5. Tragedi Americano

534 135 159
                                    


Cewek berseragam ketat itu memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Lokasi strategis yang tak jauh dari gerbang dan gampang untung memutar balik. Bahkan siapapun yang tak sengaja mengambil tempat parkirnya, akan berurusan langsung dengannya.
Itu sudah menjadi hak patennya.

"Aww.." pekik cewek itu terkejut saat tangan besar menyambar tangan cantiknya secara paksa tika ia membenarkan dasinya di depan kaca mobil.

"Lo udah ketemu Kiara?" tanya cowok berjaket denim. Di lengan kanannya ter selempang tas hitam.

Mendengar nama itu di sebut, cewek itu lantas mendekatkan dirinya pada tubuh cowok di depannya.
"Bisa gak sih pelan-pelan kalau nyebut nama tuh cewek gila," bisiknya kemudian.

Cowok bertubuh tinggi itu lantas mengedarkan pandangannya ke keseliling. "Gue tanya lo udah ketemu Kia apa belum?" tanyanya lagi, kali ini lebih ia tekan.

"Belum," singkat cewek bernametage Racquel N. Anjaya itu.

"Kok belum si.." cowok itu sedikit kecewa. Tatapannya kini berubah tajam. "lo harus temuin dia, bakal jadi masalah El kalau sampai tuh cewek jalang buka mulut."

Dengan satu hentakan keras, cowok itu melepas genggaman tangannya pada Racquel yang sama sekali tak memasang raut takut. Padahal ekspresi cowok itu sudah seperti singa mengamuk.

Seperti biasa, Racquel akan melampiaskan kekesalannya pada sesuatu di dekatnya. Kini giliran ban mobilnya yang ia tendang kuat-kuat.

Hampir setengah tahun ini ia mencoba hidup normal tanpa terbayang-bayang apa yang pernah terjadi padanya dirinya dan "teman-temannya". Namun cewek itu hadir kembali membuka gerbang luka lama.

Sedari kemarin Racquel tak pernah ambil pusing dengan kembalinya Kiara ke sekolah. Asalkan dirinya tak dekat-dekat dengan Kiara, semua rahasianya akan baik-baik saja.

Tapi hari ini, setelah Samuel mengancamnya seperti tadi, ia kembali tersadar, mungkin Kiara tengah merencanakan pembalasan dendam.

Belum ada pergerakan apapun dari cewek itu. Ia harus terus berhati-hati.

"Nggak..." Racquel menggelengkan kepalanya cepat, "Dia gak mungkin macem-macem, bahkan kalaupun dia bertingkah, gak akan ada yang percaya. Dia gila.. Racquel..c'mon.." cewek itu terus mencoba menghapus bayang-bayang masa lalu yang tiba-tiba kembali muncul di benaknya.

Malam itu...entah ia harus bahagia atau tidak.. semuanya berawal dari malam itu...

"Dia sendirian sekarang. Lo punya segalanya El, tetep bertingkah normal seolah-olah gak ada apa-apa...oke.."

Setelah menarik nafas dalam-dalam, cewek itu dengan percaya diri mengibaskan rambutnya dan berjalan santai ke arah Scarlet. Seperti biasa, ia akan menjadi pusat perhatian kaum Adam.

Siapa yang tidak tergoda, bibir ranum, bulu mata lentik, leher jenjang, pakaian ketat dan rok pendek di atas lutut. Dan jangan lupakan, kancing atas yang selalu terbuka.

Sebenarnya ada peraturan di Scarlet rok tidak boleh tinggi melebihi 5cm di atas lutut. Tapi seiring berjalannya waktu, sepertinya peraturan itu sudah tak diterapkan. Terbukti banyaknya siswa putri yang demikian. Bahkan jas almamater Scarlet yang wajib dikenakan saat di lingkungan sekolah pun kadang tak di kenakan. Dengan alasan yang selalu sama. Panas.

.

Sial...
Kiara berdecak kesal. Bagaimana bisa ia lupa membawa handphone nya?

Ia ingat tadi pagi handphone itu ia letakan di atas meja. Meski tak ada yang penting, tapi tetap saja, hidup tanpa Handphone walau satu hari sangatlah sulit baginya. Terlebih dia belum mempunyai teman mengobrol di Scarlet saat ini. Semua temannya raib entah kemana.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now