42

79 7 0
                                    


42


“REY AWAS!” suara Reno terdengar sangat jelas di telinga Reyhan maupun Rara.

Gadis berambut panjang itu membulatkan matanya lalu langsung memutar tubuhnya saat Ringgo mendekat kearah Reyhan yang tengah memeluknya. Seakan kesambar petir, Rara diam membisu dengan tubuh yang terasa nyeri.

Perlahan, Reyhan merenggangkan pelukannya menatap pinggang Rara yang mengeluarkan darah. Ringgo tersenyum puas dengan tangan menggenggam sebuah pisau lipat yang di penuhi darah adik tirinya sendiri.

“BANGSAT!!” Bentak Reno sembari bangkit dari tersungkurnya setelah beberapa detik terkejut dengan apa yang ia lihat tepat didepan matanya itu.

“MATI LO ANJING!” Reno menyeret paksa tubuh Ringgo setelah merebut paksa pisau yang berada di tangan cowok yang tengah terkekeh puas itu.

Dengan gerakan cepat, Rian dan Angkasa yang juga sempat terkejut itu langsung mengikuti Reno yang tengah menyeret tubuh Ringgo tanpa pemberontakan dari sang empu.

“Rey gak papa kan?” tanya Rara sambil tersenyum menahan rasa sakitnya, tubuhnya melemas, matanya terlihat penuh dengan air matanya sendiri.

“Le, panggil ambulance! Cepet!” tegas Reyhan menopang tubuh Rara yang sudah tak bertenaga lagi di dalam bekapannya.

Gadis yang tadinya diam mematung karena terkejut itu langsung mengangguk cepat lalu mengambil ponsel yang berada di saku rok nya dengan gemetar, melihat gadis yang biasanya bersikap tomboy itu kini terlihat seperti orang yang ketakutan, Amar yang berdiri tepat di samping Leoni langsung mengambil alih ponsel Leoni.

“Lo masuk rumah, biar gue yang urus. Kemas barang-barang Rara.” ucapnya.

Leoni mengangguk paham, berlari cepat masuk kedalam rumah. Seperti yang di ucapkan Amar, Leoni harus mengemasi barang-barang Rara.

“Ra, jangan tutup mata. Lo harus tetep sadar Ra!” suara Reyhan terdengar panik tatkala mata gadis yang berada di pelukannya itu mulai meredup.

Bibir mungil itu tersenyum tipis “Rara capek, Rara pengen istirahat. Sebentar aja kok gak lama, Rara janji.”

Reyhan menggeleng pelan, dengan tangan yang sudah berlumuran darah karena menutupi luka tusuk gadisnya “Liat gue Ra, kalo lo sampe gak sadarkan diri, lo bangun nanti Ringgo udah berada di bawah tanah!”

Rara terkekeh lalu terbatuk beberapa kali “Rey, Rara gak mau mencintai seorang pembunuh.”

“Lo masih cinta sama gue?”

Rara mengangguk lemas “Maafin Rara ya gak bisa tepati janji Rara sama mamanya Rey. Rara minta maaf.”

“Lo gak salah Ra, gue yang harusnya minta maaf. Gara-gara gue, lo jadi kaya gini.”

“Ini takdir Rara, Rara gak marah sama siapapun. Ini juga bukan salah Rey, salah Rara karena lahir ke dunia.”

“Lo tau, gue bahkan berterimakasih banget sama Tuhan yang udah nyiptain elo, udah ngasih kesempatan buat gue ketemu sama elo. Maaf selama in gue belum jadi Reyhan yang Rara inginkan, Rey minta maaf Ra.”

Jujur saja, Rara merasakan sakit luar biasa di bagian perutnya, pandangannya benar-benar memudar. Bahkan tubuhnya seperti kehilangan tenaga, reyhan semakin menekan luka tusuk di perut Rara, gadis itu mulai melemas.

“Ra, jangan tidur dulu. Lo gak boleh tidur.”

Rara seakan menuli, gadis itu benar-benar menutup mata indahnya. Selang lima menit setelah Rara tak sadarkan diri, suara sirine ambulance terdengar nyaring di telinga Reyhan.

Dengan cekatan, Reyhan langsung menggendong tubuh Rara menggunakan kedua tangannya, wajahnya tampak khawatir dengan sesekali menatap wajah Rar ayang kian memucat.

“Jagain Rara, gue sama yang lain bakalan nyusul ke rumah sakit kalo urusan disini udah kelar.” ucap Angkasa dibalas anggukan oleh Reyhan sebelum pintu belakang ambulance di tutup oleh petugasnya.

Tak sedikit, tetangga yang melihat kejadian yang cukup membuat siapa saja takut melihatnya.

Reno yang notabenya seorang dokter saja lebih memilih menghajar Ringgo di bandingkan ikut bersama Rara. Cowok itu yakin, Reyhan dapat menjaga Rara dengan baik. Bahkan lebih baik daripada dirinya yang sering kali membuat Rara menderita.

Seperti yang di ucapkan Angkasa, dirinya dan yang lain akan menyusul ke Rumah Sakit jika urusan di rumah Rara sudah selesai. Tak ada yang menghubungi polisi, karena Reno tak ingin memakai jalur hukum.

Ia juga tak ingin menggunakan jalur kekeluargaan, Reno sendiri yang akan mengurusnya, dengan caranya dan tentu saja bukan cara yang cukup bagus. Selain membahayakan nyawa Ringgo, cara yang di pikirkan Reno bahkan membahayakan nyawanya dan nyawa Rara sendiri.


Hai,

Jangan

Lupa

Vottment

!

!

See you next part

Salman
@sellaselly12

Rara & Reyhan (End)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें