~INKA'S SECRET~

246 53 149
                                    

Happy reading 💙

.

"Apa yang kamu pikirkan sekarang?"

Kiara menggeleng, eratkan cardiganya, perlahan turun. Sedikit terpejam, saat kakinya yang telanjang menyentuh lantai, dinginnya sangat menusuk sampai tulang.

"Sudah berapa lama saya di sini?"

Dokter Nadia berdiri, lepaskan jas putihnya, letakan pada punggung kursi, lantas berjalan mendekat ke arah Kiara.

"Sudah malam di luar. Kamu sudah ada di tempat saya sedari pagi. Lari dari rumah sakit sebelah, dengan kondisi yang... yah... seperti ini. Bahkan saya pikir, kamu sudah seperti pasien saya yang lain. Gila." Dokter Nadia tersenyum diakhir ucapannya. Kiara tak tersinggung. Kini ia ingat.

Sang Dokter benar. Ia, mungkin memang sudah gila. Lepas dari pelukan Racquel, Kiara keluar rumah sakit, yang bahkan belum mengetahui kabar lanjutan, bagaimana hasil operasi Ari...

"Ari gimana?"

Apa berhasil?

Dokter Nadia hanya diam.

"Untuk lebih detail, kamu bisa pulang sekarang, temui orang-orang yang khawatir sama kamu. Terapinya selesai. Ada perbedaan?"

"Ari..."

"Operasinya berhasil—"

Kiara membuang napas lega.

"—tapi belum sadarkan diri sampai saat ini. Dan mungkin..."

"Mungkin?" Kiara serius, ia hanya ingin mendengar berita baik.

"Dari cerita kamu, saya yakin Ari orang yang kuat. Sama seperti kamu—"

"Mungkin apa Dok!"

Satu tepisan kasar dari tangan Kiara, saat Nadia selipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Kia.."

"MUNGKIN APA! Jawab Kia!"

.

Tak ada bintang, hanya awan mendung berjajar di atas. Desiran angin yang meraba tengkuknya, Kiara cuek, biarkan membelai rambut, wajah, bahkan ujung cardigan yang berterbangan kecil.

Di tengah dinginnya parkiran rumah sakit, ia berdiri. Sorotnya menangkap pemuda yang baru saja keluar, dengan sebuah kunci di tangannya, tanpa ragu Kiara mendekat.

"Dia koma Ki... lebih jelasnya, kamu bisa tanyakan pada pihak keluarga."

Plak

Satu tamparan. Kiara puas. Tangannya memerah, pipi pemuda itu juga, sampai menoleh ke samping.

"Lo hutang banyak penjelasan sama gue!" serunya. Abian mengusap pelan ujung bibir, bisa ia rasa, asin. Ia berdarah, bisa terbayang seberapa kuat dan perihnya tamparan Kiara.

"Dengan lepasin semua memory kamu. Saya harap, kamu bisa berpikir jernih mulai sekarang. Kiara... kamu kuat, jangan biarin emosi menguasai kamu, dan lepas kontrol seperti tadi. Tenang..."

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang