69. RITUAL ANEH

838 64 6
                                    

69. RITUAL ANEH

Pikiran Anan masih tertuju pada rumah itu. Ia yakin, Rama pasti pernah tinggal di rumah tersebut. Sebab, tiba-tiba saja ia mendapat penglihatan...

Seorang nenek yang sudah tak asing bagi Anan, kini tengah duduk bersila dengan mulut yang berkomat-kamit entah berkata apa. Tak lama dari itu tiba-tiba saja seseorang datang dan membuka pintu ruangan yang sudah banyak benda aneh, serta bau yang kurang enak dipenciuman.

"Bagaimana? Kau sudah membawa apa yang nenek suruh?" tanyanya, pada cucunya Rama.

Rama mengangguk, sambil mengarahkan ayam yang ada di tangannya pada Nenek. Darah ayam itu masih menetes hingga mengenai lantai, dan sepertinya ia baru menyembelih ayam tersebut. Anan meneguk ludah beberapa kali, matanya kini harus dihadapkan dengan ritual-ritual aneh yang dilakukan kedua sosok dihadapannya itu.

Ranti-sosok nenek berbungkuk dan rambut yang kian memutih itu langsung mengambil kemenyan dan membakarnya bersamaan dengan sabut kelapa. Mulutnya lagi-lagi berucap sesuatu yang Anan sendiri tidak tahu artinya apa. Berbeda dengan Rama, laki-laki itu menuangkan sesuatu dari blender.

Berwarna merah dan sangat kental. Aneh, mana mungkin ada minuman yang sekental dan semerah itu, bahkan baunya juga tidak enak. Seusai menuang semuanya ke dalam gelas bening berukuran sedang, Rama langsung meneguknya beberapa kali.

Jakun laki-laki itu naik turun, dan ekspresi wajahnya juga terlihat seperti sedang menahan sesuatu.

"Habiskan, jangan sampai ada sisa!" perintah Ranti membuat Rama yang tadinya menyudahi minumnya, langsung kembali menyesapnya sampai habis.

Rama mengelap sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya, ia memejamkan matanya kuat, seraya menahan diri agar tidak mengeluarkan isi perutnya. Napas laki-laki itu sangat bau, dan jangan lupakan giginya yang ikut memerah akibat minuman tadi.

"Nenek yakin, nanti kau akan terbiasa dengan ini," ucap Ranti, membuat Rama hanya mengangguk tanpa protes.

"Apapun akan Rama lakukan agar Nenek tetap berada di sampingku," gumam Rama, lalu menghela napasnya pelan.

Ranti beranjak dari duduknya dan kemudian mengambil kotak berukuran besar dari bawah meja plastik. Satu persatu isi kotak itu ia keluarkan dengan perlahan.

Anan mengerutkan keningnya heran kala melihat kain berwarna putih yang panjangnya mungkin sekitar 1 meter, diletakkannya di atas sabut kelapa yang dibakar tadi dan kemudian mengucapkan mantra.

Setelah itu Ranti mengeluarkan benda kedua, dan tentunya Anan tahu itu apa. "Sekarang giliranmu yang menaburkan tanah kuburan ini di atas kain itu, dan jangan lupa ucapakan mantra yang sudah nenek ajarkan padamu!"

Rama hanya mengangguk, lalu mengambil tanah kuburan itu dari telapak tangan Nenek. Ia mulai menaburkannya sambil berucap mantra.

"Bagus! Kita mendapatkan satu tumbal lagi!" seru Nenek saat melihat seseorang datang dan mengetuk pintu rumah mereka. "Aku pastikan kekuatanku akan bertambah lagi hanya dengan melakukan ritual ini dengan baik!"

Rama segera membuka pintu tersebut ketika mendengar ketukan beberapa kali. Ia lalu mempersilahkan perempuan itu untuk duduk di di hadapan sang Nenek. Perutnya yang membesar membuatnya sedikit kesulitan saat duduk, dan alhasil Rama pun membantunya.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now