50. MASA-MASA DI SMA

694 64 1
                                    

50. MASA-MASA DI SMA

"Gue gugus tiga. Kalo lo?" Mereka mulai membuka percakapan.

"Sama. Yaudah, ayok ke lapangan, gugus kita udah kumpul deh kayaknya." Desi mengangguk mengiyakan dan keduanya pun berlari menuju ke lapangan.

Sekolah SMA Garuda lumayan luas, tidak banyak yang ia kenal bahkan mengenalnya pun sepertinya tidak ada.

Teman kelasnya sangat menyenangkan, mereka baik maka dari itu Anan akan bersikap baik juga. Hidupnya serasa lengkap punya sahabat dan saudara dalam kelas X1 & X4 .

Satu langkah lebih maju ia naik kelas XI. Saatnya untuk pilih jurusan IPA yang setiap hari akan sibuk menghitung angka atau IPS akan jadi yang terbelakang dan takkan terlupakan oleh guru-guru.

Ketika memasuki kelas XI IPS, bukan pilihannya untuk memasuki kelas terbelakang. Karena di dalam sana ada sekelompok anak-anak yg susah diatur dan ada teman-teman yang menyenangkan.

Banyak teman-teman di kelas baru, mereka menyenangkan ada Desi, Kiara, Nia, Nisa, Fira dan banyak lagi.

Tugasnya sekarang belajar dengan tekun. Urusan dandan atau apalah itu tidak penting, karena baginya prestasi paling penting. Lebih baik menabung ilmu, daripada menabung bedak dipipi. Wkwkwkk

Meskipun tidak sampai juara umum, setidaknya dikelas ia selalu menjawab pertanyaan guru dan bisa dapat ranking tiga atau lima besar.

***

Dihari pertama sekolah...

Di hari yang indah itu, Anan terbangun dengan ceria menyambut sang surya yang telah memperlihatkan sepercik sinarnya di ufuk timur.

Anan sangatsenang hari ini. Ini hari pertama ia masuk SMA. Sesegera mungkin dia menuju kamar mandi dan mempersiapkan dirinya untuk segera menuju sekolah, yang selalu dibanggakannya. Ia berias di depan cermin dengan sangat bangga.

"Ini hari pertama gue, akhirnya masuk SMA juga..." ucapnya kegirangan.

"Anan, udah siap belum?" Dari luar kamarnya, terdengar suara ibunya yang sudah tak sabar menunggunya terlalu lama. Lebih tepatnya ibu angkat.

"Iya Bu, ini udah selesai," jawabnya seraya memakai tas punggungnya.

Setelah siap, Anan langsung keluar dari rumah. Di luar, Ayahnya sudah siap menunggunya dari tadi. Mereka berangkat dengan naik mobil, hasil jerih payah sang Ayah selama dua tahun.

"Bu, Anan berangkat ya.. doakan sukses hari pertama sekolah," ucap Anan pamit kepada ibunya lalu mencium pipi wanita paruh bayah itu.

"Amiin... belajar yang bener yah," sahutnya sembari mencium puncak kepala Anan. Anan dan Ayahnya pun berangkat bersama.

Setibanya di Sekolah, Anan berbaris karna akan diadakan upacara penaikan bendera merah putih.

Ditengah-tengah Acara, tiba-tiba saja sekeliling Anan terasa gelap. Ia tak dapat melihat apa-apa. Sampai akhirnya...

Bruk!

Kedua matanya terbuka dan menampilkan dirinya sudah ada di ruang UKS.

"Hai.. kamu udah sadar?" sapa suara laki-laki itu dengan lembut.

"Lo siapa? Kenapa gue bisa ada di sini ?" jawabnya kaget.

"Kenalin, aku Dika. Tadi pas upacara, kamu pingsan. Aku kaget dan refleks langsung membawa kamu ke UKS," jelas Dika dengan memperlihatkan deretan giginya.

"Ohh, kalo gitu makasih yah," kata Anan sambil berusaha bangun dari tempat tidur.

Tapi ternyata kondisinya masih sangat lemah dan ia hampir terjatuh lagi.

"Sama-sama, tapi siapa nama kamu? lebih baik kamu istirahat dulu di sini. Jangan terlalu dipaksain," ujar laki-laki itu.

"Gue Anan," jawabnya singkat lalu kembali duduk di kasur.

"Nama yang bagus.. Oh iya Anan, aku ke kelas dulu yah. Kamu istirahat aja dulu di sini. Ini nomer HPku. Kalau ada apa-apa kamu hubungin aja aku," ucap Dika sambil memberikan secarik kertas pada Anan.

"Iya, makasih." Dika langsung berjalan keluar UKS. Tanpa Anan sadari, matanya tak lepas memandangnya. Ia pun tersadar dari lamunannya akan Dika. Dika mungkin hanya merasa kasihan padanya. Makanya dia berbuat baik seperti itu pada Anan. Pikir gadis itu.

Tak Lama kemudian bel berbunyi 3x pertanda waktu pulang. Ia bergegas kembali ke kelas untuk membereskan barang-barang dan segera menuju tempat sopir yang menjemput. Di dalam mobil ia mengingat-ingat semua kejadian hari ini. Dan tiba-tiba bayangan Dika hadir kembali. Anan teringat bahwa ia belum sempat mengucapkan terima kasih pada Dika atas pertolongannya hari ini. Walaupun tadi ia sudah berucap terima kasih, tapi sepertinya itu belum cukup.

Ia mengambil secarik kertas pemberian Duka yang berisikan nomer HPnya. Pesan singkat mulai ia ketik.

Dika, sekali lagi makasih udah nolongin gue hari ini. By Anan.

Segera ia kirimkan SMS itu pada Dika. Tapi... ia tidak menyangka, Dika langsung meneleponnya.

"Halo, Anan."

"Iya, ada pa?"

"Gak papa, aku mau nelepon kamu aja. Aku pikir kamu ga akan ngehubungin aku."

"Oh iya, makasih ya udah nolongin aku. Dan maaf udah ngerepotin kamu."

"Ia, sama-sama. Kamu ga ngerepotin aku sama sekali. Yaudah kalo gitu kamu banyak-banyak istirahat yah. Biar cepet sehat."

"Iya, makasih." jawabnya lalu menutup telepon dari Dika.

Semenjak pertemuannya waktu itu, membuat Aman dan Dika semakin dekat. Mereka saling menanyakan kabar dan belajar bersama. Dan Disa juga tetap ikut, karna dia sudah menjadi sahabat Anan.

***

Dua hari kemudian...

"Berasa lama banget sih tadi?!" tanya Desi saat mereka baru saja keluar dari kelas.

"Iya lama banget. Antriannya panjang banget lagi, duduk dulu yuk," ajak Anan lalu menarik lengan Desi untuk duduk disalah satu meja sembari menunggu antrian berkurang.

Selang beberapa waktu, teman-teman Anan yang lain pun ikut bergabung. Sampai akhirnya terjadilah perkumpulan kelompok siswi-siswi bergosip.

Suara deheman membuat mereka terdiam dan serempak menoleh ke sumber suara. "Buat kamu," ucap laki-laki itu mengulurkan sebatang coklat berukuran sedang.

Tunggu dulu, pandangannya mengarah pada Anan. Apa untuk Anan? Tapi, gadis itu masih saja diam sampai sebuah senggolan membuatnya tersadar. Desi menyenggolnya yang kini duduk disamping Anan.

"Buat gue nih?" tanya Anan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, terima yah." Anan pun meraih coklat itu dan segera berucap terima kasih pada Dika. Tumben sekali anak itu memberinya coklat, padahal awal-awal mereka bertemu, keduanya terlihat masih agak kaku.

"Oh iya, makan bareng yuk. Boleh kan?" ucap Dika lalu beralih pandangan kearah teman-teman Anan. Mereka hanya mengangguk ragu, lagipula Dika hanya mengajak Anan makan bareng, bukan mengajaknya ke pelaminan dadakan.

Tanpa pikir panjang Anan pun ikut duduk satu meja dengan Dika. "Kamu mau makan apa, hm?" tanyanya membuat Anan ingin meninggoy. Karna, ucapan Dika sungguh berdamage baginya.

"Emm... samain aja sama lo," jawab Anan dan Dika langsung memesan gado-gado.

"Bik, saya pesan dua gado-gado yah," kata Dika kepada Bik Jun.

Wanita paruh bayah itu hanya mengacungkan jempolnya pada Dika. "Siap, den! Ditunggu ya," sahutnya lalu mulai membuatkan pesanan mereka.

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now