25. SERVIS HP

987 102 0
                                    

25. SERVIS HP

"Nan, mau pulang bareng nggak?" Gadis itu menoleh kesumber suara dan mendapati Desi begitu pula dengan motornya.

"Enggak ah, soalnya gue ada keperluan dulu," jawabnya yang kini berada di parkiran.

"Yaudah, gue anter."

"Nggak usah, Des. Lagi pula gue juga masih takut diboncengin sama lo, gara-gara kemarin," ucap Anan dengan menyengir membuat Desi juga tertawa ketika mengingat kejadian kemarin.

"Beneran nih gak mau?" Anan mengangguk cepat.

"Yaudah kalo gitu, gue balik duluan yah," ucapnya lalu menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi.

Melihat Desi yang sudah pergi, segera gadis itu keluar kampus dan mencari angkot. "Kok nggak ada yang lewat yah?" monolog Anan dengan kepala yang melirik kearah sekitar.

Tiba-tiba sebuah motor sport terhenti di depan Anan. Motor itu sudah tak asing baginya, karna dia tau siapa pemiliknya. Nathan.

"Nunggu angkot?" tanyanya setelah membuka helm.

"Iya," jawab Anan singkat.

"Bentar lagi hujan, bareng gue aja gimana?" ujarnya membuat Anan menatap langit yang ternyata sudah mendung dan sebentar lagi hujan akan turun.

"Nggak usah, soalnya gue masih ada perlu dulu," tolak Anan dengan tersenyum kaku.

"Buruan naik, gue anterin kok. Emang lo mau kemana dulu?" tanya Nathan yang posisinya masih di atas motor.

"Gue mau ke tempat servis hp dulu. Baru deh, langsung pulang."

"Oke, buruan naik." Tak menunggu waktu lama, akhirnya Anan pun berjalan mendekati Nathan.

"Iya-iya, tunggu bentar." Gadis itu pun bergegas naik di atas motor.

"Udah belum?"

"Udah-udah, tapi jangan ngebut-ngebut ya soalnya gue belum nikah!" jawabnya malah ngelucu.

Nathan tertawa dengan menoleh ke belakang. "Bisa juga lo ngelawaknya. Yaudah pegangan, hujannya udah mulai turun tuh," ujar Nathan membuat Anan sedikit menganga.

Dimana dia harus pegangan? Dipundak Nathan? Pinggang? Atau di belakang jok motor? Dih, kek bapak-bapak aja kalo megangnya di belakang!

Gadis itu tersentak kaget ketika tangannya dibawa Nathan untuk memeluk pinggangnya. "Eh?" Ia ingin protes tapi keburu cowok itu melajukan motornya.

Selang beberapa menit, mereka pun tiba di tempat servis dengan keadaan gerimis. "Pak, saya mau servis hp ini. Bisa?" Anan pun menyerahkan ponsel itu ke tukang servis hp.

Laki-laki berkumis tebal itu meraihnya dan menatap ponsel tersebut. "Bisa, Mbak."

"Syukur deh, trus kapan saya kesini lagi?" Laki-laki itu seketika berfikir.

"Mungkin besok, Mbak datang lagi aja besok," ujarnya seraya mengusap-usap kumisnya naik turun.

"Kalo gitu besok saya datang lagi ke sini, yuk Than." Nathan mengangguk satu kali, dan mereka pun pulang bersama.

Di tengah jalan, tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya. "Kita cari tempat teduh dulu yah, Nan," teriak Nathan karna takut suaranya tidak di dengar oleh Anan. Gadis itu hanya mengangguk dan mencoba melindungi tubuhnya dengan tas miliknya.

Terpaksa mereka harus berteduh di Halte, untuk menunggu hujan kembali reda.

Beberapa dari mereka juga ada yang meneduh, ada yang berpasangan dan juga sendiri. Nathan menatap Anan yang sudah basah kuyup, mulai dari ujung rambut hingga sepatu yang iaa kenakan.

Gadis itu tengah menggosok-gosok kedua telapak tangannya, sambil memejamkan matanya karena kedinginan. Nathan yang lupa membawa jaket, ia mulai kebingungan melihat Anan yang kini menggigil.

Anan yang sedari tadi hanya memejamkan mata, ia langsung membulatkan matanya ketika Nathan menggenggam kedua tangannya. Pandangan mereka saling bertemu, dengan jarak yang lumayan dekat.

1 detik

2 detik

3 detik

Bersambung...

Anantasya || Indigo [ REVISI ]Where stories live. Discover now