13. pengirim misterius

357 103 182
                                    


⚠️Mentioned self-harm⚠️

***

Sudah tak ada lagi rintik hujan yang jatuh, burung mulai lagi berkicau dan jalanan yang kembali meramai. Kiara alihkan pandangannya dari jendela ke arah panci rabokki yang kini menyisakan kuah oranye nya dan beberapa helaian mie kecil yang sulit untuk dicapit.

Pikirannya masih tertuju pada pernyataan Vino setengah jam yang lalu. Kalau benar dirinya amnesia, kenapa tak ada satu orangpun yang memberi tahunya, bahkan pak Heru orang yang sangat ia percaya.

Lalu teringat kata Ari. Kini Kia melirik dari ujung matanya. Cowok itu tengah meneguk air terakhir digelas bening itu. Mungkin saja dia benar, semua orang merahasiakannya agar dirinya fokus untuk penyembuhan. Tak lagi mengingat masa yang mungkin sangat mengganggunya.

Namun bagi Kia, justru ini semakin mengangganggu. Jika ini adalah bentuk perhatian, maka ia sangat tak menginginkannya.

"Sekarang lo coba pikir-"

Setelah jeda panjang antara mereka bertiga, akhirnya salah satunya berani bersuara.

"Kalau bokap lo aja se privat itu sama penyakit lo, alias dia gak ngasih tau apa-apa ke lo, lo mikir gak si, darimana anak-anak tau kalau lo tuh sakit?"

Kiara dan Firly saling bertukar tatap.
"Coba kalian pikirin." Ari kembali melanjutkan pemikirannya.
"Dari pihak keluarga nggak ngasih tau apa-apa, terus siapa yang nyebar hoax, siapa yang nyebar informasi pribadi Kia di rumah sakit?"

Bingo..

Firly menjentikkan jarinya tepat didepan wajah Kia yang masih bengong.

"Gue inget" ia lalu membenarkan posisi duduknya.
"Setelah tragedi cafe Anyelir, lo kritis di rumah sakit hampir seminggu Ki, gue yakin banget, karena pas itu kita sebelahan tempat duduk buat Scarlet's Exam."

Kiara memutar matanya mencoba mengingat. Nihil, tak ada bayangan yang berhasil ia dapat.

"Bangku lo kosong sampe ujian selesai." Lanjutnya.

"Perwakilan sekolah dan siswa udah ada yang dateng ngejenguk, dan mereka bilang, lo masih belum sadar."

"Beberapa hari setelahnya, gue gak yakin kapan, dia, masuk sekolah lagi."

Kali ini ada sedikit canggung pada Firly. Kia tahu, siapa "dia" yang lelaki itu maksud. "INKA". Nama yang selalu disebut Shandy hari itu.

"Penampilannya beda, entah lo tau atau belum, dia punya luka bakar di pipi kanan, yang bikin dia terus pakai masker ke Sekolah."

Ari menundukkan kepalanya, rasanya cerita ini akan menyakitkan ia dengar.

"Kalau pidato ketua yayasan bener, maka, dia, pasti kena bullying, makanya kejadian lab kimia itu terjadi. But, gue gak tau pasti, karena posisi gue yang sama kaya anak lain, cuma orang awam yang gak tau apa-apa."

"Oke stop!"

Nafas Kiara seolah tertahan di kerongkongan. Tangan kanannya terangkat seolah benar-benar ingin cerita biru itu dihentikan. Ia tak sanggup lagi mendengar jeritan yang tak sempat ia tau, karena dirinya yang lemah tak bisa berbuat apa-apa.

Firly dan Ari menenangkan, "ini bukan salah lo Ki". Tak membantu, malah hanya merobek hati Kia semakin dalam.

"Kalau dari sudut pandang orang awam kaya yang lo pengin, jelas gue taunya lo di rawat di rumah sakit umum Medika Utama. Itu informasi terakhir dari anak-anak yang njengukin lo pas masa kritis."

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now