32

137 15 1
                                    


32

Dulu waktu kecil aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya dewasa. Karena aku melihat orang dewasa terlihat baik-baik saja. Ternyata mereka hanya pura-pura, dan aku merasakan hal yang sama sekarang :)

sellaselly12


Assalamualaikum
Salam sejahtera
Selamat malam

Di part ini semoga kalian suka ya,,

Beri saya notip dari kalian!!

Langsung baca aja yok!! Gak usah basa-basi..

Sebelum membaca, tolong VOTTE dulu ya!!!

Typo masih banyak, jadi beri komentar jika menemukan typo..

Happy reading





Sudah satu minggu Rara berada di Bandung, tapi gadis itu belum mulai berkuliah. Jadwal nya, satu minggu lagi akan di adakan ospek. Rara bahkan sudah mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pada saat ospek.

Satu minggu pula Rara hanya rebahan, makan dan melakukan kegiatan manusia normal pada umumnya. Rara tak merasa bosan, karena pada kenyataanya ia sudah terbiasa.

Kemarin gadis itu sudah bertemu dengan Leoni, gadis itu benar-benar nekat.

Ia hanya bersama Amar menyusul Rara. Leoni dan Amar juga menginap satu malam di apartemen yang tak seberapa Rara.

Apartemen yang menjadi tempat tinggal Rara itu hanya memiliki dua ruangan. Satu untuk kamar tidur dan satu untuk kamar mandi.

Ruang tamu dan dapur berada di satu ruangan dengan kamar tidur.
Hanya di sekat meja dan rak berisi buku dan miniatur.

Meski tak seberapa, Rara senang memiliki apartemen yang sangat pas untuk dirinya. Tak terlalu luas dan tak terlalu banyak barang.

Tengah sibuk bermain game di kompete rmiliknya yang baru dibeli lima hari lalu, dirinya terganggu dnegna suara bel, gadis itu berdecak lalu langsung bangkist dari duduknya.

Bahkan Rara hanya mengenakan kaus oblong yang terlihat sangat kebesaran di tubuhnya dan celana pendek yang bahkan hampir tak terlihat karena tertutup oleh bajunya. Rara juga mencepol rambutnya asal, yang penting terikat.

Rara membuka pintu yang terbuat dari kayu berwarna coklat “Dengan mba Rara Angreani?” tanya seorang laki-laki dengan helm yang masih ia kenakan. Laki-laki itu membawa sebuah kardus yang entah  berisi apa.

Rara mengangguk “Iya, ada perlu apa?”

“Ini ada paket, bisa tanda tangan disini?” ujarnya sembari menyodorkan sebuah buku kecil dan sebuah bolpoint, sedangkan kardus yang sebelumnya berada di tangannya kini sudah berada di lantai.

Rara mengkerutkan keningnya bingung, pasalnya ia tak pesan apapun.

Jikapun mama atau Leoni memesan barang untuknya pasti langusng mengabari Rara terlebih dahulu.

Gadis itu langsung menandatangani buku kecil yang mirip kmilik kurir itu “Terimakasih mba.” ucapnya.

“Iya sama-sama.” sahut Rara menganggukkan kepalanya, setelahnya laki-laki tukang kuris itu pergi tanpa mengucapkan satu kalimat lagi.

Rara melipat kedua tangannya didepan dada, menatap kardus berukuran sedang yang tepat di depan kakinya.

Lalu mengacak rambutnya kesal, satu nama tengah ia pikirkan.

Yang membuat Rara semakin sebal adalah, nama yang terlintas di pikirannya itu adalah nama yang sangat sekali ia lupakan. Siapa lagi jika bukan Reyhan.

Rara & Reyhan (End)Where stories live. Discover now