45

81 7 0
                                    

45

“Benar-benar udah gila lo!”

“Ra-”

Ucapan Rara terhenti saat seorang laki-laki memeluknya erat sembari menahan kepala Rara agar terbenam di dadanya “Udah Ra, kita pulang.” ucapnya dengan nada lembut.

Tanpa di sadari Rara, sedaritadi sudah banyak siswa-siswi yang menontonnya. Ada yang menatapnya khawatir, cemas bahkan iba.

Jika kalian bertanya dimana para guru, jawabannya ada di aula.

Mereka tengah rapat, aula cukup jauh jaraknya dnegan UKS. Jadi wajar jika tak ada satupun guru yang memisahkan Rara dan Nita.

Rara meremas seragam Reyhan. Ya, Reyhan. Cowok itu langsung membelah kerumunan saat mendengar suara tinggi Rara. Hanya Reyhan yang tau kondisi mental Rara.

Dan tentu saja, Reyhan tak ingin satupun orang di sekolah yang tau akan hal itu. Reyhan semakin mengeratkan pelukannya hingga nafas Rara perlahan teratur. Bertanda, emosinya mulai stabil.

Reyhan tak peduli Rara dalam kondisi basah kuyup, yang ia khawatirkan adalah kondisi mental Rara.

“Rara boleh nangis, tapi Rara gak boleh teriak-teriak.” ucap Reyhan benar-benar lembut. Tak ada jawaban, Rara memilih mencoba untuk menahan emosinya.

Ia masih menenggelamkan kepalanya di dada Reyhan. Sesekali, Reyhan juga menepuk pundak Rara. Banyak yang melihatnya dengan tatapan tak percaya. Karena pada realitanya, semua orang tau.

Bahwa, salah satu orang yang di benci Reyhan adalah Rara. Orang yang selalu Reyhan hindari adalah Rara. Bahkan orang yang selalu membuat Reyhan emosi adalah Rara.

“Pulang, gue antar.” ucapnya sembari melepaskan pelukannya.

Rara menggelengkan kepalanya, menundukkan kepalanya, menatap sepasang sepatu yang ia pakai “Angkat kepalanya, lo gak salah! Gak perlu malu!” ujarnya.

Bukannya mengangkat kepalanya, Rara justru semakin menundukkan kepalanya. Ia meremas pinggiran roknya, bukannya malu. Rara hanya tak ingin emosinya kembali memuncak.

Terlebih, semakin banyak orang yang membentuk lingkaran tengah menatap Rara dengan tatapan yang Rara sendiri tak suka.
Reyhan tau, gadis dengan tinggi badan hanya sebatas dadanya itu tengah mengepalkan tangannya erat.

Cowok yang menjadi idaman banyak kaum hawa itu melepas jaket yang ia pakai. Meletakkannya di kepala Rara hingga wajah mungilnya tak terlihat lagi.

“Ayo.” tukasnya sembari menggandeng tangan Rara, membawanya pergi meninggalkan kerumunan.

Banyak sorakan yang terlontar ketika keduanya mulai beranjak menjauh. Seperti biasa, Reyhan selalu bersikap bodoh amat dengan sekitarnya, sedangkan Rara, gadis itu tak sekuat Reyhan.

Jika kalian berharap, Rara akan di bonceng Reyhan menggunakan motor. Kalian salah besar! Umur Reyhan belum bisa mendapatkan surat ijin mengemudi, jadi meski ia sudah mahir mengendarai motor, Reyhan tetap harus mematuhi hukum.

Ia selalu di antar jemput oleh sang sopir, berbeda dengan Rara yang hampir setiap hari harus mengayuh sepedanya. Tak apa, Rara menyukainya. Setidaknya, ia menikmati hidupnya saat mengayuh sepada.

“Sepedanya di tinggal dulu, besok pagi gue jemput.” ucapnya cepat saat membuka pintu mobil. Cowok itu tak butuh jawaban, ia langsung mendorong tubuh Rara untuk masuk kedalam mobil, disusul dirinya sendiri.

Keduanya tak sadar, jika Angkasa. Sang ketua kelas, pentolan sekolah. Memperhatikan setiap langkah mungil Rara dari tempatnya.

Jika kalian berfikir Angkasa menyukai Rara, jawaban nya adalah iya. Angkasa sangat mencintai Rara. Tapi, selalu ada pembatas tipis yang membuat Angkasa harus berfikir beribu kali untuk mendekati gadis pencinta keheningan itu.

Dimatanya, Rara adalah gadis yang sangat tenang, selain hidupnya yang terlihat baik-baik saja, Rara juga terlihat seperti gadis baik-baik. Hingga detik dimana ayahnya menjadi topik berita di televisi karena kasus narkoba.

Rara mulai menampakkan sisi gelap hidupnya. Siapa yang sangka, Rara memiliki trauma yang cukup besar. Hidupnya tak baik-baik saja. Rara bahkan terlihat sangat depresi beberapa menit yang lalu.

Emosinya terlihat labil dan sangat mudah menyakiti dirinya sendiri, terlihat ada beberapa bekas cakaran di lengan atasnya. Angkasa melihatnya saat Rara mengangkat tangannya tadi.

Bukannya Angkasa membenci Rara, cowok itu justru semakin mengagumi sosok gadis bertubuh mungil itu. Bisa di bilang, Angkasa semakin mencintai Rara.

Flashback off

Setelah memakan beberapa roti untuk mengisi perutnya yang kosong, Reyhan kembali ke ruang rawat inap gadis yang kini masih sangat membutuhkan sosok pelindung.

Berjalan menyusuri lorong setelah menaiki lift beberapa detik yang lalu. Langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok yang sebenarnya tengah ia hindari beberapa hari ini.

Dia Tiara, gadis yang memakai blouse berwarna biru muda dengan celana jens berwarna hitam. Gadis yang memiliki rambut sedikit ikal itu juga membawa tas Selempang berwarna hitam yang terlihat sangat pas di padukan dengan sepatu putih polos yang membalut kakinya.

Gadis yang memakai bandana itu langsung bangkit dari duduknya saat matanya juga menangkap sosok Reyhan tengah berdiri tak jauh darinya “Rey.” sapanya dengan senyum manis di bibirnya.

Reyhan akui, Tiara memang cantik, ia juga baik. Tapi, Rara lebih dari cantik dan baik di mata Reyhan, Rara adalah cinta pertamanya. Tentu saja kedudukan mereka berdua berbeda di hidup Reyhan.

“Tau darimana gue disini?”

“Tante Winda. Lo kemana aja sih! Gue cariin lo kemana-mana, inget Rey seminggu lagi kita-”
“Mama disini?” potong Reyhan dengan nada cepat.

“Enggak, tante Winda lagi nemuin WO.”

Reyhan memijit keningnya, kepalanya terasa pusing “Terus lo ngapain disini? Balik!”

Tiara menatap kesal Reyhan “Rey sebentar lagi kita nikah, dan lo tanya ngapain gue nyusul elo? Gue mau bawa elo pulang, kita harus siapin keperluan buat nikahan kita nanti!”

Bukannya marah, Reyhan justru terkekeh “Coba, lo buka pintu itu.”

“Udah, memangnya kenapa? Ada Rara sama Angkasa. Mereka gak ada hubungannya sama pernikahan kita Rey.”

“Gila lo! Rara sahabat elo! Inget, saat lo di posisi paling bawah, Rara yang bantuin lo! Dan lo dengan bangganya bahas pernikahan sedangkan sahabat lo kritis?”

Tiara mengerutkan keningnya tak suka “Ya terus gue harus gimana? Nangis, gak akan bisa buat Rara sadar detik ini juga. Pernikahan kita lebih penting daripada keadaan Rara, Rey! Lagipula, Rara udah ada yang ngejaga.”

“Lo tau, tante Linda meninggal!”

“Iya tau, tante Winda yang ngasih tau tadi.”

“Terus gak ada rasa simpati sedikit aja gitu diri lo?”

“Buat apa? Gue tanya simpati gue gak akan bikin tante Linda hidup lagi. Lagipula itu masalah hidup Rara, ngapain juga gue ngurusin?”

Reyhan mengacak rambutnya kesal “Lo urus pernikahan lo sendiri, itu masalah hidup elo. Ngapain juga gue ngurusin!”

Ujar Reyhan lalu berjalan cepat meninggalkan Tiara yang masih berdiri dengan tatapan kesal. Gadis itu membalikkan badannya cepat .

“Inget ya Rey, bunda gue itu pengacara handal. Gue tau bang Ringgo masuk penjara, gue bisa aja di pihak dia.”

Aku gak mau basa basi. Pokoknya, kalo suka harus vote!

Langsung baca part selanjutnya aja ya❤️

See you next part

Salman
@sellaselly12

Rara & Reyhan (End)Where stories live. Discover now