21

164 18 1
                                    

Kenapa rasanya sangat menyakitkan?
Jujur, aku ingin menyerah.

________

Hai, assalamualaikum semuanya😘
Jangan lupa sebelum baca harus VOTTE dan Comment ya❤️❤️

_
_
_
_

Note, jika menemukan Typo, segera beri komentar agar bisa di benerin yaaa,❤️❤️❤️


Happy reading 🥀🥀
_________


Reyhan benar-benar pulang bersama Rara, gadis yang duduk di jok belakangnya itu tampak serius menatap jalanan yang tampak padat.

Tanpa sadar, Reyhan tersenyum tipis dari balik helm full face yang ia kenakan.

Sengaja Reyhan mengarahkan kaca sepionnya kearah Rara, jadi tampak sangat jelas wajah Rara dari pantulan kaca. Seperti biasa, Rara tampak sangat menawan saat mengenakan apapun.

Helm yang dikenakan Rara sekarang ini milik Reno, Rara meminjamnya tadi. Untung saja Reno selalu membawa dua helm kemana-mana, katanya untuk berjaga-jaga jika gebetannya ingin pulang bareng.

“Rey, Rara laper.” ucap Rara sedikit menjeritagar Reyhan dapat mendengarnya.

Sudah Reyhan duga, Rara akan meminta makan. Jika dilihat dari tubuh gadis itu tak terlihat doyan makan.

Tapi, lihatlah kenyatannya, sebanyak apapun makanan yang terhidang di hadapan Rara, akan habsi di makan olehnya.

Reyhan mendengarnya, tapi cowok itu terlalu malas untuk sekedar menimpali ucapan Rara “Rey, Rara laper.” ucapnya lagi.

“Tadi siapa yang bilang kalo gak akan ganggu?” sahut Reyhan ikut meninggikan nada bicaranya.
Rara berdecak “Ck, Rara gak ganggu. Laper itu keadaan yang gak bisa di prediksi dan sangat mendesak.”

“Gak usah cerewet, benar lagi nyampe.”

“Rara lapernya sekarang, kalo Rara mati sebentar lagi gimana?”

Reyhan menghela nafasnya panjang “Gak usah lebay, lo pusa seharian gak makan, gak mati tuh.”

Kesal, Reyhan selalu saja mempunyai jawaban yang membuat Rara mati kata. Gadis itu memajukan bibirnya tampak kesal. Lagi-lagi Reyhan tersenyum tipis dibalik helm full face miliknya.

Rara masih tak sadar jika sedari tadi Reyhan beberapa kali melirik ke arah sepion hanya untuk melihat ekspreksi gadis itu. Jika Rara tau Reyhan diam-diam memperhatikan dirinya, maka detik itu juga Rara bisa melompat dari motor yang tengah melaju itu.

“Rey.” rengek Rara menarik seragam Reyhan.

“Apa lagi sih Ra!” sahut Reyhan dengan nada tampak terganggu.

“Rara laper, pengen makan.”

“Iya Ra, gue udah tau.”

“Terus kenapa gak berhenti?”

Cowok itu menghela nafasnya panjang, ia harus sabar mengingat siapa yang tengah ia ajak berbicara “Lo liat ada warung atau cafe gak?”

Dengan cepat Rara langsung melepaskan genggaman tangannya dari seragam Reyhan setelah mengedarkan pandangannya, hanya ada gedung pencangkar langit disepenjang jalan.

Ia lupa jika ini bukan arah jalan pulang “Iya, Rara gak liat warung atau cafe.”

“Lo mau makan batu sama tanah?”
Rara menggelengkan kepalanya pelan

“Enggak, Rara masih manusia kok.” gadis itu kembali memeluk ransel milik Reyhan dengan erat smebari menahan laparnya. Sedangkan Reyhan kembali fokus memegang stang motor.

“Ya udah gak usah cerewet!”

“Iya, Rara minta maaf.”

Setelahnya, tak ada percakapan lagi yang terdengar. Rara memilih menyenderkan kepalanya di ransel Reyhan, sedangkan cowok itu masih terlihat fokus mengendarai motornya.

Menyalip beberapa kendaraan didepannya dan sesekali melirik kearah sepionnya melihat ekspreksi Rara yang kini kedua matanya terpejam. Gadis itu tampak sangat anggun ketika terpejam.

Setelah hampir satu jam Reyhan mengemudikan motornya, kini cowok itu sudah sampai ketempat yang ia tuju. Cowok itu memeatikan mesin motornya, melepas helmnya lalu melirik kebelakang dimana ada Rara yang tertitur pulas dengan kepala miring bersandari dipundaknya.

“Ra bangun, udah sampai.” ucap Reyhan sembari menggoyangkan pundaknya agar Rara terbangun.

Tak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa gerakan saja dapat membuat gadis itu terbangun. Ia menegakkan badanya, mengucek matanya lalu mengedarkan pandangannya tampak bingung.

