31. Breaking down

261 62 227
                                    

Happy reading 💙

.

Kiara menatap hampa cermin besar di depan wajahnya. Kembali teringat, siang tadi— kesaksian dan ingatan yang tak pernah ia tahu, dari sudut pandang orang lain, mengenai tragedi ulang tahunnya kala itu.

"Kita semua keluar. Dan lo belum keluar juga. Sampai Sam panik terus nerobos masuk lagi meski udah dicegat orang banyak. Gue gak tahu harus apa! Shandy pingsan..."

"Ratu?"

"Ratu masuk. Gue gak sadar, gue terlalu panik karena Shandy—" Valen menjeda, "Saat itu juga, Sam diseret keluar sama petugas, disusul El di belakangnya. Sambil nangis El bilang— lo gak ada di toilet. Kalian bertiga."

Tok..tok..tok..

Kiara beranjak, ia tahu siapa yang datang. Mereka sudah membuat janji sebelumnya.

"Kita semakin panik. Bener-bener gak tahu harus apa, cafe mulai rame, pemadam kebakaran, warga sekitar, semuanya ngumpul di depan gedung. Beruntung, api gak sampe bikin hangus cafe. Setelah penantian, akhirnya petugas keluar, lo sama Inka udah gak sadar. Terus Ratu, dia mapah Sonya yang gue inget— kakinya luka waktu itu."

Ari. Bukan, harusnya Raja dan saudaranya yang datang, kenapa malah Ari.

"Dan yang bikin kita tambah shock— "

Dengan santai pemuda berkaos pendek coklat itu meletakkan kotak buah berisi mangga, yang sudah dipotong di meja rias Kia...

"— wajah Inka penuh luka."

...Dan memakannya sendiri.

"Lo bawa itu buat gue? Kok lu makan sendiri?!"

"Ini— " Ari angkat kotak tadi. Lalu dudukan dirinya pada sofa panjang di belakang pintu kosan Kia. Kakinya ia lipat lurus ke depan, terus asik, memasukkan satu persatu potongan mangga ke mulutnya.

"Bu Najwa yang nyuruh bawain buat lo. Tapi karena gue tamu di sini, ya..anggap aja ini hidangannya," lanjut Ari, sedikit smirk.

"Hah.." Kiara mendengus kesal. Lempar satu guling di sampingnya, tepat mengenai wajah Ari dengan mulut yang masih berisi mangga.

"HEH.." pekik Ari balik melempar guling.

"Kok lo bisa di sini sih..."

Kan disuruh Bu Najwa nganter mangga Kia...

"..maksud gue, ya udah sana pergi kalau udah gak berkepentingan."

"Ada mobil baru parkir di luar, isinya dua orang, laki sama perempuan. Lumayan mirip lah...dia bilang mau— "

"Kelamaan lo!" sela Kia melempar guling tadi, lagi. Jujur, Ari benar-benar menjengkelkan saat ini.

Pemuda di sofa itu terkekeh melihat sang pemilik kamar yang dongkol. Ari lantas meletakkan kembali mangga yang hanya tersisa beberapa potong ke atas meja lalu mengekor Kiara turun menemui sang tamu.

.

"Kenapa gak nelpon?" tanya Kia saat memasuki pendopo. Dua orang di sana langsung menoleh.

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang