48

76 5 0
                                    

48

Setidaknya, sudah tiga hari Rara keluar rumah sakit. Tapi, Reyhan tak kunjung menemui gadis yang tengah duduk di balkon kamarnya.

Kemarin bahkan ia harus menghadiri sidang hanya dengan di temani Reno.

Laki-laki itu selalu menemani Rara saat gadis itu membutuhkan sosok pendukung. Saat dimana dirinya benar-benar membutuhkan seseorang untuk menemaninya.

Reno juga selalu mengirim makanan ke rumah Rara, padahal gadis itu tak memintanya. Rara bahkan tak peduli dengan hidupnya kali ini. Gadis yang menggerai rambutnya itu sudah pasrah dengan hidupnya.

Rara bahkan tak berniat untuk kembali ke Bandung. Ia tak lagi meneruskan kuliahnya, lagipula siapa yang akan membiayainya?. Kali ini Rara harus berfikir bagaimana caranya mencari uang.

Ponsel yang berada di atas meja bundar berukuran kecil itu berdering panjang, bertanda ada panggilan masuk. Tangannya terulur untuk mengambilnya, membaca sebuah nama yang sangat ia rindukan dirinya, Reyhan.

Rara tak menjawab, gadis itu sengaja melakukan hal itu. Kali ini, Rara benar-benar ingin belajar hidup tanpa Reyhan. Anehnya saat Rara berusaha melupakannya, Reyhan justru mendekatinya.

Sebuah pesan masuk ke ponsel yang masih rara genggam, tanpa berfikir panjang, gadi situ membukanya.

Lalu mengkerutkan keningnya khawatir sedikit bingung.

“Ra, angkat. Gue tau lo gak sibuk, ini penting Ra.”

Beberapa detik setelah Rara membaca pesan dari Reyhan, cowok itu kembali menghubunginya. Seperti pesan yang dikirim Reyhan untuknya, Rara menggeser logo telepon berwarna hijau.

“Ra lo dimana?” tanya Reyhan tanpa basa-basi. Nada bicaranya terdengar panik dan sedikit khawatir.

“Kenapa Rey? Tenang dulu. Ngomong yang jelas bi-”

“Tiara kecelakaan.” ucapnya membuat Rara langsung membungkam mulutnya. Tentu saja Rara khawatir dengan keadaan teman lamanya itu.

“Rara di rumah Rey. Bisa jemput Rara, Rara pengen ketemu Tiara. Rara khawatir.”

“Oke gue ke rumah lo sekarang.”

Reyhan langsung menutup sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari Rara. Sang pemilik ponsel hanya tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya. Berjalan santai masuk kedalam rumah untuk sekedar mengambil sweater.

Lima belas menit kemudian,

Suara derum motor terdengar dengan jelas di telinga gadis yang  tengah duduk di sebuah sofa ruang tamu rumahnya.

Rara lantas berjalan keluar dari rumahnya, Reyhan berlari menghampiri Rara yang baru satu langkah keluar dari rumahnya.

“Rey, kenapa?” tanya Rara, mata Reyhan tampak kosong, wajahnya yang tampan tampak mengkhawatirkan sesuatu.

“Tiara kritis, gue butuh bantuan lo, Ra.” ucapnya.

“Bantuan apa Rey?”

“Donor darah lo ke Tiara, cuma elo satu-satunya orang yang gue kenal yang punya golongan darah yang sama dengan Tiara.”

“Mama Tiara kemana?”

“Dia lagi di Cirebon, belum tahu keadaan Tiara. Gue gak tega ngomong sama dia tentang keadaan Tiara.”

Rara meremas ujung sweaternya “Tiara memang teman Rara, tapi dia gak baik sama Rara, dia ngejauh waktu Rara di bawah, terus sekarang dengan entengnya Rey minta Rara donorin darah Rara buat Tiara?”

“Ra gue mohon, Tiara penting buat gue. Dia butuh darah elo, gu-”

“Jadi maksud Rey, Rara gak penting?”

Reyhan mengacak rambutnya “Ra, singkirin perasaan elo dulu! Sekarang Tiara kritis, dia bener-bener butuh donor darah sekarang.”

“Tapi Tiara gak penting buat Rara, Rara bisa hidup tanpa Tiara.”

“Gue gak peduli, gue mohon Ra. Ini permintaan terakhir gue ke elo, setelah ini gue gak akan minta apapun ke elo. Gue juga bakalan turutin appun yang lo mau. Gue mohon Ra.”

Rara menatap mata Reyhan yang menatapnya dengan tatapan penuh harap “Iya, Rara mau.” finalnya.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Reyhan menarik lengan Rara sedikit kasar membuat sang empu sedikit meringis lantaran rasa panas di pergelangan tangannya.

Hanya beberapa detik, karena detik berikutnya. Reyhan langsung membrikan helm kepada Rara “Pake!” perintahnya.

Gadis itu mengangguk pelan, matanya menatap helm di tangannya. Helm yang penuh dengan goresan, Rara tau helm yang tengah ia pegang adalah milik Reyhan “Rey, Leoni kecelakaan sama Rey juga?”

Reyhan yang tengah memarkirkan motornya langsung menatap Rara tajam “Ra, bisa gak. Gak usah banyak bacot dulu?! ayo cepetan, Tiara nunggu di rumah sakit!”

Tanpa sadar, Rara melepas helm milik Reyhan dalam genggamannya hingga helm itu jatuh dengan suara yang cukup membuat Rara sendiri terkejut “Rey Rara cuma ngomong. Salah Rara apa sampai Rey ngomong kasar ke Rara?”

Reyhan segera turun dari atas motornya, meraih kedua tangan Rara dengan lembt “Iya Ra, gue minta maaf. Gue gak sengaja tadi. Maaf Ra.”

“Rara gak marah, Rey gak salah juga. Gak perlu juga minta maaf ke Rara.”

“Sekarang, ikut gue ke rumah sakit. Gue mohon Ra.”

“Iya Rey, Rara ikut Rey. Tanpa Rey mohon ‘pun Rara akan ikut Rey.”


Seperti biasa,. langsung lanjut ke part selanjutnya ❤️

See you next part

Jangan lupa vottment ya!!

Salman
@sellaselly12

Rara & Reyhan (End)Where stories live. Discover now