“Rara dimana?”

“Masih di Jakarta.”

“Iya tau, restorannya mana?”

Reyhan memutar bola matanya malas “Siapa yang mau ngajak l ke restoran?”

“Tapi Rara ‘kan laper.”

“Lo yang laper, bukan gue! Udah cepet turun!”

Dengan wajah menahan kesal, gadis itu turun dari motor milik Reyhan lalu melepaskan helm yang ia pakai. Menentengnya lalu menatap Reyhan yang kini juga sudah turun dari motornya tengah merapihkan rambutnya.

Berbeda dengan Rara yang terlihat bodoh amat dengan penampilannya, Rara tak peduli sekarang ini rambutnya terlihat sangat berantakan ataupun tidak. Bahkan seragamnya juga sudah tak serapih tadi pagi.

Reyhan berjalan melewati Rara, tentu saja dengan helm yang masih ia tenteng, Rara berjalan mengekor mengikuti Reyhan dari belakang “Sebenernya Rey mau ngapain ke sini?”

Sekarang ini mereka tengah berada di sebuah perpustakaan yang cukup besar, Rara bahkan baru pertama kali ke tempat itu. Sepertinya tidak bagi Reyhan, cowok itu tampak suah biasa.

“Lo kalo bego jangan bego banget Ra.”

“Rara cuma tanya loh Rey.” sahut Rara tetap berjalan di belakang Reyhan yang berjalan memasuki perpustakaan.

Reyhan berdecak kesal “Ini perpustakaan, pikir aja pake logika. Kalo orang ke perpustakaan biasanya ngapain?!”

“Biasanya Rara ke perpustakaan itu numpang tidur pake AC.”

“Itu karna lo bego!”

Rara menagnggukkan kepalanya lalu tersenyum kearah seorang wanita yang duduk di sebuah meja, wanita itu tampak sangat cantik terlebih saat tersenyum kearah Rara “Jadi kalo orang tidur pake AC itu bego? Rara baru-”

“Serah lo Ra, lama-lama gue yang bego.”

“Ck, Rey gak boleh bego. Nanti keturunan kita gimana?”

“Keturunan apa sih Ra?! gak usah ngomong yang gak masuk akal deh!”

Gadis yang tetap saja menenteng helmya itu terus berjalan mengekor, bahkan saat Reyhan meletakkan ranselnya di sebuah kursi, Rara juga meletakkan ranselnya tanpa meletakkan helmnya.

Rara juga menghentikan langkahnya saat Reyhan menghentikan langkahnya, saat cowok itu menemukan buku yang tengah ia cari “

"Terus yang gimana yang masuk akal menurut Rey?”

Reyhan membalikkan badannya, menatap Rara dengan tatapan tajamnya “Lo sama gue gak akan jadi kita! Simple kan?”

“Ck, jangan gitu. Gak ada yang tau ‘kan kalo ternyata Rara sama Rey itu jodoh?”

“Meskipun lo jodoh gue, gue gak akan mau nikah sama lo!”

“Kenapa? Rara cantik, Rara juga bisa masak, Rara bisa bersih-bersih rumah, Rara bisa nyuci baju, Ra-”

“Lo pembantu?” Potong Reyhan, Rara mengatupkan bibirnya rapat.

“Udah deh Rara emang selalu kalah kalo debat sama Rey, Rara laper jadi gak bisa mikir.”

“Lo mikir? Emang lo punya otak?”

Lagi-lagi Rara kehabisan kalimat “Rara mau cari makan aja.”

“Ya udah sana!”

“Minta uang.”

Reyhan menghembuskan nafasnya kesal, ia lupa mau sekaya apapun Rara, gadis itu tak akan punya uang. Sekali punya uang langsung dibuat beli jajan hingga uang yang gadis itu punya ludes.

Tanpa membalas ucapan Rara, Reyhan langsung merogoh saku celanya. Mengeluarkan selembar uang berwarna biru. Senyum merekah tercetak jelas di bibir Rara.

“Beli nasi! Kalo gue liat lo makan pedes, mati lo ditangan gue!”

Rara meraih uang yang masih berada di genggaman Reyhan “Iya, tenang aja. Rara gak mau jadi setan perawan.” ucapnya lalu langsung lari meninggalkan Reyhan setelah mendapatkan uang milik Reyhan.

Lagi-lagi, Reyhan tak sadar bibirnya tersenyum tipis saat melihat Rara berlari kecil pergi menjauh darinya. Dilihat dari sudut manapun, Rara memang terlihat cantik, terlebih jika tersenyum.

____

Hihihi maaf ya kalo ga nge feel,

Aku lagi sakit nih, huhuhuhu

Kalian jaga kesehatan ya manteman😘

See you next part,

Salman
@sellaselly12

Rara & Reyhan (End)Where stories live. Discover now