8. TEMAN KECIL?

1.7K 168 2
                                    

8. TEMAN KECIL?

"Maaf, mau pesan apa?" tanya Anan sopan.

"lo yang tadi dikelas kan? Lo kerja di sini? Kasian banget sih," ujar Galang. "Mau kuliah aja harus jadi pelayan kantin segala," lanjutnya dengan senyum mengejek. Anan hanya menghela napas panjang untuk menahan emosinya.

"Gue rasa, itu urusan pribadi gue. Jadi lo mau pesan apa?"

"Harusnya ya, kalo mau kuliah-kuliah aja. Bukannya jadi pelayan kantin, malu-maluin aja sih." Lagi-lagi cowok itu tak menghiraukan pertanyaan Anan

"Sorry ya, selama ini nggak ada tuh yang protes. So, mending lo mikir dulu deh sebelum ngomong, yang gue kerjain halal kok," ujar Anan dengan kedua tangan dilipat depan dada.

"Anan yang dulu ternyata udah berubah yah." Kening gadis itu mengerut, maksud cowok itu apa?

"Udah, nggak usah pura-pura bego. Nih liat," kata Galang seraya menunjukkan kalung yang melingkar di lehernya.

Anan tersentak kaget dengan kedua bola matanya terbelalak. "G-Galang?"

"Iya, ini gue Galang. Temen SMP lo, yang dulunya gendut, jelek, trus cupu."

¤¤¤

"Gue nggak nyangka sekarang lo udah berubah gini," ucap Anan dengan menatap Galang dari atas sampai bawah.

Selesai membantu bu Suri, mereka pun pergi ke taman kampus. Galang adalah teman SMP Anan pada saat ia masih tinggal di Bandung. Penampilannya sungguh beda 180 derajat, sampai-sampai Anan sendiri tidak mengenalinya.

"Gimana kedaan nyokap bokap lo?" Seketika raut wajah gadis itu berubah sedih, mungkin Galang belum tau kabar orang tuanya.

"Ayah Ibu gue udah meninggal, Lang. Dan sekarang gue udah nggak punya siapa-siapa lagi." Galang menagkup kedua pipi gadis itu dan tersenyum tipis.

"Di sini udah ada gue, gue nggak bakal tinggalin lo lagi," ujar cowok itu lalu mengusap lembut rambut Anan.

Tanpa disadari sepasang bola mata menatap tajam kearah mereka. Sedangkan kedua sejoli itu kini saling tertawa.

"Nan?" Merasa terpanggil, gadis itu pun menoleh ke sumber suara.

"Eh iya, Than? Kenapa?" Galang ikut berdiri ketika gadis itu berhadapan dengan Nathan.

"Puang bareng, yuk," ajaknya membuat Anan menatap Galang yang telah ditatap balik.

Baru saja ingin menjawab, tubuh Anan seketika kaku dengan kedua matanya yang terpejam kuat-kuat.

Galang yang menyadarinya, ia pun bertanya pada. "Nan, lo kenapa? Anan?"

Merasa penglihatannya hilang, seluruh tubuh Anan kembali normal. Napasnya kini memburu, seperti habis lari maraton.

"Lo liat apa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Nathan. Cowok itu sudah tau jika Anan kini mendapat penglihatan lagi.

"G-gue liat..." ucapannya terpotong ketika melihat wanita paruh bayah berjalan kearah lapangan basket.

Gadis itu tak menjawab pertanyaan Nathan, ia dengan cepat berlari menemui bu Ratna.

"BU, AWAS BU," teriak Anan ketika sesuatu berbentuk bulat melayang kearah bu Ratna.

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt