fokus menyetir.

Beberapa tahun yang lalu...

Berada dikantin bersama sahabat memang menyenangkan, karna bukan hanya tempat mengisi perut, tetapi juga menjadi tempat gibah pada saat selesai makan. SAHABAT.

Sahabat bukan hanya tentang siapa yang kenal lebih dulu atau lebih tau, tetapi siapa yang selalu ada saat suka maupun duka. Mungkin persahabatan yang sebenarnya seperti Anan, Desi dan Fira.

Sifat Desi dulu, tak berubah sampai sekarang. Ia baik, peka dengan sahabat-sahabatnya, naksir banget sama kak David, katanya sih dia udah naksir sama kak David, kakak kelasnya sejak SMP. Ia jago dalam bahasa inggris, sama seperti Anan.

Suatu hari mereka bertiga berada dikantin milik Bi Ina. Jam istirahat itu mereka habiskan dikantin Bi Ina, sampai bel berbunyi.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن