32. Prasangka

252 62 207
                                    


Happy reading 💙

.

"Dalam kata lain. Lo pengin nunjukin, kalau semuanya berkaitan? bahkan sampai teror Ratu pun berkaitan. Gitu?"

"Asumsi. Tapi gue yakin."

"Kebakaran— kalau gitu sama aja lo nyangkal kalau kebakaran itu bukan kecelakaan?"

Yang ditanya mengangguk. Yang bertanya mengusap wajah kasar.

"Nggak ada yang tahu. Tapi dengan usaha sekolah nutupin beritanya, bukannya udah jelas, ada something spesial sama cafe itu. C'mon...cafe Anyelir gak ada hubungan bisnis apapun sama Scarlet. Tapi kenapa mereka rela bayar media buat nutup kebakarannya?"

"Karena semua yang terlibat murid Scarlet— "

"Alasan mereka. Di luar jam sekolah, bukan urusan sekolah. Harusnya udah jadi tanggung jawab orang tua masing-masing. Kenapa mereka ikut campur?"

"Karena nama murid Scarlet terus kebawa sampai jadi headline news berita waktu itu."

"Tinggal klarifikasi kok, klarifikasi, buat gak nyeret nama yayasan karena gak ada hubungannya sama sekali. Tapi mereka— rela masuk sendiri ke masalahnya."

"Tanggung jawab orang tua masing-masing— kecuali..." Ucapan Raja terhenti, ia dan Ari bertukar tatap bersamaan seolah bisa membaca pikiran satu sama lain.

"Ada anak yang harus dilindungi. Terdekat, yang bisa dicurigai sekarang, satu-satunya— " kata Ari. Kali ini nadanya sudah memelan. Lebih tenang dari sebelumnya.

"— Sonya," sahut Kiara dan Raja kompak.

.

"Ari...cowok setres yang baru pertama gue kenal di dunia ini," gerutu perempuan rambut pirang. Ia selonjorkan kedua kakinya pada sofa panjang di belakang pintu.

Yang mendengarkan dari atas kasur hanya tersenyum.

"Jujur, gue sama sekali gak nyampe sama pemikiran Ari. Gue yang alami semuanya bareng lo, tapi seolah dia yang lebih tahu banyak," lanjutnya kesal lagi.

"Entah...gue pun kadang gak ngerti. Dari mana semua pemikiran Ari muncul. Seolah— dia bukan orang asing."

Pandangan Kiara lurus jatuh pada sisi lain sofa samping Ratu yang kosong. Ia ingat, awal pertemuannya dengan Ari, lelaki itu duduk bagaikan juragan kosan menunggu ia mencuci kotak kue yang memang— sedikit bau karena telat ia cuci.

Ingatan pertamanya, saat tragedi kantin sampai membawa keduanya begitu dekat, sangat dekat, sampai ciuman malam itu...Kiara sadar, ia tak pernah bertanya—apa yang membuat lelaki itu begitu percaya padanya—

"Kia!"

"Hmm."

"Gue serius. Lo jangan terlalu deket sama dia, auranya negatif, gue gak suka."

Entah kenapa, kalimat Ratu terdengar sangat lawak bagi Kia. Setidaknya berhasil membuat ia sedikit mencair setelah suasana tegang beberapa saat lalu di pendopo.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now