39

77 7 0
                                    


39

Sebelum membaca, di harapkan untuk Vottment terlebih dahulu!!!!

Happy reading,,


____

Rara bahkan tak bisa menangis, nafasnya sesak. Matanya berembun tapi tak mengeluarkan air matanya.

Tubuhnya melemas, beberapa detik kemudian tubuh Rara ambruk tapat di pelukan Leoni, Rara tak sadarkan diri.

“Ra?” panggil Leoni.

Leoni menggoyangkan tubuh mungil Rara, gadi situ tetap tak bergerak, dengan sigap, Angkasa yang sudah mendnegar percakapan dua sahabat itu langsung bangkit dari duduknya, lalu langsung menarik tubuh Rara, menggendongnya ala bridal style.

Baru saja cowok itu memebalikkan badannya, Reyhan dengan mata sembab berdiri tepat di depannya “Biar gue, lo beresin barang-barang pribadi Rara. Gue tunggu lo di rumah Rara.” ucapnya cepat langsung merebut tubuh mungil Rara.

Menggendongnya ala bridal style, membawa tubuh Rara tanpa mengatakan sepatah katapun lagi ke Angkasa.

Leoni mencoba tegar, gadi situ menepuk pundak Angkasa sekilas lalu lansgung berlari kecil mengejar Reyhan yang membawa tubuh Rara.

Banyak mahasiswi yang menyaksikan kejadian itu, seperti biasa mereka berbisik ria tengah membahas yang barusan terjadi tepat didepan mata mereka tanpa memikirkan perasaan pihak yang tengah menjadi objek pembicaraan.

Angkasa tau diri, ia juga tau posisi. Ia bukan siapa-siapa di hidup Rara, lagipula perannya hanya pengganti Reyhan. Angkasa berniat menetap sebagai perannya tapi keadaan tak pernah berpihak kepadanya.

Cowok itu langsung membereskan barang-barangnya dan barang milik Rara, untung saja ia tau dimana Rara biasa menyimpan kunci apartemennya, jadi Angkasa tak perlu berusaha membobolnya hanya karena mengambil barang pribadi milik Rara.

:)

Setelah perjalanan panjang dari Bandung ke Jakarta tanpa istirahat, kini Reyhan tiba tepat didepan rumah Rara yang sudah ramai disana. Semuanya di urus oleh Reno, laki-laki itu memang sangat baik kepada keluarga Linda.

Entahlah, tak ada yang tau apa alasannya. Mungkin karena ia adalah temen sekaligus junior Linda di Rumah Sakit.

Rara meremas sabuk pengamannya dengam mata yang menatap rumahnya yang dipenuhi karangan bunga, nanar. Reyhan mengelus pundak Rara pelan “Turun, gue temenin.”

“Tunggu sebentar, Rara masih gak percya ini kenyataan. Rara bahkan masih berharap ini cuma mimpi.” ucapnya tanpa memalingkan wajahnya.

“Lo harus ikhlas Ra, Allah lebih sayang tante Linda. Mungkin ini yang terbaik buat semuanya.”

“Ikhlas itu bohong, kalo Allah sayang sama mama dengan cara menjemput Mama, itu artinya Allah gak sayang sama Rara.”

“Gak gitu Ra, gue percaya lo bisa lewati ini.”

Rara menggeleng pelan “Rara gak bisa hidup tanpa mama, mungkin mama emang sibuk kerja tapi dia ibu yang baik bagi Rara, dia satu-satunya sosok yang buat Rara bisa jadi diri sendiri. Rara sayang sama mama, Rara pengen sama mama terus. Selamanya.”

Reyhan benar-benar bingung harus mengucapkan kalimat apa, ia menghembuskan nafasnya panjang.

Ia tak bisa benar-benar memahami perasaan Rara sekarang, yang ia tau Rara tengah bersedih karena mamanya meninggal.

Katakan saja Reyhan laki-laki bodoh karena pada kenyataannya ia memang salah satu contok laki-laki bodoh di hidup Rara, meski begitu Reyhan masih berusaha untuk memahami.

Rara & Reyhan (End)Where stories live. Discover now