45. We are different people

228 59 152
                                    


Happy reading 💙

.

Partikelir(9)

Abian ganteng
Temui gw di rooftop RS!
Penting!!

.

"Shit! Kenapa semua jadi kek gini sih?! Jadi selama ini gue, kita, ditipu Ari sama saudaranya?!"

"Secara garis besar, mereka gak pernah nipu. Mereka cuma diem nyimpen rahasia mereka. Mereka gak salah, karena itu hak mereka, buat buka—"

"Tetep aja, salah! Seolah mereka orang asing yang gak tau apa-apa! Nyatanya..." Dania menjeda. Menatap langit kosong, hanya gumpalan kapas hitam berjajar. Biarkan anak rambutnya terbang, memukul kecil wajah sayunya. Bahkan angin malam tak sanggup dinginkan panasnya hati Dania.

"Mereka tau banyak hal. Mereka—"

"Dan..." Ratu mendekat. Ia kencangkan jaket kulitnya, walau tahu tak mempan. Dingin tengah malam ini, sangat menusuk sampai tulang. Lalu memeluk Dania dari samping.

"Gue gak akan ada di sini. Gue gak akan keseret masalah kalian. Gue bakal hidup normal sebagai Dania kalau aja hari itu kalian gak paksa gue buat gabung! Dan kita—"

Citt

Kalimat Dania terpotong oleh pintu yang terbuka. Dibarengi hembusan angin ikut masuk, ia selipkan helaian rambut ke belakang telinga.

Ingin melihat dia, yang baru saja datang sangat pelan jalannya.

"Kita gak akan dapat hukuman, kalau gak gila-gilaan hari itu! Dan gak akan pernah terjadi..." Setelah melepas pelukan Ratu, Dania berjalan ke tengah rooftop. Sangat yakin, dengan tatapannya yang tajam.

Berhenti. Saat langkahnya dan langkah pemuda dari pintu bersinggungan, Dania mendongak.

"KALAU LO MAU JUJUR DARI AWAL!"

Plak..

Wajah Abian menoleh ke samping. Perlahan tangannya naik, mengusap pipi yang beberapa jam lalu Kiara tampar di parkiran. Bahkan ujung bibirnya masih menahan denyut perih.

Dan lagi, ditambah lagi. Lebih keras, Dania yang dengan percaya diri mengangkat dagu berhadapan dengannya. Abian tersenyum sumbang.

"Hari ini... gue udah dapet bogeman dari Raja..." Raja yang mendengar memalingkan wajah ke tepian rooftop, menatap jalanan yang masih ramai, meski pukul sebelas malam. Ia tak heran.

"Dibentak Firly, ditampar Kiara, dan sekarang lo—"

"Gue bakal ngelakuin hal sama. Nanti... kalau Ari udah siuman. Buat kalian berdua," sela Bisma. Lebih tepat sebagai imbuhan kalimat Abian. Lelaki itu hanya mengangguk. Pasrah.

Melirik Dania sekilas, Abian tahu, gadis itu menangis. Tak ia gubris, meski kaki dan hatinya tak searah, meski pipinya semakin memerah, ia masih teruskan langkah pada bibir rooftop. Ikut pandangi jalanan bersama Raja. Di susul Bisma, menekuk tangan di pinggirannya.

"Udah berapa jam Ari belum bangun?" lirih Raja. Abian menggeleng.

"Lima belas," sahut Kiara yang entah sejak kapan, sudah bersandar pada tepian rooftop, menunduk. "Lima belas jam, Ari belum buka mata. Dan gak ada yang bisa jamin... sampai kapan."

Sebuah isakan terdengar— bukan dari Kiara —Kompak empat manusia di tepian rooftop itu berbalik. Penampakan pertama, Dania, sudah terduduk di tengah dinginnya semen rooftop. Memeluk lututnya sendiri, menutup wajah dengan helaian lebat rambut coklatnya.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now