~Abian Senja~

444 120 181
                                    


Malam yang menenangkan ditemani secangkir kopi dan alunan lagu cinta di sebuah rooftop cafe yang jauh dari keramaian. Memang tak terlalu sunyi, suara kendaraan pun masih bisa terdengar. Tapi paling tidak nuansanya lebih menenangkan daripada kehidupan dibawah sana.

Dan jangan lupakan, para sejoli yang saling menempel menikmati malam Minggu mereka di bawah balutan sinar rembulan. Memang benar, malam Minggu adalah malam paling keramat bagi para jomblo seperti Abian.

Sepertinya doanya tak dikabulkan hari ini. Ia berdoa tadi sore agar turun hujan, angin ribut atau semacamnya. Benar, doa anak baik selalu didengar, sayangnya dia bukan golongan orang-orang itu.

🎵

Aku disini padamu..

Selalu saja padamu..

Kubawakan rindu yang kau pesan utuh.

...

Cowok berjaket denim hitam itu mengetuk-ngetukan jemarinya ke meja seirama dengan alunan nada yang masuk telinganya dengan sopan. Iya tahu lagu ini,
jaz-kasmaran.

Seketika pikirannya kembali pada tragedi dua tahun silam, saat ia dengan PD-nya menggenjreng gitar yang baru saja ia kuasai selama seminggu untuk mengungkapkan perasaan konyolnya pada seorang perempuan.

Naas, dia ditolak mentah-mentah di depan umum.

Oh shit...

Abian mengumpati dirinya sendiri. Ia tak menyangka pernah menjadi budak cinta, bahkan mungkin sampai saat ini(?). Entahlah, Kini prinsipnya berubah, bahwa perasaan ada bukan untuk dijaga, melainkan untuk bersenang-senang.

Mungkin juga itu alasan ia dikenal sebagai playboy kelas kakap sekarang oleh teman-temannya.

Karena perasaan yang pernah ia jaga, sudah hancur di permainkan orang yang ia cinta. Percayalah, setengah dari populasi playboy, adalah cowok-cowok yang pernah disakiti. Mereka hanya mencari pelampiasan.

Benar, kan?

.

Abian memutar matanya malas ke keseliling mencari sosok yang sudah hampir satu jam ia tunggu, bahkan ia sudah habis dua cangkir kopi.
Jangan kaget, dia memang pecinta kopi, tapi non-cafein. Dua cangkir sangatlah normal baginya. Jika sedang setres, ia bisa meminum lebih dari itu.

"Anjir."

Buru-buru Abian menutup wajahnya saat tak sengaja menemukan dua orang yang ia kenal tengah bercumbu mesra di meja pojok cafe. Ia menyesal melihat adegan panas itu saat dirinya masih berlabel jomblo.

Hanya membuat jiwa irinya bangkit dan ingin mencari mangsa lagi.

"Raja bener-bener yah, janjinya telat lima belas menit tapi ini lebih dari sejam gak nyampe juga, muter-muter ke Korea dulu apa gimana, jangan-jangan malah nyelem ke palung Mariana terus melintasi samudera Hindia dulu," gerutunya, masih menutupi wajah tampannya dengan buku menu.

Emang tampan kok, Struktur wajahnya yang tajam, hidung mancung dan mata kecil dengan manik hitam kecoklatan.
Paling tidak, Abian mempunyai modal yang sangat cukup untuk dijuluki "pecinta wanita". Visual yang mumpuni.

Dan yang paling melemahkan kaum hawa adalah, dua lobang yang akan muncul di pipinya saat cowok berbadan atletis itu tersenyum.
Tiga detikkan senyum bisa meruntuhkan tembok pertahanan lawan, haha. Senjata andalannya.

"Ngapain lo?"

Sebuah geplakan kecil di bahu membuatnya duduk tegak. Akhirnya penderitaan dirinya sebagai jones di tempat ini bisa ia bagi dengan jones lain dihadapannya.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now