29

145 13 0
                                    


29

Gak usah basa-basi, kelamaan!,
Langsung baca aja yok!!

-
-
-
-
-

Sudah berkali-kali Rara merebut gelas berisi alkohol yang entah jenis apa Rara tak tau pasti, usahanya selalu gagal karena Reyhan selalu saja berhasil meminumnya.

Rara menghela nafasnya panjang “Kata Tian, Rey bakal berhenti minum kalo Rara disini. Ini Rara udah di depan Rey.”

Reyhan terkekeh lalu kembali menuangkan alkohol berwarna bening kedalam gelasnya, Rara memejamkan matanya sekilas saat Reyhan tiba-tiba memajukan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa centimeter dengan wajah Rara.

“Ah, benar. Raranya gue udah disini” ucapnya singkat lalu kembali terkekeh.

Hanya beberapa detik, karena Reyhan langsung kembali memundurkan wajahnya setelah mengatakan satu kalimat itu, lalu ia menenggak minumannya untuk kesekian kalinya.

“Rey, udah!” sentak Rara dengan nada bicara yang semakin meninggi.
Ucapan Rara tak didengar oleh Reyhan, bahkan cowok itu terus meminum alkohol yang berada tepat didepan cowok itu.

Lagi-lagi Rara menghela nafasnya berat, gadis itu langsung merebut botol alkohol yang berada di tangan Reyhan.

Cowok yang memakai kaos polos berwarna hitam itu tampak kesal, tanpa aba-aba Reyhan mendorong kepala Rara menggunakan jari telunjuknya “Balikin minuman gue!” ucapnya kesal.

Rara menahan tangan Reyhan yang akan kembali mendorong kepalanya dengan satu tangannya yang masih menggenggam botol alkohol yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.

“Rey! Udah! Rara capek, kalo Rey masih mau minum lagi, minum aja. Rara balik, jangan salahin Rara kalo ini terakhir kita ketemu! Karna Rara gak akan pamitan sama Rey besok!” sentak Rara  dengan wajah memerah.

Jika memang ini kali terakhir melihat Reyhan sebelum ia berangkat ke Bandung, Rara tak akan menangis. Ia kuat, bukan tapi Rara harus kuat.

Bagaimana ‘pun caranya Rara tak boleh menangis didepan Reyhan.
Dengan mudah Reyhan menghardik lengan Rara hingga terlepas “Lo pikir lo siapa?”

Rara mengacak rambutnya saat Reyhan kembali mendorong kepalanya “Rara, ini Rara!”

“Lo bukan siapa-siapa di hidup gue! Gue bisa hidup tanpa lo, tapi lo gak akan bisa hidup tanpa gue!” ucapnya, Rara yakin Reyhan tak benar-benar mabuk, Reyhan masih mempunyai kesadaran.

Meskipun suara lagu yang terdengar sangat bising, tapi Rara masih mendengar apa yang diucapkan Reyhan, Leoni juga mendengar ucapan Reyhan meski hanya samar, ia langsung berdiri tepat di samping Rara sembari melipat kedua tangannya.

“Dari apa yang gue liat, Rara bisa hidup tanpa lo. Tapi, lo gak akan bisa hidup tanpa Rara!”

“Lo buta?! Rara yang cinta sama gue! Gue gak cinta sama sekali sama dia!”

Leoni terkekeh kecil “Gak cinta? Terus ngapain lo selalu ngikutin Rara kemanapun dia pergi, lo selalu mantau rumah Rara kalo dia dirumah sendirian, lo selalu kirim makanan ke dia. Itu yang lo bilang gak cinta?”

“Itu semua gue lakuin karena iba! Gak lebih!”

“Heh dugong! Sadar diri lo! Gengsi lo besar-besarin, gak guna! Rara juga punya batasan buat berjuangin elo! Lo cowok ‘kan? Berjuang, jangan jadi cewek! Punya malu gak lo?!”

“Berjuang? Gak salah denger gue? Dia gak pernah berjuang!”

Dengan geram, Leoni mengacak rambutnya kesal ia menggiring tubuh Rara agar Reyhan tak melihat gadis itu lagi “Bangsat lo! Lo pikir Rara selama sepuluh tahun ngapain? Ngemis?! Kalo ngomong dipikir dulu, punya otak ‘kan? Di pake!”

Rara & Reyhan (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin