15. Kunjungan SMA tetangga

343 93 128
                                    


Cowok dengan rambut berantakan, kancing kemeja yang hanya tersisa atas saja, dan ujung pelipis yang membiru.
Benar-benar memiriskan.

Kini ia dudukan dan angkat satu kakinya pada kursi panjang di depan meja kayu yang kakinya hampir rapuh termakan rayap. Dua gelas plastik berisi kopi hitam berhasil ia habiskan beberapa menit lalu dalam satu kali tenggak.

Benar, ia sedang setres sekarang.

Abian ketukan kecil puntung rokok ditangan kanannya ke ujung meja, membiarkan abu putih itu jatuh kebawahnya. Mengotori punggung sneakers putih miliknya.

Ia juga menaburkannya setitik diatas garis luka yang ia punya di pergelangan tangan, menutupi satu centi luka itu sebelum didetik ketiga ia meniupnya sembarang.

Anak IPA sepupunya pernah bilang, abu rokok bisa menyembuhkan luka karena kandungan nikotin yang masih menyengat. Bukan tak percaya, hanya saja, luka seperti ini sangatlah nanggung untuk ia obati. Toh besok juga sembuh. Atau, besok mungkin bertambah semakin banyak.

Di obatinnya nanti, sekalian aja.

"Bolos bro."

"KAGET ANYING."

Cowok yang baru saja datang mencangklong tas di bahu kirinya itu mendudukkan pantatnya di kursi panjang sebrang Abian. Dicomotnya satu pisang goreng di piring pinggir gelas kopi anak tadi.

Ia juga masih tersenyum bangga karena berhasil membangunkan buaya itu.

Dengan tatapan memindai, Firly menarik matanya dari atas kebawah lalu kembali lagi dari bawah keatas, pada sosok "gembel" yang sangat mengenaskan di depannya. Bahkan tanpa rasa malu sedikitpun, sosok itu tetap fokus pada ponselnya meski tau ada orang asing yang baru saja tiba.

"Lo kenapa njir, biru-biru gitu?"

Firly memajukan badannya meraih dagu Abian, menggoyangkannya ke kiri ke kanan mengamati lebam dan teman-temannya yang terpatri sempurna di wajah tampan itu.

"Tawuran hah?"

Dengan hentakan kasar, tangan Firly ditepis sampai salah satu gelas kopi jatuh ketanah karena posisi yang terkena lambaian tangan.

"Bukan" jawab Abian ketus.
"Tadi pagi-" Ia mendesah nafas kasar. "Gue PDKT sama anak kelas sebelah, ternyata-"

"Dia udah punya pacar, dan lo digebukin pacarnya? Bukan, lebih tepatnya, lo dikeroyok pacar sama kawanannya, iyakan?"

"Iya anjir gak usah dijelasin."

"Ngenes banget lo sumpah haha."

"Bacot lo. Langsung aja, lo ada urusan apa kesini? Masih pake seragam item-item lagi, kaya abis ngelayat."

"Ck... sembarangan lo, Scarlet punya nih" Firly menepuk-nepuk dadanya bangga.

Karena memang faktanya, di tiga hari terakhir-kamis, Jum'at dan sabtu-bawahan Scarlet akan ganti dengan abu-abu. Tidak melulu hitam. Tapi ya itu, hitam-hitam bak penganut sekte sudah menjadi ciri khas Scarlet. Itu menurut Abian.

Bukankah Abian benar? Namanya Scarlet, tapi tak ada satu hal pun tentang sekolah itu yang menyerempet arti namanya.

.

"Shandy anak IPA?"

"Hmm."

Sembari mengunyah kuaci dan kulitnya, Abian akhirnya membawa "tamu itu" ke area sekolahnya. Pastinya, setelah penjabaran luas kali lebar kali tinggi di warung kopi tadi.

Dengan syarat, segala informasi yang dicari harus terbagi padanya.
Tak ada yang gratis.

Patimura memang tak sebesar Scarlet, tapi nuansanya terkesan lebih menenangkan disini daripada sekolahnya sendiri-Gumam Firly saat melintasi lapangan basket tempat anak cheers yang tengah membentuk Piramida.

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang